Seorang pria jakung tengah terbaring lemas pada ranjangnya. Pengikat mata yang selalu setia ditempat kini tergeletak sepi di lantai. Dibuangnya. Membiarkan manik langit yang bisa menghipnotis siapa saja memandang sayu atap kamar.
Tanpa sorot lampu.
Terdiam berteman sunyi dan gundah hati.
"Apa yang sudah ku lakukan." kedua tangan hina kini mengusap kasar wajah rupawannya. Memijit dahi. Berharap bayang dosa yang tak sengaja diperbuat terhempas sejenak dari pikiran.
Dalam gundah ia berpikir tentang berita mengejutkan yang tak sengaja lewat di telinga. [Name] akan pergi. Meninggalkan semua kenangan manisnya di sini. Ia sudah yakin pasti karena dirinyalah [Name] memutuskan untuk pindah, dan melanjutkan sekolah Jujutsunya di Kyoto.
"Hhh--" napas gusar terdengar sendu.
Bagaimanapun ialah si bajingan yang menghancurkan masa depan murid terkasihnya. Rasa bersalah yang terbayang begitu menikam dada. Meski ia sadar, sakitnya tak akan sepadan dengan rasa perih di hati [Name].
Sejenak terlintas keinginan untuk memintanya tetap di sini. Jangan pergi. Tetap menemani hingga diri bersedia mengucap maaf dalam padanya.
Namun apalah kata takdir. Pada akhirnya ia dibiarkan tertikam sendiri bersama rasa bersalah yang begitu mengguncang hati. Bisa saja ia pergi menemuinya sekarang, berucap maaf lantas berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat di masa lampau.
Sayangnya ia belum siap.
Semua ini berat dilalui. Baik baginya atau bagi [Name].
Pitam yang membuncah terluap lewat bantingan vas bunga di atas lantai pualam. Menggelegar pada ruang lenggang. Mengejutkan diri Itadori yang berdiri senyap di depan pintu kamar.
"Gojo sensei, kau tak mengapa?" Itadori mengetuk pelan pintu kayunya.
Gojo yang mendengar itu pun sama tersentaknya. Diri bergegas menyapu serpihan kaca dalam kolong ranjang dan mulai berjalan santai, memutuskan untuk menemui Itadori dengan wajah sumringahnya.
Seakan tak pernah terjadi apapun.
"Itadori!! Ada urusan apa denganku?" Gojo datang dengan membuka pintu lebar-lebar.
"Ah--ano ini surat yang dititipkan kepala sekolah untuk Sensei." fokus Itadori terpecah, begitu diri mendapati ruang gelap yang sedikit berantakan dari balik punggung gurunya.
Gojo yang menyadari hal itu pun buru-buru menggeser punggung, melontarkan senyum selagi berucap terima kasih yang gembira seperti biasanya.
"Aku kembali dulu Gojo sensei!" Itadori berjalan pergi seraya melambaikan tangan. Memutuskan untuk acuh saja terhadap apa yang barusan menjadi pusat perhatiannya.
"Kamar sensei sedikit bau amis."
⚜️
Manik (e/c) terlihat sedang menatap kosong ke arah cakrawala malam yang berhias gemerlap bintang. Terdiam, selagi diri terduduk lesu di bangku rapuh berteman remang sorot pucat rembulan, dan sekaleng kopi hitam untuk mengusir kantuk yang senantiasa merengkuh.
Sapuan angin penghujung musim membelai halus surai lusuhnya. Sejuk nan dingin, tak sama seperti belai lembut penuh kasih sayang pemuda terkasihnya.
Paras eloknya kini terbenam dalam lekukan lutut. Meredam tangis sedih. Yang bisa kapan saja lepas kala angan kembali memutar bayang sosoknya. Sendu diratapnya kuasa tuhan. Merasa semuanya terbagi tak adil selepas malam bencana itu. Merasa apa yang telah digariskan begitu berat untuk ditempanya.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Merdu nada bariton berhasil mencuri perhatian sang gadis sendu. Menoleh. Kini di dapatinya figur seorang pemuda tengah berjalan mendekat ke arahnya. Dengan menenteng sebuah jaket tebal, yang pasti akan nyaman untuk dikenakan dalam dinginnya hawa malam.
"Pakailah." jaket tebal kini terselempang di bahu kirinya. Mencuri setetes air mata, kala indera mencium semerbak aroma tubuh sang pemuda yang membaur manis dengan desir angin. Gadis itu buru-buru mengadah menghadap langit malam. Mengusap sejenak bekasnya. Lantas kembali meredam air yang hendak meluap dari kedua hulu mata.
Niat hati Fushiguro yang ingin mengusap lembut pipi merona gadisnya pun terurung, sebab sedetik sebelum kulitnya menyentuh, sang gadis dengan dingin menepis kasar tangannya. Menarik paksa atensi samudra gelap, sang Fushiguro memutuskan untuk merunduk sendu kemudian.
Merasa sendiri sayat perih yang menganga akan sikap acuh gadis pujaannya.
"Maaf." Fushiguro berujar lirih.
Manik [Name] memanas menahan tangis. Jantungnya bergemuruh gelisah. Begitu diri mendapati sosok Fushiguro beranjak dari tempat nya. Pergi. Meninggalkannya dengan rasa bersalah yang kian hari kian menjadi.
Tak kuasa menahan, gadis itu akhirnya jatuh terduduk di tanah. Meremat kain jaket pemberiannya selagi berujar lirih, begitu pilu dan menyayat hati.
"Maafkan aku---Megumi."
✧ ೃ༄*ੈ✩
10 December 2020
©agathis_
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithy ✿ Gojo Satoru
FanfictionHidden Feelings Project ೄྀ࿐ [COMPLETED] Hidupku sudah berakhir Bahagia ku telah dirampas paksa olehmu Ingat ini Aku membencimu, Gojo Satoru . . ...