Distrik Trost 1

204 37 1
                                    

Gambar:https://id.pinterest.com/pin/291889619598603132/ Aku bingung kasih gambar apa, ya udah maps paradise island-nya aja kalau kasih kebun teh rasanya aneh

Aku memilih untuk melewati jalan pedesaan yang cukup sepi dan lebih  aman dari kejaran anak buah Zeke.

"Dokter kita mau kemana?"

Aku berfikir sejenak dan melihat ke arah Mikasa dan Levi, sepertinya mereka tidak punya tempat yang akan dituju. "Kalian mau pergi ke suatu tempat?" Tanyaku ragu takut mereka akan meninggalkanku begitu saja.

Levi menatap luar jendela, pandangannya seperti berlari mengingat masa lalu. "Tidak ada lagi tempat pulang" Oh bodohnya aku bertanya.

"Em... Kalian bisa pulang ke rumahku, akan kukenalkan pada ibukku" ujarku seraya memecah suasana sendu di antara kami. "Bagaimana kalian mau tidak?" tanyaku antusias melihat Levi yang menatapku.

"Fokus kejalan saja" Levi memalingkan pandangannya dariku. Hah? Apa artinya itu?

"Apa itu 'ya'?" tanyaku kembali.

"Tentu saja, dokter" jawab Mikasa antusias. Mikasa sungguh gadis yang mudah meluluhkan perasaan orang lain, entah mengapa aku merasa bangga padanya. Dia benar-benar gadis yang manis.

"Apa yang kau senyumkan?" Senyumku langsung terhapus ketika mendengar suara bosan dari laki-laki di sampingku. "Tidak ada" balasku datar.

"Jadi... Apa kalian lapar?" Tanyaku, karena teringat kita melupakan waktu makan siang dan sekarang sudah malam hari. Kubelokkan mobil sebentar ke tempat kosong dan kumatikan mesin mobil.

Kubuka ransel itu dan kuambil roti yang kubagi menjadi tiga sama rata.  "Kalian bisa menanyakan apa saja padaku" tawarku berusaha memecah kesunyian sambil menikmati makanan kami.

"Kenapa kau bekerja di tempat itu?" tanya Mikasa seraya mengunyah makanan.

"Mikasa itu tidak sopan, saat kau berbicara pastikan mulutmu dalam keadaan kosong terlebih dahulu" Ucapan maaf lirih terdengar dari mulut Mikasa, aku tersenyum dan menjawab pertanyaannya "Sebenarnya aku mendaftar untuk bekerja di istana negara tapi ternyata aku dipindahkan di tempat itu. Kalau aku boleh jujur aku akan memilih untuk membuka praktik dokter di rumah, tapi karena aku mendapat rekomendasi dari tempatku bersekolah makannya aku bekerja di sana sambil mencari pengalaman"

Aku tidak ingin menjadi beban untuk ibuku, makannya aku melayani pemerintah. Tapi siapa yang menyangka orang yang akan aku layani seperti itu. Aku tersenyum lagi melihat wajah Mikasa yang sungguh lucu, dengan mulut yang membentuk huruf 'O'.

Aku mengambil buah apel dan memotongnya "Iya aku tau Levi, ini pisaumu. Berhentilah melihatku seperti itu" ujarku dengan senyum seringai di sudut bibirku. Dia memutar bola matanya bosan setelah mendengar godaanku.

Aku tertawa. Mereka berdua mengamatiku dengan tatapan aneh–apa ini tatapan yang Zeke dapatkan saat dirinya tertawa?

"Kenapa kau mengeluarkan suara aneh Ha-Ha-Ha seperti itu dokter?"

"...oh. aku tertawa" Melihat tatapan tidak puas dari mereka maka aku melanjutkan penjelasanku. "Tertawa itu kalau kita merasa bahagia"

"Bagaimana rasanya?"

"Emm.. itu saat kalian merasakan senang dan tentram atau karena orang lain menghibur kalian. Contohnya saja hari ini? Apa kau merasa senang Mikasa"

"Senang?" Mikasa tersenyum sambil memegang dadanya tempat dimana perasaannya berada.

Aku membuka pintu dan dengan perlahan menarik Mikasa ke luar "Lihatlah ke atas Mikasa, lihatlah bagaimana langit, bulan, dan bintang tersenyum kepadamu" Sejak kecil ketika melihat langit aku merasa bahagia dan bebas.

Book of Hanji ZoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang