ೃ༄⸙͎ tujuh

3.7K 510 445
                                    

Dermaga kini mengabu dalam teduh mendung merengkuh sembilu langit. Mengaburkan pandang. Tatkala embun pilu terus menetes dari kedua hulu. Mengoyak lagi sisa rasa. Kendati ganas sapuan ombak mengikis penuh suara tangisnya.

Jembatan reot terus berderit begitu ombak datang mendebur pada tepian. Memancing rasa gentar. Namun tak berarti jika tangan terlanjur kokoh mengenggam keputusan.

'Apa ini akhirnya?'

Tanya terus terputar dalam angan.

'Jadi semuanya telah berakhir?'

Kelopak sembab menutup tampias kelabu pada retina. Merasa nyaman, seolah diri tengah dibelai anggun semerbak aroma laut. Mengenang. Menyadari tak mungkin lagi dirinya merasa tenang.

"Selamat tinggal."

"Kita tidak bisa pulang hari ini, Megumi."

Sapu angin membawa serta kelabu pada hembusan nya. Yang menggulung awan biru. Yang mengikis penuh sinar emas sang penguasa siang.

"Dilihat dari awannya saja kita sudah tau kan, sensei?"

Kaki jenjang tersampir sembarang pada kursi tunggu. Menguasai. Tatkala diri tengah merebah santai selepas meletakkan sebingkis mochi di atas lantai pualam.

"Beristirahatlah, ini akan lama." sang pria memejam dibalik kain hitam.

Manik samudera tengah termangu selagi bertopang dagu. Tak minat memandang dan mendengarkan apapun. Selain desir angin yang menggerakkan kelabu pada langit mendung. Baginya, jalar rasa hampa kini berhasil memati rasa sebagian dari hati kecilnya.

Terbukti kala samudera gelap terus menatap kosong.

Sembari setengah mati menahan perih rasa yang tertancap dalam pada hati.

Gojo Satoru nampak sama termangunya dalam lamun. Meski manik langit terpejam dalam senyap, baginya, segala bayang dosa tak akan sedetik saja lepas dari pikiran. Membebani. Tatkala telinga lagi-lagi mendengar berita yang begitu membesarkan sesal dalam hati.

'Dia hamil--- anakku bukan?'

Napas gusar membaur bersama rintik air yang menderu pada atap stasiun. Membawa derai kata, yang singgah sejenak dalam kepala. Menjejal suatu hal. Yang ia pelajari dari hujan.

Hatinya setabah hujan pada malam. Yang tetap turun, meski tau pelagi tak akan menjemput akhir derainya.

"Megumi."

Manik samudera kini berlabuh pada diri sang pria. Tak menjawab kata, hanya kedip mata yang menjadi panggilan balas.

"Kau mau tau suatu fakta?" kain hitam disingkapnya dengan sengaja. Memperlihatkan langit cerah kepada sang pemuda. Untuk kemudian mimik tanggap kata menjadi kode baginya menyambung potongan kalimat.

"Akulah yang--"

Drrrt... Drrrt...

Getar benda pada kantong berhasil membuyarkan kata nya. Untuk kemudian diri lekas menjawab panggilan, selepas kontak Utahime terpampang jelas di atas layar.

"Halo? Utahime?"

"Gojo-- aku butuh bantuan mu."

"Ha??"

Menyingkap ponsel dari telinga, sang Gojo Satoru berbisik sejenak kepada sang murid yang termangu mencerna untai kata dari gurunya barusan.

"Aku akan kembali." untuk selepasnya melanggang pergi dari hadapan.

Drrrt.. Drrrt..

Dering nada kini berganti. Berdalih. Kepada ponsel yang sedari tadi teronggok sepi di samping bangkunya. Rasa malas sempat singgah pada hati, sebelum akhirnya dering telpon terhenti, tanpa jawab sepatah kata dari sang penerima.

Acuh.

Sang pemuda kembali menopang dagu.

Drrrt... Drrrt...

Sebelum manik samudra berhasil memantapkan pandang, bunyi getar nada kembali terdengar sayup pada indera. Membuatnya mau tak mau membalas, selagi mengencangkan volume sebab rintik di luar sana semakin menjadi ria.

"Halo?"

"Fushiguro!! Dari mana saja kau!!" lengking suara Nobara tersahut oleh ricuhnya latar suasana.

"Nunggu kereta. Itadori bersamamu?"

"Ya! Dia sibuk mencari kertas--- oe! Aku belum menjelaskannya padamu, ITADORI DIAMLAH SEJENAK!!"

Dan kini Fushiguro menyesali tidaknya yang telah membesarkan volume pada ponselnya.

"Katakan padaku segera." pemuda itu memecah senyap pada percakapan.

"Ah gini-- aku sudah aneh sejak [Name] pergi tanpa memberi kabar. Dan tadi-- aku bersama Itadori iseng mengunjungi kamarnya,"

"Lalu??"

"Kami menemukan beberapa lembar kertas berserakan di bawah ranjang. Isinya--- euhmn, kebanyakan gambar tidak jelas, namun setelah di teliti banyak kalimat yang tertulis di belakang nya."

"Intinya saja. Aku sedang tidak mood mendengar cerita panjang lebar."

"Yah sabar-- anu-- aku ragu mengutarakan nya."

Otak seketika terpancing oleh sebuah hal yang memundungkan keadaan. Untuk kemudian merunduk, selagi berucap, "[Name]."

"Ya. [Name] pergi bukan tanpa alasan. Megumi dengarkan ini, dia---"

Tubuh sang pria menggigil hebat terkena tampias hujan. Merutuk. Bodoh sekali menjawab telpon di teras stasiun yang ramai dengan gemuruh hujan.

Sebelum rutukan akhirnya terhenti, selepas manik langit mendapati muridnya tengah terduduk senyap di atas bangku.

"Megumi, Utahime mau ki--"

PLAKK!!

Tangan kini dengan cepat menyambar kerah bajunya, sedetik, satu gerakan, dan sang pria tunduk dengan cekikan bringas di lehernya.

"Hentikan dramamu, sensei."

✧ ೃ༄*ੈ✩

29 December 2020
©agathis_

Alexithy ✿ Gojo Satoru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang