Suatu saat, aku akan membalasnya *6

2.3K 399 32
                                    

~•000•~

AH, kenapa aku melupakannya? Guru bilang dirinya melihatku sebagai seseorang yang sangat berharga, harus guru lindungi dengan sangat baik di sisa waktunya yang semakin sedikit. Dia selalu mencari keberadaan ....

"Permisi Nona, saya Dokter yang dipanggil Yang Mulia. Apa lukanya terbuka lagi? Saat akan melihat dan menyembuhkannya sebisa mungkin, Nona?"

Aku terlalu lama memikirkan banyak hal, yang terpenting saat ini adalah kelyar dari sini. Aku harus pulang menemui Reiga yang aku tinggalkan tadi malam, aku meninggalkannya selama ini  ..., dia mungkin akan sangat sedih mengetahui kakaknya pulang dengan luka dan darah sebanyak ini.

"Ah iya terima kasih banyak Tuan Dokter."

Sang Dokter yang masih muda itu tersenyum padaku, usianya mungkin berkisar 20-an karena dia seperti idola perempuan kalau dilihat lebih teliti. Aku pikir dokter di sini, rambutnya putih, sedikit keriput dan senyum khas kakek-kakek baik dan ramah lalu sayang anak.

Ngomong-ngomong dia bilang Yang Mulia bukan?

"Baiklah, silahkan duduk di atas tempat tidur Nona. Karena saya harus membersihkan darahnya lebih dulu, ini nanti akan sedikit sakit karena lukanya dalam," aku mengangguk, dan berjalan ke arah tempat tidur. Dokter yang masih muda, ruangan yang sangat mewah dan nyaman, dan orang itu yang lebih muda dari Dokter ini dipanggil yang Mulia! Hanya ada beberapa orang saja yang berhak mendapat panggilan mulia itu, yang pertama keluarga Kekaisaran; Pangeran, lalu keluarga Bangsawan seperti Duke.

Mungkinkah si rambut hitam itu Duke? Tapi  ..., usianya masih segitu, tidak beda jauh dariku. Menjadi Duke di usia muda, yah ini tebakan saja. Aku harus menggali informasi untuk tahu dia Duke apa bukan, aku melakukan hal ini bukan untuk hal buruk juga. Aku hanya melakukannya untuk membayar hutang budi, dimana dia sudah menyelamatkanku. Aku memang tidak tahu banyak perihal bangsawan, sepertinya aku harus belajar lebih banyak lagi.

Mengingat status sosial bangsawan, potretnya, informasi keluarga dan lain-lainnya akan penting untukku nanti.

"Ouch," ketika kapasnya menyentuh bagian lukaku, memang jadi sedikit nyeri. "Tahanlah sedikit lagi Nona," baik ini cuma hal kecil, tapi tetap saja aku gak bisa menahannya. Jadi beberapa tetes air mata jatuh dari mataku.

"S-saya gak menangis Tuan Dokter, ini tidaklah sakit."

"Iya Nona, anda bebar-benar Nona yang kuat."

Yah  ..., itu benar walau aku terus-terus meringis beberapa kali selama waktu pengobatan. Untungnya ini tidaklah lama, darahnya sudah tidak menembus perban baru ini. Rapih sekali, Dokter ini pasti orang berpengalaman, tentu saja sih, mana ada Bangsawan besar punya dokter yang asal-asalan dalam mengobati luka.

Saat Dokter berdiri setelah mengepak peralatannya ke dalam tasnya kembali, aku juga ikut berdiri membuatnya memberikanku tatapan kaget yang aku tidak mengerti.

"Nona harus hati-hati anda baru saja selesai diobati," kulihat matanya memnacarkan aura kecemasan, "kalau anda sekasar itu pada tubuh anda sendiri, akan berbahaya karena lukanya nanti tidak bisa menutup dengan benar. Anda harus pelan-pelan bergeraknya."

Aku memainkan jari-jariku dengan gugup, "ma-maaf membuat Tuan Dokter khawatir, saya gak akan melalukannya lagi. Saya minta maaf sekali,"

Will Change My Bad Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang