7. Kebohongan

19 11 7
                                    

Ini sudah satu minggu lamanya sejak hujan itu, aku masih ingin tahu siapa wanita yang tinggal di samping rumah Ara, hari ini hari minggu, aku memutuskan keluar rumah.

Tak kulihat ayah pagi ini, aku bertanya pada bibi dia sedang pergi keluar kota, entah kali ini karena apa, bahkan perkembangan bisnis ayah saja aku tidak tahu, sekalipun aku bertanya, ayah akan menjawab 'kamu terlalu kecil untuk tahu.'

Aku berjalan kaki, di ujung sana sudah kulihat taman bermain, bukan berarti aku masih kekanak kanakan tapi karena aku bosan di rumah dan bosan bermain game.

Elang dan Devan tak kuajak, aku ingin menyendiri untuk mencerahkan pikiranku, sejak aku melihat wanita itu, aku tidak bisa berpikir jernih, aku hanya memikirkan dia.

Tanpa sengaja aku melihat Ara yang sedang berjalan bersama seorang anak kecil, anak kecil itu sedang menangis, entah siapa anak itu, yang pasti bukan anak Ara.

"Jangan nangis, kita cari ibu kamu ya, cup cup" bujuk Ara pada anak itu yang sedang merengek sambil memanggil ibunya.

"Ma-maaaaaa"

Mendengar anak kecil itu menangis keras aku segera beranjak menuju mereka, berharap bisa membantu seperti membelikan permen lolipop.

"Kenapa Ra?" tanyaku pada Ara yang sedang duduk berjongkok membujuk anak itu.

"Ini gue ketemu sama anak ini, tapi ibunya gak ada, dia terus manggil ibunya, bingung gue, belum pernah ngurus anak lagi" jelas Ara padaku.

Mendengar penjelasan Ara aku tak bisa menahan tawa pernyataan Ara tentang dia yang belum pernah mengurus anak itu tentu saja sangat lucu bagiku, dia masih SMA, tentu saja belum pernah mengurus anak.

Aku ikut duduk di samping anak itu, melihat dia menangis, mengingatkanku pada masak kecilku dulu, saat aku di tinggal ayah dan ibuku sendirian di rumah, meskipun ada bibi tapi aku tetap menangis.

"Ya udah ya dek, kita cari mama bareng bareng, tapi jangan nangis ya" bujukku pada anak kecil itu.

Setelah tangis anak itu mereda, aku dan Ara segera perjalan menuju sebuah

Nama dari anak itu sudah aku umumkan, tapi sampai sekarang ibu anak itu belum datang, niatku untuk mencerahkan pikiranku akhirnya gagal, kehadiran anak itu sungguh membuatku bingung harus bagaimana.

Satu jam telah berlalu, aku dan Ara masih duduk di bangku dan menjaga anak itu, tiba tiba seseorang datang, seorang wanita yang tak lain adalah ibu dari anak itu.

"Ma-maaaa" tangis anak kecil itu kembali pecah.

"Mama di sini sayang, gak usah nangis lagi ya" ibu muda itu membujuk anaknya sambil menggendongnya.

Di seberang sana kulihat seorang pria, memakai setelan jas, gaya rambut itu sangat kukenal, meskipun wajahnya tak kulihat tapi aku sangat mengenal siapa dia.

Ibu itu pergi menuju pria tadi, membuatku semakin curiga, siapa wanita itu sebenarnya.

"Kenapa Al?" tanya Ara padaku yang memasang wajah penuh keheranan.

"Gak papa, kayaknya gue lihat seseorang deh" jawabku pada Ara.

"Lo halu kali, waktu itu lo juga gitu kan" ujar Ara padaku, aku tidak sedang halu sekarang, karena aku sangat jelas mengenal pria itu, jika wanita yang kulihat waktu itu, mungkin saja Ara benar aku sedang halu, tapi saat ini aku sedang baik baik saja, aku sangat jelas mengenal pria yang saat ini menggendong anaknya.

Mereka sudah pergi, tapi rasa penasaranku tak kunjung pergi, aku masih ingin memastikan siapa yang aku lihat itu.

"Ra gue mau pulang, lo gak papa sendirian di sini?" tanyaku pada Ara yang sedang membenarkan tali sepatunya.

Bego Not StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang