"Ini teknologi terbaru, aku sudah susah payah membantumu mencari ilmuwan Jerman untuk menciptakan alat ini" suara seorang berkaca mata hitam dengan mantel hitam yang melekat di tubuhnya, apa yang dia kenakan serba hitam, itu membuat Alan tidak ragu lagi, orang yang dia temui kali ini adalah buronan polisi, tapi dia tidak takut untuk bergaul dengannya, itulah Alan.
"Apakah benar benar canggih?, anda yakin kali ini hanya saya yang bisa mengetahuinya? saya lihat ini tampak biasa saja," jawab Alan enteng sambil menimang nimang barang kecil dalam kotak kaca.
"Dasar bocah, kau tidak tau secanggih apa itu, coba saja dulu, tidak berhasil uang kembali!" ujar pria bongsor di depannya itu lantas pergi tergesa gesa.
Dia segara bergegas meninggalkan tempat sepi ini, mengenakan topi dan juga masker hitam, karena dia takut seseorang mengenalinya.
******
Awan pagi ini terlihat cerah, sebentar lagi musim panas akan segera berakhir, tak terasa waktu berlalu cepat, musim yang paling ku benci akan segera tiba, aku berharap hujan tidak lagi membuat seseorang pergi.Seperti biasa kulihat ayahku yang dingin menyiapkan sarapan pagi, hanya roti panggang dengan selai stroberi dan segelas susu, tidak seperti ibuku dulu.
Ayahku seorang pengusaha, dia terbiasa dengan hidup serius, wajah dingin tak banyak bicara, sejak kepergian ibuku tujuh tahun yang lalu, aku harus terbiasa hidup dibawah aturan ayahku.
"Ingat!, jangan membuat ayah malu dengan nilai sekolahmu!"Iya, dia selalu begitu, bahkan saat mengunyah makananpun dia masih sempat untuk mengingatkan aku mendapatkan "excellent" saat di sekolah.
Aku yang mendengar perkataan ayahku hanya mengangguk,'kuambil segelas susu di samping piring putih bersih ini, dan kuteguk habis.
"Aku berangkat" bergegas pergi tanpa melirik ayahku, meskipun aku tahu wajahnya sekarang tampak tidak menyenangkan.
Hari yang membosankan meskipun matahari tak pernah bosan bersinar,
tapi aku sangat bosan menjalani masa SMA ini apalagi adanya dia yang mengganggu setiap langkahku.
"Eh fans fanatik lo tuh"Aku sudah tahu setiap pagi akan melihat wajah kusam itu, di persimpangan jalan menuju gerbang sekolah, setiap hari aku akan melihat dia dengan rambut kepang dua dan kaca mata tebal seperti kaleng susu.
"Heiiish" aku mendesah kesal.
Kulirik sekilas dia tersenyum ke arahku, sungguh membuatku ingin muntah.
"Alan,selamat pagi!" dengan cepat dia menghentikanku dan menyerahkan kotak pink entah kali ini berisi apa.
"Sekotak bekal, untuk makan siang,
a a aku juga menambahkan irisan tomat segar" ujar dia sambil melanggak lenggokkan kepalanya.Mendengar itu semua teman satu gengku tak bisa menahan tawa. Aku yang mendengar itu semua tentu saja marah, membosankan.
"Sampai kapan sih lo kayak gini terus?!, sampai gue mati?!, gue bosen tahu gak lo?!" Amarahku kali ini memuncak, bagaimana bisa cewek kehilangan harga dirinya saat dia jatuh cinta.
Kulihat dia mengambil bekal yang jatuh karena aku melemparkannya,
sejenak aku merasa iba. aku segera beranjak pergi meninggalkan dia yang meratapi makanan di pinggir sekolah, kali ini aku tidak peduli, bahkan saat dia menangis sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bego Not Stupid
Teen FictionKamu boleh jatuh cinta Asal jangan bodoh karenanya. Maafkan saya kalau banyak yang typo,semoga kalian mengerti,jangan lupa vote ya... Lup:3