"Tuan Song.. maaf, dompet teman anda kemarin tertinggal." Ucap salah seorang pemuda yang menggunakan seragam pelayan kafe milik Song Weilong.
"Dompet temanku?" Gumam Song Weilong yang mengernyitkan dahinya mencoba untuk mengingat teman yang mana yang pelayan itu maksud.
"Iya tuan. Ini dompetnya. Kemarin saya menemukannya di bawah kursi, tuan." Ucap pelayan itu sekali lagi sembari menyerahkan dompet kecil berbahan kulit dengan beberapa ukiran yang membuat dompet itu terlihat feminim.
"Eoh? Baiklah terima kasih. Kau bisa kembali ke pekerjaanmu." Balas Song Weilong yang menatap aneh ke arah dompet yang dia terima dari pelayan tersebut.
"Kalau dilihat dari desainnya, jelas sekali kalau ini milik seorang wanita. Tapi siapa? Aku bahkan tak pernah mengajak ataupun memiliki teman wanita selama aku hidup." Gumam Song Weilong sembari membuka dompet kecil itu untuk mengetahui siapa gerangan pemiliknya.
"Eoh? Pria? Woah.. seleranya cukup unik." Lanjut Song Weilong yang cukup terkejut melihat kartu identitas yang ada di dalam dompet tersebut.
Namun Song Weilong bukanlah tipe orang yang peduli pada hal-hal yang bukan urusannya. Jadi dia memutuskan untuk segera pergi ke alamat yang tertera di kartu identitas tersebut untuk mengembalikan dompet itu ke pemiliknya.
Butuh waktu sekitar 30 menit dari kafe miliknya menuju ke alamat pemilik dompet tersebut. Dan setelah sampai di depan gedung apartemen yang tertulis sesuai dengan kartu identitas si pemilik dompet, Song Weilong segera menuju resepsionis yang berada di lobby. Namun langkahnya terhenti begitu melihat sosok yang amat sangat dia kenali tengah terbaring dengan mata terpejam di atas brankar yang tengah di dorong oleh beberapa petugas medis menuju ambulance yang sudah bersiaga di gedung apartemen tersebut.
Dengan segera Song Weilong memutar haluannya dan memilih untuk berlari menuju kerumunan petugas medis tersebut.
"Maaf tuan.. tolong minggir." Ucap salah seorang petugas medis sembari menggeser tubuh Song Weilong yang cukup mengganggu jalan menurut petugas tersebut.
"Aku mengenalnya. Dia temanku. Apa yang terjadi padanya?" Sergah Song Weilong yang terus mengikuti rombongan petugas medis tersebut.
"Maaf apa kau benar temannya?" Tanya seseorang yang berdiri di belakang tubuh Song Weilong. Yang mana hal itu jelas membuat pria bertubuh jangkung itu pun mau tak mau akhirnya menolehkan kepalanya untuk melihat siapa gerangan yang bertanya padanya.
"Eoh? Ya. Aku temannya." Jawab Song Weilong yang cukup terkejut begitu melihat beberapa polisi berdiri dengan tatapan garang seolah tengah mencurigainya.
"Kalau begitu, mohon ketersediaannya ikut dengan kami untuk memberi keterangan?" Ucap salah satu dari polisi itu yang mana membuat Song Weilong sejenak terdiam dengan gelisah.
"Baiklah, tuan. Tapi biarkan saya menghubungi pihak keluarga dari teman saya."
"Silahkan."
Setelah mendapat ijin, Song Weilong segera menelpon seseorang dengan gelisah. Dan tepat pada dering ketiga, orang yang dia telpon pun akhirnya menjawab panggilannya.
"Halo, Xiao zhan. Kau dimana?"
["---"]
"Xiao zhan, bisakah kau ke rumah sakit X sekarang?"
["---"]
"Tidak. Aku baik-baik saja. Tapi Wang Yibo, tidak."
["---"]
"Aku tak tau detail kejadiannya. Hanya saja aku tak sengaja bertemu dengannya dalam keadaan yang sangat buruk. Dan saat ini dia dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulance."
KAMU SEDANG MEMBACA
BFRIEND
FanfictionKetika rasa tidak suka menjadi rasa nyaman, apa yang bisa mereka lakukan? Ketika rasa cinta tersamarkan oleh status dan gender, apa yang bisa mereka lakukan? Dan ketika mereka harus dihadapkan antara cinta dan persahabatan, apa pula yang bisa mereka...