ೃ༄⸙͎ enam

2.5K 463 312
                                    

Cakrawala biru terbentang cerah tak berkabut. Menyisa setoreh awan-awan tipis, yang berpadu elok dengan bayang gunung tersiram mentari pagi. Begitu sejuk dipandang. Kala birunya terpantul anggun pada embun di pucuk daun.

Mempesona diri siapa saja penikmat pagi. Terlebih awal hari yang menjemput basuh hujan dalam malam-malam sendu. Seakan ikhlas kala sisa aroma tanah menyeruak terbawa segar udaranya.

Denting sendok pada piring keramik berhasil mencuri atensi. Atensi yang sedari tadi sayu memandang langit. Selagi membasuh manis paru dengan udara yang menerobos dari sela fusuma yang terbuka.

"Ah-- kau tidak meminum teh mu?" Utahime memangku sejenak gelasnya, "Mumpung masih hangat."

Sang gadis mengangguk ramah sebagai tanggapan, "Terima kasih, sensei." dan mulai meraih gelas kayu di hadapan. Menyesapnya perlahan. Sebab tak ingin aroma pagi tersaingi kepul harum teh matcha hidangannya.

"Bagaimana dengan sekolahmu?" perbincangan dibuat kala manik arang menatap gelas teman bertengger di atas meja. "Sudah punya teman selain Miwa?"

Sang gadis menggeleng. Menyangkal.

"Aku sedikit dekat dengan senpai kelas tiga."

"Todou?"

Gelengan kepala semakin kencang terlihat.

"Nishimiya san."

Utahime mengulas senyum tanpa sadar, "Baguslah. Dia tipe gadis yang sayang dengan kouhai-kouhai nya."

Senyap seketika datang menjemput di akhir kalimat. Si gadis dengan manik sayu kini nampak sibuk meniti cengkrama burung pipit di luar pagar. Sedang Utahime mulai hanyut dalam pikiran. Masih sibuk menimbang pasti. Bertanya. Apakah ini waktunya untuk mengutarakan.

"Sensei." manik arang bergulir pandang ke arah sang gadis sayu. Bertanya lewat tatap. Untuk kemudian diri dibuatnya membeku pada poros. Tak bergeming. Terpaku memandang wajah cantiknya yang sendu kala kalimat terlontar lepas dari ranum bibirnya.

"Anda sudah tau ya?"

Utahime menunduk sebagai jawaban. Tanpa kata meraih kantong kimono, untuk menarik sebenda pipih yang tak lain merupakan test pack bekas pakai [Name], sang gadis.

Dalam senyap meletakkannya. Tepat di samping cangkir kayu hidangan matcha milik [Name].

"[Name], kau hamil."

Meski diri telah bersusah payah mengatur mimik wajah, pada akhirnya setetes air mata menjadi pengungkap begitu kecewa dirinya akan kenyataan.

"Katakan padaku. Siapa?" Utahime menangkup pipi sang murid. "Apa kau melakukannya secara sukarela?"

Tangan dingin tengah bergetar hebat meraih hikite. Meski sudah bertengger dari beberapa menit yang lalu, sang pria jakung nampak tak kunjung bertindak menggeser fusuma-nya. Seketika pucat pasi, dengan manik langit melotot dibalik kain hitam.

Untuk kemudian bergegas menolehkan kepala.

Ke arah Fushiguro yang mematung di samping dirinya.

"H-h-ha?" pita suara seakan terampas bersama dengan hati yang terpukul retak menjadi kepingan tajam.

"Megumi!!!" Gojo tanpa sadar memekik keras selepas menangkap sosok muridnya pergi berlalu dengan tergesa. Berlari. Meninggalkan dirinya terpaku bersama rasa sesal yang semakin menjadi-jadi.

Utahime dan [Name] yang menangkap jelas pekik panik seorang pria segera berdiri dari kursinya. Terlebih menyentak diri seorang [Name]. Kala inderanya mendengar nama sang kekasih terucap bersama nada tinggi yang menggema pada ruangan.

Diri lekas saja berlari mendekat, lantas dengan kasar membuka fusuma yang menjadi pembatas pandang.

BRAK!

Takdir kini membawa kedua insan untuk kembali bersitatap.

Meski terhalang kain hitam, Gojo Satoru yakin betul gadis yang tengah berbalas pandang dengannya kini adalah [Name]. Murid terkasihnya. Yang sekaligus belahan hati dari seorang Fushiguro Megumi.

[Name] tertegun lebih hebat.

Menyaksikan sosok guru yang telah menghancurkan hidupnya kini berbalas sapa lewat pandang dengan dirinya. Memancing angan kembali memutar kenangan kelam. Yang berhasil memicu pitam kala menyadari begitu berani sang pria datang lagi di hadapannya.

"[Na]--" bibir ranum hampir saja mengucap namanya. Sebelum diri bergegas mengigit lidah, untuk meredam kata yang hendak lepas terlontar.

Angan buruk tersingkir paksa begitu kelopak dipaksa memejam erat. Selagi menggigit ujung bibir, untuk kemudian melenggang pergi selepas diri meyakinkan prioritas saat ini adalah Fushiguro, pacarnya.

Dengan sama tergesanya menghilang dari pandangan Gojo.

Meninggalkan diri terpaku bimbang akan keputusan.

'Haruskah ku kejar?'

Rimbun daun berdesir begitu semilir angin berhembus anggun di udara. Mencipta irama yang akan ia rindu selepas musim panas berlalu. Menyeruakkan aroma yang akan ia kenang hingga musim panas kembali berkunjung.

Surai legam tersapu halus semilir angin.

Begitu kontras dengan padang rumput yang kini ia duduki.

Apakah kau tau? Bahwa lelaki itu sulit mengungkapkan perasaan. Meski kenyataan kini mengkoyak bringas rasa dalam diri, entah mengapa air mata tak kunjung hadir untuk membasuh darah dalam hati.

Mengapa diri hanya diam terpaku, menatap kosong pemandangan yang tak lagi indah pada manik samudranya?

"Megumi--"

Kenapa?

Kenapa nadanya terdengar begitu sendu?

"Megumi, marahi aku!!" getar nada menjadi pertanda gadis di belakangnya tengah meredam tangis yang membuncah. "Marahi aku asalkan kau--"

"Kita sampai sini aja."

Busur panah menukik dalam dinginnya nada ucapan sang pemuda.

"Nggak-- nggak--" kesedihan meluap bersama tangis yang mengguyur deras pipi meronanya. "Jangan ini. Kumohon."

Langkah segera diambil mendekat ke arah diri sang pujaan hati. Ingin menangkup lengannya, namun dengan kasar di tepis oleh sang pemuda.

"Pergi."

Embun menetes dari pucuk dedaunan.

"Jangan menangis, Megumi-- aku sungguh bisa jelaskan--"

"Ku bilang pergi ya pergi. Kita sampai sini."

"Aku sayang kamu. Tolong jangan buat aku berhenti." [Name] mencengram erat seragam di dadanya.

"Lakuin aja. Nanti juga kamu bakal lupa sama semuanya."

Sayat demi sayat terus menghujam hati rapuhnya. Merasa lidah mengkelu mengucap kata. Meski beribu kalimat terjejer rapi dalam angan. Pada akhirnya, tak pernah ada kata yang tersampaikan kepada sang kekasih tercinta.

Hingga ia pergi.

Meninggalkan sosok [Name], yang berteman tangis sesal melepas kepergian dirinya. Yang begitu menghancurkan rasa. Yang begitu merapuhkan hati.

.
.
.

"Megumi--- maafkan aku."

✧ ೃ༄*ੈ✩

/smirk/ Sungguh aku menanti chapter ini di publish h3h3
Dan satu lagi chapter untuk tahun 2020!! Niatnya sih besok, semoga aku bisa aja.

28 Desember 2020
©agathis_

Alexithy ✿ Gojo Satoru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang