Girl with a Wings Pendant 1

146 28 4
                                    

Hemm... Enjoy
Maaf kalau ada typo

Rembulan sudah menyambut lagi. Perjalanan tentunya masih panjang aku bahkan tidak tau sampai mana ini, pokoknya berjalan terus saja ke arah selatan. Kalau estimasi ku tepat besok kami sudah akan sampai di wilayah terluar penjagaan distrik Torst.

Panjang sekali perjalanan kami ini. Oh Shinganshina mengapa kau jauh sekali. Rambutku rasanya mengganggu dan ingin kupotong mungkin ide itu bagus juga untuk penyamaran ku setelah keluar dari Torst.

Tempat ini termasuk pinggiran jadi jarang sekali yang peduli dengan nasib orang-orang di tempat ini. Lampu yang hanya sayup menerangi jalan bergoyang terkena terpaan angin. Suasananya tiba-tiba menjadi hening dan temperatur turun drastis.

"Hacchuu!" Tubuhku mulai menggigil kedinginan. Sudah yang kesekian kalinya aku bersin sambil memeluk tubuhku sendiri. Syal dan jaket yang kukenakan masih tidak cukup tebal melindungiku. Bayangkan saja menjadi Ackerman sama sekali tak terpengaruh apapun, seperti batu.

"Hacchuu!" Waaa hidungku mulai berair.

"Ini" syal berwarna putih dengan corak biru tua muncul di depan kepalaku. Dengan segera aku langsung berusaha mengambilnya. Ingin rasanya mengusap hidungku dengan syal itu.

Syal itu tidak pernah sampai ke hidungku. Sepertinya tersangkut sesuatu. Aku tarik sekuat tenaga dengan otot-otot tanganku tapi syal itu tidak bergeming sama sekali.

"Waaa!" Aku terjatuh kebelakang dan mendapatkan syal. Untung dibelakangku ada sesuatu yang keras yang membuatku tidak terjatuh hingga ke tanah.

Jantungku berdegup kencang rasanya seperti habis senam aerobik. Kutatap tajam ke arah seseorang yang sengaja menyangkutkan syal 'milikku' ini. Wajah kejamku tak bertahan lama karena hidungku mulai gatal kembali.

"Jangan berani-"

"Ha-"

"Kau mengotori syal ku. Hanji"

"chuu!"

Selasa berganti hari menjadi rabu. Kertas terbakar menjadi abu. Syal milik Levi terkena bersin menjadi...

Matilah aku

"Hanji" nada suara Levi sedikit menanjak naik. Sebelum meletup aku mencoba membuat pelarian dengan mencari alasan.

"Kau memberikannya ke padaku"

"Untuk menghangatkan mu, suara gemretuk gigimu itu membuatku pening dan tubuhmu yang tak bisa berhenti bergetar itu membuatku pusing! Kalau kau ingin membersihkan ingusmu lebih baik gunakan baju bau mu itu!" Levi benar-benar terlihat kesal. Wajahnya seperti ingin memutilasiku hingga tersisa tulang belulang untuk diberikan kepada singa.

"Aha Levi pusing dan pening itu sama saja. Kalau kau benar-benar merasa pusing kurasa kita punya Parasetamol"

"Hmp" Levi memalingkan wajahnya dariku. Aku akan mencucinya besok pagi lagi pula hanya dibagikan ujung saja kok. Kulingkarkan syal itu ke leherku yang mendapat tatapan jijik dari Levi. Bodoh amat aku pikir lebih baik kotor dari pada hipotermia dan mati. Setelah beberapa saat akhirnya Levi pun menyerah dan menggelengkan kepala pasrah.

Oh hampir lupa "Mikasa, terimakasih ya" ujarku mengingat orang yang membantuku agar tidak terjatuh ke tanah.

"Oi oi apa yang kita dapat di sini?" Kutengok ke arah sumber suara itu. Celaka kita dikepung oleh tujuh orang preman yang membawa senjata. "Berikan ranselmu itu manis"

Apa yang harus kulakukan. Preman selalu punya koneksi panjang dan apapun bisa diperjual belikan. Ku genggam pergelangan tangan Levi mencegahnya untuk memberikan perlawanan. Kusembunyikan tubuh Mikasa dan pandangan membunuhnya di balik tubuhku.

Book of Hanji ZoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang