BF-20

3.1K 244 28
                                    

Ruang sidang telah dipenuhi oleh orang yang ingin mengetahui keputusan apa yang akan hakim beri untuk tersangka kasus pembunuhan seorang transgender di salah satu apartemen mewah di pusat kota Beijing yang terjadi beberapa waktu lalu.

Bahkan blitz kamera milik para reporter mulai berlomba-lomba menyala untuk menyoroti jalannya proses persidangam yang mana membawa nama Wang Yibo, pewaris tunggal sekaligus CEO salah satu perusahaan besar di kota Beijing, China.

Ini merupakan sebuah berita skandal terbesar yang pastinya akan menarik banyak perhatian dari segala kalangan.

Satu persatu pernyataan mulai di lontarkan oleh pihak jaksa penuntut umum yang mana akan dibantah keras oleh pihak pembela aka pengacara Wang Yibo. Dan hal itu pun tak pelak memancing perdebatan yang mana hal itu membuat keadaan di ruang persidangan mulai ikut memanas, hingga tak jarang kedua belah pihak mendapat teguran dari hakim.

Namun tak berhenti sampai disitu saja. Ketika bukti-bukti mulai dibeberkan, kedua belah pihak kembali memanas karena perdebatan yang terjadi.

Ya.. meski bukti rekaman cctv yang ada di apartemen Wang Yibo sudah menunjukkan detail kejadian yang cukup jelas, namun hal itu masih belum membuat pihak jaksa penuntut umum berpuas hati. Karena menurut mereka, apa yang telah Wang Yibo lakukan itu salah dan terhitung sebagai tindakan pembunuhan. Bahkan menurut mereka penusukan yang Wang Yibo lakukan itu bukan hanya sekedar untuk melindungi diri, melainkan juga upaya pembunuhan yang telah direncakan atas dasar dendam pribadi yang Wang Yibo miliki selama ini terhadap Yang Zi. Apalagi cara Wang Yibo menusuk lalu memutar pisau yang sudah menancap di dada Yang Zi memperkuat argumen pihak jaksa penuntut umum untuk mempertegas bahwa itu merupakan tindakan pembunuhan.

Tapi pihak pengacara aka pembela tak mau tinggal diam dengan segala tuduhan yang dilayangkan kepada klien mereka. Dengan segala bukti serta kemampuan berargumen yang mereka miliki, mereka kembali menyanggah tuduhan-tuduhan tersebut. Bahkan dengan tegas mereka meminta ijin kepada Hakim untuk memanggil saksi.

Semua saksi dari pihak Wang Yibo satu persatu mulai dipanggil dan memeberikan kesaksian secara bergiliran. Dan yang terakhir adalah Xiao zhan. Yang mana dialah satu-satunya saksi mata sekaligus salah satu korban yang berada di tkp pada waktu itu.

Dengan tegas dan lantang Xiao zhan menceritakan setiap detail kejadian yang dia alami waktu itu. Baik mulai dari Yang Zi yang tiba-tiba datang ke rumah lalu mengacau pesta ulang tahunnya, sampai dimana Xiao zhan yang kehilangan kesadarannya di pelukan Wang Yibo. Semua Xiao zhan jelaskan dengan sangat detail tanpa ada satu ingatannya pun yang dia lewatkan.

Namun sedetail apapun kesaksian yang Xiao zhan berikan, semua itu kembali disanggah oleh pihak jaksa penuntut umum yang menyatakan bahwa kesaksian Xiao zhan tak bisa sepenuhnya menjadi patokan untuk memutuskan bahwa Wang Yibo tak bersalah. Karena menurut pihak jaksa penuntut umum, Xiao zhan sama sekali tak melihat kejadian penusukan yang Wang Yibo lakukan. Maka dari itu jaksa penuntut umum masih kekeh dengan pendapatnya sendiri. Bahkan mereka juga mulai mendesak agar Wang Yibo tetap dihukum sesuai dengan undang-undang atas kasus pembunuhan.

Perdebatan demi perdebatan kembali menguasai proses jalannya persidangan atas kasus ini. Meski berkali-kali hakim memberi peringatan pada kedua belah pihak untuk lebih tenang dan menghormati proses persidangan, namun lagi-lagi perdebatan kembali tak terelakkan.

Xiao zhan, pria cantik bergigi kelinci itu hanya bisa menatap Wang Yibo yang sedari tadi menunduk dari kejauhan.

"Kau tak bersalah. Aku yakin akan hal itu."_gumam hati kecil Xiao zhan yang merasa yakin bahwa Wang Yibo, pria yang sangat dia cintai itu tak bersalah.

Sedang Wang Yibo, pria tampan berkulit pucat itu sedikit banyak merasa tenang begitu dirinya mendengar suara lembut Xiao zhan kembali menyapa kedua telinganya setelah beberapa minggu terakhir tak pernah lagi dia dengar.

BFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang