02 : Next Step

220 55 12
                                    





Setelah pertemuan keduanya di sungai Han pada malam itu. Baik Han maupun Jennie tidak pernah bertemu lagi ataupun saling bertukar pesan satu sama lain.

Bagaimana mau bertukar pesan jika nomor telepon ataupun id line dan nama akun sosial media saja mereka tidak saling tahu.

Kecuali Han, tentu saja pria itu tau apa nama akun sosial media milik Jennie. Namun ia masih merasa sungkan jika tiba - tiba mengirim pesan kepada gadis itu dan bertanya mengenai kabarnya padahal bertemu saja baru satu kali.

Tidak, ia tidak mau dicap sebagai lelaki yang sok kenal dan sok dekat dengan gadis yang baru saja ia jumpai.  Oleh karena itu ia mengurungkan niatnya untuk mengirimkan Dirrect Message ke akun milik Jennie.

Namun, layaknya salah satu lirik lagu yang mengatakan bahwasannya "Jodoh Pasti Bertemu" itu nampaknya memang nyata benarnya. 

Seperti saat ini misalnya, ketika Han baru saja pulang sekolah dan hendak mengerjakan tugas kelompok di salah satu café yang memang menyediakan fasilitas pojok baca di mana mereka menyediakan banyak buku – buku baik buku fiksi maupun buku non-fiksi yang sangat menunjang untuk digunakan sebagai tempat mengerjakan tugas bagi siswa maupun mahasiswa.

Saat dirinya baru saja memegang handle pintu café, salah seorang pengunjung café dari dalam yang hendak keluar terlebih dahulu membuka pintu dan membuat keduanya cukup terkejut. Bagaimana tidak, lelaki yang sebelumnya dilanda kebingungan ingin mengirimi pesan pada seorang gadis yang sebelumnya membuat ia berfikir lebih keras dibandingkan saat ia berhadapan dengan soal ujian sejarah, justru saat ini mereka berdua tengah bertemu di depan pintu café.

Karena menyadari bahwa kegiatan mereka mengganggu akses masuk pengunjung lain, dengan sigap gadis itu menarik tangan Han masuk ke dalam café dan duduk di salah sebuah meja yang terletak di pinggir kaca jendela.

"Hai bocah menggemaskan, bagaimana kabarmu?" tanya Jennie memulai percakapan.

"O-oh hai Jennie-ssi, kabarku baik. Bagaimana dengan anda?" tanya Han dengan nada formal.

Jennie yang mendengarnya hanya tergelak tawa karena menurutnya pemuda yang berada di hadapannya ini begitu berbeda dengan pertemuan awal mereka dan itu membuat image menggemaskan milik sang pemuda semakin bertambah di mata Jennie.

"Ya!! Ada apa denganmu? Kenapa jadi begitu kaku seperti ini? Padahal saat awal bertemu kau begitu kurang ajar padaku" ujarnya kembali tertawa. Hal itu sontak membuat Han kembali bersemu karena malu pada dirinya sendiri.

"Santai saja. Aku tidak bangga kalau aku lebih tua dan aku juga tidak gila hormat seperti apa yang kau ucapkan malam itu" singgung Jennie membuat Han langsung mati kutu.

Pemuda itu langsung menegapkan tubuhnya dan mengalihkan pandangannya karena tidak berani menatap Jennie secara langsung. Ia begitu malu dengan pertemuan awalnya dengan Jennie yang menurutnya begitu tidak pantas.

"Hei sudah tidak perlu dipikirkan, aku hanya bercanda" ujar Jennie sembari menangkup kedua belah pipi Han untuk mengarahkan pandangan pemuda tersebut kepadanya.

"Oh iya, apa ---kau belum pernah mendengar nama atau melihat wajahku di suatu tempat sebelumnya?" tanya Jennie yang sontak menciptakan kerutan di dahi Han.

"M-maksud anda?" bukannya menjawab pertanyaan Jennie, pemuda itu justru balik bertanya kepadanya.

"Noona. Cukup panggil aku noona. Lagipula aku juga tidak keberatan jika kau menggunakan bahasa informal padaku. Kita hanya tertaut 4 tahun. Jangan berbicara seolah – olah aku adalah ahjumma yang berusia 40 tahun" interupsi Jennie.

INSECURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang