Cahaya putih bersinar cukup terang menjadi hal pertama yang Xiao zhan lihat begitu dirinya membuka mata.
Sejenak Xiao zhan mengerjapkan matanya sebelum dia kembali teringat kejadian di apartemen Wang Yibo. Dimana tiba-tiba dirinya diserang oleh Yang Zi dari belakang dan sebelum dia bisa berbuat apa-apa, dia sudah tak sadarkan diri begitu darah yang mengucur dari kepala Wang Yibo menetes ke wajahnya.
Mengingat kejadian itu, membuat Xiao zhan langsung bangun untuk mencari keberadaan Wang Yibo. Bahkan meski luka di punggungnya belum mengering, dia tak peduli.
Xiao zhan bergegas berlari keluar dari kamar rawatnya untuk mencari keberadaan Wang Yibo disetiap ruangan yang ada di sepanjang koridor rumah sakit.
Namun nihil. Xiao zhan sama sekali tak bisa menemukan keberadaan pria yang sangat dia cintai itu. Hingga disaat dirinya mulai putus asa, disaat itu pula akhirnya dia bertemu dengan sosok yang sedaru tadi dia cari. Sosok yang teramat sangat dia cintai. Sosok yang teramat sangat dia rindukan. Dan sosok itu adalah Wang Yibo. Pria jangkung berkulit pucat yang saat ini tengah berdiri tak jauh dari dirinya itu tengah tersenyum ke arahnya meski dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kepala yang terlilit perban dengan bercak darah yang masih terlihat segar. Sekaligus kedua tangan yang terkunci oleh sebuah borgol besi semakin menambah kesan menyedihkan pada pria tampan itu.
"Y-yibo.. a-apa yang terjadi padamu? Huh?" Tanya Xiao zhan dengan suara bergetar menahan rasa sesak di dadanya.
"Aku baik-baik saja. Kau.. hmm.. maafkan aku. Aku.. hmm.. hari ini tepat 10 tahun dari perjanjian yang ku ajukan padamu. Dan aku kalah. Aku mundur. Aku sadar kalau aku tak layak untukmu. Maka dari itu, kau bisa kembali melanjutkan hidupmu tanpa perlu terbebani dengan apapun yang berhubungan denganku lagi. Karena..... Karena aku melepaskanmu. Aku melepasmu Xiao zhan. Aku melepasmu. Aku.. selamat tinggal Xiao zhan." Ucap Wang Yibo yang jelas sekali tengah menahan luka di hatinya sebelum dia bergegas pergi bersama dua petugas polisi, meninggalkan Xiao zhan yang masih berusaha mencerna setiap kata serta detail kejadian yang dia dengar juga lihat.
Sampai akhirnya dia pun mulai mengerti meski tak seluruhnya, namun Xiao zhan cukup bisa memahami dengan menggabungkan setiap potongan kecil ingatannya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Dan tanpa membuang banyak waktu lagi, Xiao zhan pun berlari menyusul Wang Yibo tanpa mempedulikan baju serta perban di tubuhnya mulai basah karena keringat juga darah dari luka tusukan yang ada di punggungnya semakin menyiksanya.
"Tunggu aku, Yibo. Tunggu aku."_gumam hati kecil Xiao zhan yang terus berlari menyusuri koridor rumah sakit untuk menyusul Wang Yibo yang sudah menghilang masuk ke dalam lift menuju lantai dasar rumah sakit.
Dengan tergesa karena tak ingin membuang banyak waktunya, akhirnya Xiao zhan memutuskan untuk berlari menyusul Wang Yibo menggunakan tangga darurat menuju lantai pertama rumah sakit dimana Wang Yibo bersama dua petugas polisi itu disana.
"WANG YIBOOOOOOOOOO....." Teriak Xiao zhan begitu dia sampai di lantai satu rumah sakit, dimana hal itu memancing semua orang yang ada disana. Hingga beberapa orang mengira bahwa Xiao zhan memiliki gangguan kejiwaan dengan baju pasien yang berantakan serta rambut acak-acakan juga keringat membasahi sekujur tubuhnya.
Dan bukan hanya itu saja. Tepat ketika Xiao zhan mulai berjalan untuk mencari keberadaan Wang Yibo, disaat itu pula orang-orang yang tadinya hanya menatap aneh juga kasihan padanya mulai berteriak histeris begitu melihat warna merah darah yang tercetak jelas di punggung sempit pria cantik itu. Hingga membuat para tenaga medis bergegas menghampiri Xiao zhan hendak menolongnya. Namun hal itu malah membuat keadaan semakin kacau karena penolakan keras yang Xiao zhan buat. Yang mana hal itu memaksa petugas medis untuk menyuntikkan obat penenang pada Xiao zhan agar pria cantik itu tenang sebelum dibawa kembali ke ruang rawatnya.
Skip
Putih. Ya.. itulah yang lagi-lagi Xiao zhan lihat setiap kali dia membuka matanya. Selain itu, aroma menyengat dari obat-obatan yang menjadi ciri khas rumah sakit selalu menerobos masuk ke dalam indera penciumannya hingga terkadang membuat kepalanya pening.
"A-zhan.. kau sudah bangun?" Sambut suara cempreng yang tanpa Xiao zhan lihat pun, dia sudah tau siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Xiao Lu? Wanita cantik yang merupakan kakaknya itu tengah panik sekaligus mengkhawatirkan keadaanya.
"A-zhan.. a--"
"Yibo. Dimana Yibo? Aku ingin bertemu dengannya. Bawa aku untuk menemuinya, A-jie. Ku mohon." Sela Xiao zhan yang memohon dengan suara serak juga lirih. Yang mana hal itu membuat Xiao Lu tak bisa lagi menahan rasa sakit melihat kondisi adiknya yang terlihat begitu menyedihkan itu.
"Aku ingin. Tapi untuk sementara waktu kita tak bisa menemuinya."
"Tapi kenapa? Kenapa, A-jie? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka membawanya pergi? Kenapa mereka memborgol tangannya? Kenapa mereka memperlakukannya seperti seorang penjahat? Kenapa, A-jie?"
"Itu.. itu semua karena Yibo membunuh Yang--"
"Dia bukan pembunuh. Yibo bukan pembunuh. Dia tak pernah membunuh siapapun. Mereka salah orang. Mereka.. aku.. aku mohon biarkan aku menemui petugas polisi itu. Aku akan menjelaskan semuanya agar mereka sadar bahwa mereka keliru dan melepaskan Yibo-ku. Ku mohon." Sela Xiao zhan yang histeris sembari memohon pada Xiao Lu.
"Maafkan aku A-zhan. Tapi aku tak bisa. Haikuan dan orang tua Yibo, mereka tak mengijinkanku. Mereka akan mengurus segalanya sampai semua selesai. Dan setelah semua mulai bisa terkontrol, aku berjanji akan membawamu menemuinya. Jadi kau tunggu saja." Ucap Xiao Lu yang mencoba untuk menenangkan adiknya itu.
"Tapi A--"
"A-Zhan. Kondisimu belum stabil. Dan apa kau pikir jika Yibo melihatmu seperti ini, dia takkan kembali menyalahkan dirinya sendiri? Kau yang paling tau seperti apa Yibo itu. Kau yang paling tau bagaimana dia setiap kali melihatmu terluka. Kau yang paling tau hal itu, A-zhan. Jadi ini bukan hanya soal dirimu. Melainkan Yibo juga. Ketauhilah kalau saat ini dirinya benar-benar terpuruk. Maka dari itu, tunggu sampai kondisimu stabil. Setelah itu aku akan membawamu menemuinya. Aku berjanji padamu." Lanjut Xiao Lu yang ternyata berhasil membuat Xiao zhan sedikit lebih tenang dan tak lagi merengek.
"Tunggu aku, Yibo. Aku akan menemuimu. Aku pasti akan datang menemuimu."_lirih hati kecil Xiao zhan yang sudah bertekad.
Di kantor polisi. Terlihat orang tua Wang Yibo juga suami Xiao Lu, Liu Haikuan bersama beberapa pengacara terbaik milik keluarga mereka, tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengajukan permohonan keringanan hukuman kepada pihak kepolisian atas Wang Yibo. Namun semua gagal dan harus menunggu keputusan pengadilan atas kasus ini. Bahkan meski pihak Wang Yibo telah menyerahkan rekaman cctv yang ada di apartemen Wang Yibo sekalipun, tetap tak membuat pihak kepolisian yang menangani kasus ini bersikap longgar dan tetap kekeh menahan Wang Yibo atas tuduhan pembunuhan sampai penyelidikan mereka benar-benar selesai sebelum akhirnya diserahkan ke pengadilan.
Di dalam salah satu sel penjara. Wang Yibo hanya bisa duduk di salah satu sudut sel tersebut sembari memeluk erat kedua lututnya dengan tatapan kosong yang tengah menerawang jauh entah kemana.
Namun satu hal yang ada di pikirannya saat ini yaitu sebuah penyesalan yang begitu dalam setiap kali dia teringat wajah Xiao zhan. Wajah cantik yang selalu tersenyum manis itu, kini takkan pernah lagi bisa dia lihat. Bahkan jika suatu hari nanti dirinya memiliki kesempatan untuk kembali bertemu dengan pria cantik itu sekalipun, Wang Yibo tak yakin apakah dia punya cukup nyali untuk menatap Xiao zhan. Karena jujur saja.. jangankan harga diri sebagai seorang pria, rasa percaya diri saja Wang Yibo sama sekali tak lagi memilikinya.
Tbc
Terima kasih buat semua temen-temen readersnim yang udah support ff gaje ini😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
BFRIEND
FanfictionKetika rasa tidak suka menjadi rasa nyaman, apa yang bisa mereka lakukan? Ketika rasa cinta tersamarkan oleh status dan gender, apa yang bisa mereka lakukan? Dan ketika mereka harus dihadapkan antara cinta dan persahabatan, apa pula yang bisa mereka...