Monster Eilyen *3

2.9K 488 28
                                    

  ~•000•~

    AKU sampai dengan napas yang terengah-engah, rumahku letaknya berada di ujung sekali. Jauh dari rumah yang lainnya, ini adalah rumah pemberian guru—satu-satunya tempat tinggal yang Reiga dan aku miliki untuk berlindung dari segala macam bahaya, seperti; hujan, panas, dingin atau yang paling parah ialah monster.

Eksistensi mereka adalah yang paling menyeramkan,

Keberadaan mereka sudah ada sejak lama, ada yang bilang ini adalah karma dari hasil keserakahan manusia, ada yang bilang karena memang sudah seharusnya ada agar dunia menjadi seimbang, ada juga kalau ini adalah cobaan dari Dewi Yves karena naga, sang penjaga alam telah pergi. Semuanya masih abu-abu, tidak yakin juga apa yang harus dipercayai dari segala konspirasi itu. Tapi satu hal yang diketahui semua orang dengan baik, monster menyerang manusia bahkan dapat membunuh.

Peraturan yang harus diingat semua orang juga jangan sampai dilupakan. Monster tipe 2, sebenarnya adalah yang paling mudah dikalahkan kalau kau punya kekuatan untuk melawannya. Monster tipe 2 seukuran orang dewasa, punya sayap kecil, mata semerah darah dan suka mengetuk pintu. Aturan lain diperbatasan; saat udara terasa dingin, disertai petir dan suasana mencekam. Disitulah monster tipe 2 muncul, tutup semua akses cahaya, bila ada yang mengetuk abaikan, kecuali nyawamu mau dijadikan taruhannya.

Tentu saja tidak ada orang yang melakukan hal itu, melawan satu monster artinya akan memicu kerumunan monster. Kecuali di sekitar sini, ada pentihir yang bisa membuat penghalang untuk meredam suara. Tapi sayang sekali, ini perbatasan. Meski dijaga oleh keluarga Duke yang ada di Utara, masing-masing harus mengerti posisinya sendiri. Karena ksatria juga menjaga perbatasan yang lebih dekat lagi dengan monster. Bukan hal yang tabu, penduduk di sini harus menjadi mandiri.

Apalagi karena masalah penyihir juga yang tidak mau dipindahtugaskan kemari.

Jadi wajar jika ada serangan mengintai dari waktu dan ke waktu, dan saat itu  ...,  tidak peduli apakah tetangga, saudara, bahkan mungkin saja masih satu keluarga tidak akan ada yang membantumu saat kau terkena masalah. Ini yang dinamakan keegoisan yang dibutuhkan untuk hidup.

Tidak jauh dari jalan sini, aku harus berlari. Karena sihirnya tidak cukup untuk mencapai sana, ada yang mengacaukan aliran mana yang harusnya sampai ke sana. Aku malah ada di tangga menuju rumah, jelas, si perusak aliran mana ini monster. Hanya mereka yang bisa melakukannya.

Aku menggigit bibirku, sambil menaiki tangga dengan cepat. Tidak peduli rasa dingin dan panas rasanya menjadi satu, kulangkahkan kakiku dengan mantap di bawah derasnya hujan yang mengguyur tubuhku.

"Berhasil sampai atas," dan aku melihatnya, mahluk itu berdiri di depan pintu rumahku. Kali ini pandangannya diarahkan padaku, mata merahnya yang semerah darah monster tipe 2 bernama Eilyen—yang dalam bahasa kuno artinya si pengacau. Sama seperti ini, monster itu suka sekali mengganggu dan meniru manusia. "Halo jelek."

Aku tersenyum membalas seringaian mahluk itu,

beberapa detik kemudian kini dia berada tepat di depanku, aku lega karena dia telah menjauh dari pintu rumah. Tapi ini berarti nyawaku juga dalam masalah.


***

Di buku yang aku baca di perpustakaan, dan kumpulan buku kuno milik guru. Jenis Eilyen sangat suka cahaya, apalagi nyala cahayanya semakin terang itu berarti mengundang mereka datang lebih banyak. Ini jangan sampai terjadi, aku belumlah sekuat itu.

Drap! Drap!

Aku segera dengan cepat menjauh, ketika Eilyen menjatuhkan cakarnya, sedikit lagi saja aku hampir tercabik.

Will Change My Bad Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang