ೃ༄⸙͎ empat

2.9K 485 228
                                    

"Nobara, apa kita sudah berakhir?"

Desir angin menyapu halus surai legamnya. Membawa serta aroma rerumputan basah, sekaligus memberi kesan tentram begitu bising gesek dedaunan terdengar pada indera.

"Dia meninggalkanku tanpa mengatakan apapun."

Hati Itadori tersentuh begitu diri mendengar langsung lirih pilu suara Fushiguro. Begitu pula Nobara. Yang bahkan sekarang bisa saja terisak menyadari rekannya pergi tanpa memberi kabar pasti.

Tanpa kata pisah kasih.

Yang meninggalkan sepotong kenang pada hari-hari indah bersama.

"Kenapa Gojo Sensei tidak memberi tahu kita." Nobara memecah senyap yang dibiarkan meringsek masuk dalam percakapan. "Kalau itu atas perintah [Name], lantas apa alasannya?"

Semua kembali terdiam. Merasakan sendiri perih hati yang melukai perasaan ketiganya. Meski tak akan sedalam sayatan pada hati Fushiguro. Namun Nobara juga Itadori seakan merasa salur rasa sakit yang Fushiguro pancarkan tanpa sengaja.

Dalam senyap Gojo menguping pembicaraan mereka.

Membeku.

Kala rasa batinnya terkoyak begitu kata sendu terlontar dari bibir muridnya. Seakan panah beracun yang ia hunuskan. Membidik tepat pada hatinya yang penuh dengan rasa bersalah.

Dan kini semakin menjadi.

Ketika diri mulai menyadari suatu hal.

Fushiguro adalah pacar [Name].

Racun panah kian menyebar melumpuhkan sendi. Membuatnya meringkuk sendu, di samping tembok kayu yang menyimpan banyak kenang kala mereka masih bersama. Hatinya seketika bergetar sangat hebat. Merasa, bila kenyataan seakan menampar dirinya dengan gamblang.

Selembar kertas pada genggaman pun jadi pelampias pitam. Dirematnya kasar. Lantas memutuskan untuk mengurung niat, yang menginginkan diri beserta ketiga muridnya pergi ke Kyoto pekan ini.

Bukankah Gojo harus mengajak ia seorang?

Ah, kenapa bayang wajah gadis itu terlintas dalam angan? Menyulut emosi, hingga frustasi dalam dirinya saja.

Tak ingin berlama larut dalam angan, pria bermanik langit kini menenggak kasar liur, merilekskan pundak dan mulai mengatur mimik wajah. Dia tak boleh terlihat buruk di depan anak didiknya. Terlebih kini keadaan menjadi begitu keruh selepas [Name] pergi dari pelukannya.

Melangkahkan kaki mantap. Gojo Satoru pun siap memulai dramanya.

"Megumi!! Aku ada perlu denganmu. Bisakah kau kemari?" Kepala bersurai salju nampak mencuat dari balik tembok kayu. Mengagetkan mereka yang tengah termenung. Terlebih menyentak Fushiguro yang sedang ingin bermalas-malasan saja hari ini.

"Ada apa Gojo Sensei." Fushiguro bertanya memastikan.

"Kemari saja kau Megumi bawel."

Gusar napas terhembus begitu diri mendengar gelar bawel tersemat di belakang namanya. Mengedikkan bahu sejenak ke arah kedua rekannya, untuk kemudian mengambil langkah pergi mendekatinya. Selain menyebalkan dan biang kerusuhan, Gojo Sensei ini tipe orang yang akan mengomel jika keinginannya tak segera dipenuhi.

Bila sudah terjadi, maka tingkat menyebalkan dari sang sensei pun akan meningkat berkali-kali lipat. Fushiguro tak suka itu. Lebih baik turuti saja daripada baut mulutnya terlepas.

"Megumi segera dekatkan telingamu!"

"Tidak bisa sensei. Menjinjitpun saya tidak akan sampai."

Alexithy ✿ Gojo Satoru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang