"Kau diundang ke kamp pelatihan nasional, 'Tsumu?"
Lelaki bernama Osamu yang diidentifikasikan sebagai kembaran dari yang bernama Atsumu menghela nafas lelah ketika melihat kakak kembarnya mengedikkan bahu tidak tertarik dengan obrolan yang dibukanya.
"...begitulah." jawabnya ogah-ogahan. Ia masih berbaring santai di sofa kediamannya dan menatap televisi tiga puluh dua inci yang menampilkan siaran pertandingan basket.
"...oh. Hei, 'Samu? Kau mau menggantikanku ke kamp pelatihan itu? Wajah kita sama bukan? Mereka pasti tid-"
Belum sempat Atsumu menyelesaikan ucapannya, si adik yang hanya berbeda dua menit darinya melempar kepala pirang hasil salon tersebut dengan remote televisi yang ada di genggamannya.
"a-DUH! a-APA YANG BARU SAJA KAU LEMPAR, ADIK DURHAKA?!"
Osamu menatap Atsumu dengan tenang seolah tidak terjadi apapun sebelumnya dan bergumam 'remote' lalu berkata 'kau pasti sudah gila' setelahnya.
"Aku tidak akan mau meskipun Kita-san menyetujui ide gilamu. Merepotkan."
Atsumu mendecih mendengar perkataan lanjutan dari Osamu. Ia pun mendudukkan diri lalu meletakkan camilan yang tadinya ia genggam erat di meja dengan asal.
"Aku mau membereskan perlengkapan untuk kamp. Kuharap aku menemukan sesuatu yang menarik." gumamnya samar ketika melewati sosok Osamu yang masih menatap layar televisi datar.
.
.
Entah harus senang atau sedih ketika mendapati takdir mengharuskan Atsumu memiliki kembaran.
Dibalik sifatnya yang kekanakan dan urakan, ia memiliki sifat manis yang terselubung, terlebih jika sesuatu itu berhubungan dengan sang adik―kembarannya.
Sejak kecil, orang tuanya selalu mengajarkan agar Atsumu lebih mengalah kepada adiknya. Karena itu, ketika mereka masih kanak-kanak ia terbiasa untuk menuruti permintaan Osamu dan memilih untuk mengalah ketika ia dihadapkan pada sesuatu yang sangat diinginkannya namun sang adik sama menginginkan juga.
Atsumu sudah berusaha menghilangkan kebiasaan itu, tetapi rasanya tetap sulit ternyata.
Ia sering mengambil jatah puding Osamu di lemari pendingin dan ketika empunya sadar makanan kesukaannya hilang lalu murka, Atsumu tentu mengutarakan seribu alasan untuk mengelak.
Tetapi, tiga hari kemudian ia mengganti puding milik Osamu yang dimakannya.
Mulia sekali bukan?
Perilakunya ini juga berpengaruh dengan seorang gadis. Ketika menginjak kelas dua sekolah menengah pertama, tanpa direncanakan keduanya jatuh cinta pada gadis yang sama, gadis cantik berhelai biru malam sepunggung yang memiliki senyum indah dan perangai hangat.
Tanpa sepengetahuan Osamu, gadis itu menyatakan perasaannya pada Atsumu di gedung belakang sekolah.
Jika ditanya bagaimana perasaannya saat itu, tentu saja Atsumu akan menjawab jika ia sangat senang. Namun, ingatannya berputar ke waktu di mana si kembaran bercerita kepadanya bahwa keesokan hari ia akan menyatakan perasaannya pada gadis yang kini berada di depannya.
"Maaf, aku tidak bisa. Bukannya aku tidak menyukaimu, tapi aku tidak ada niatan untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Kau gadis yang baik, pasti kau akan mendapat kekasih yang lebih baik dariku."
Itu adalah sederet kalimat yang Atsumu gunakan untuk menolak sang gadis. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggaruk pipinya yang tidak gatal ketika melihat jika gadis di hadapannya mulai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu [ Oneshot ]
FanficHinata × Harem 😈 Pairnya harem ya bisa siapa aja Isinya oneshot semua oke 👌 Janlupa vote dan komen minna san Selamat membaca ❤