2. jangan tanya mengapa

126 125 64
                                    

Hari ini masih sama, pagi masih dingin seperti biasanya, matahari masih bersinar terang dan terbit dari arah timur, aku?, Aku masih merasa bosan dengan hidup yang harus aku jalani.

Tak perlu kuceritakan lagi pagiku bersama ayahku, karena sama saja,. karakter yang tidak jauh berbeda dari biasanya, dingin dan tidak pernah lupa untuk berkata "jangan membuat ayah malu!"

Aku berjalan keluar rumah sambil membawa skateboard, hari ini aku memutuskan berangkat sekolah dengan cara lamaku, belok kiri di pertigaan depan akan ada rumah besar yang tak kalah dari milik ayahku, itu rumah Devan, dan di sebelahnya lagi adalah rumah Elang, rumahku jauh dari rumah mereka, tapi kami bisa menghabiskan waktu dari kecil hingga sekarang, jarak bukan menjadi masalah untuk kita berteman.

"Devan, ayok ah lama banget," aku berteriak di depan pagar besi yang sudah hampir berkarat.

Sementara Elang sudah bersamaku sejak sekarang, Devan adalah cowok yang paling lama saat bersiap, kemanapun dia pergi, jika di hitung dia mungkin akan menghabiskan waktunya dengan bercermin dan menyisir rambutnya.

"Ayok!" kudengar suara Devan dari balik pintu.

"Nanti pasti bakal ada cewek pagi pagi nyapa Alan "Pagi Alan!" ujar Elang sambil memainkan skateboard nya.

"Ha ha ha, bukan cuma ada, banyak bro," jawab Devan sambil menepuk pundakku pelan.

Itu juga adalah hal yang belum berubah, entah kapan itu akan berubah, aku tidak peduli lagi, terlalu membosankan jika aku memperdulikan mereka.

Jarak dari rumah dan sekolahku tidak jauh, hanya butuh waktu sepuluh menit, itulah sebabnya kenapa kita memilih berangkat dua puluh menit sebelum gerbang sekolah di tutup.

"Gimana makan malam lo sama Zee?" tanya Devan padaku, iya aku tahu dia selalu ingin tahu cerita jika itu tentang Zee, cewek pujaan hatinya.

"Ya biasa biasa aja," jawabku singkat.

"Lo gak di jodohin tapi kan?" tanya Elang sontak membuat kita berhenti.

"Nggak lah!, gue gak mau tuh di jodoh jodohkan sama siapapun!" jawabku sedikit ngegas.

Kulihat muka Devan yang terlihat sedikit khawatir mulai kembali seperti biasa, aku tahu dia takut aku dan Zee di jodohkan, satu hal yang tidak baik untuk di tiru, jangan memendam sesuatu yang ada di hati kamu. seperti Devan, berani suka tapi tidak berani mengungkapkan.

Sepuluh menit berlalu, aku sudah tiba di persimpangan menuju sekolah, seperti biasa aku melihat Ara duduk di pinggir jalan, yah jangan tanya lagi kenapa dia di sana.

"Pagi Alan!" ujar Devan pelan dengan suara sedikit di kecilkan layaknya suara cewek kebanyakan.

"Ah bodo"

Aku berjalan cepat, tak kulirik Ara sedikitpun, seperti biasa dia menyapaku dengan mimik wajah yang sama, membosankan.

Kali ini ada yang berbeda, tak ada bekal dengan kotak pink yang biasanya Ara berikan padaku.

******
Di sudut ruang kelas, Ara sedang duduk dengan sangat malas dia bercerita.

"Gue bosen enggi, kenapa Alan kayak gitu ke gue?" tanya Ara pada Anggi sahabatnya.

Bego Not StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang