Protokol Kesehatan [SakuHina]

2.2K 217 17
                                    




"Aaah! Omi-san akhirnya muncul!" sahut Hinata riang.

"Halo, Hinata," sapa Sakusa datar.

"Iiih, kok cuman Shoyo doang, sih?" cibir Atsumu.

"Kamu dan Bokuto gak penting," decih Sakusa.

"Jleb, woi, jleb rasanya," ujar Atsumu, dengan menekan dadanya sambil memasang wajah sakit.

"Jadi, ada apa? Yang lain mana?"

"Yang lain?"

"Anggota tim lain? Kapten, gitu?"

"Oooh, enggak, cuman kita berempat yang masih muda aja, hahahah~" tawa kembarannya Osamu.

"Kalau gak penting, kututup nih."

"Eeeh, jangan, jangan! Hinata, lakukan itu!" sahut Bokuto.

Hinata tampak kaget. "Itu—ooh, itu! Ehem. Omi-san, jangan tinggalin aku dong, pliiis…"

… Asem. Walau itu hasutan, terlepas yang ngomong benar serius atau tidak, tapi kalau yang ngomong begitu adalah Hinata Shoyo dengan wajah memelas, siapa pun bakal klepek-klepek dan tak terkecuali seorang Sakusa Kiyoomi.

"Ya sudah." Iya, Sakusa nyerah.

"Gitu dooong~. Eh, eh, minggu depan ketemuan, yuk, udah lama kan gak latihan bareng?" ajak Atsumu.

Sakusa memasang wajah sebal. Iyalah, ngajak latihan bareng kenapa harus pakai video call berjamaah? "Masih pandemi, woi, gak boleh!"

Atsumu manyun. "Tapi kan, sudah tidak separah bulan-bulan kemarin—"

"Tetep gak boleh! Udah, diem aja di rumah! Entar kamu atau orang rumahmu kena virus baru tahu rasa!"

Bokuto ikutan manyun. "Sudah cukup Akaashi jadi mamaku, Omi-Omi gak usah ikutan."

"Gak usah keluar kalau gak penting. Kalau terpaksa keluar, patuhi protokol kesehatan! Kalau kamu kuat lompat-lompat main voli sambil pakai masker, silakan!"

"Iya, mah." Nah, kan, Hinata ikutan. Semoga Sugawara tidak sontak merasa ingin menikam Sakusa.

"Tapi, Omi-Omi sebelum pandemi juga sudah hobi pakai masker. Selama ini latihan untuk pandemi apa gimana?" tanya Atsumu sambil menyengir.

"Gak usah ngeledek deh."

"Aaah, kebetulan! Bagi tips dalam melaksanakan protokol kesehatan, dong, Omi-san!" sahut Hinata cerah.

Sakusa menyipitkan mata pada Bokuto dan Atsumu. Tadi, Hinata memintanya untuk tetap tinggal gara-gara disuruh Bokuto.

Jangan-jangan sekarang salah satu dari dua makhluk itu menyuruh Hinata untuk membuatnya lebih lama ber-video call dengan mereka.

Hmmm, tapi permintaan Hinata itu bagus, sih. Lumayan bisa sekalian ghibah.

Jadi, Sakusa menyanggupi permintaan anggota termuda Black Jackals itu. "Hal paling mudah untuk dilakukan selama pandemi COVID-19 adalah: jauhi Atsumu, dekati Hinata."

"Hah?"

"Apaan—"

"Omi-san?"

"Aku serius," ujar Sakusa. "Hal termudah itu cara gampang ingetnya adalah begitu: jauhi Atsumu, dekati Hinata.

Maksudnya, jauhi sumber-sumber kuman dan virus, seringlah berjemur."

"Asem, gua dibilang sumber kuman."

"Berikutnya, patuhi perkataan pemerintah untuk menjalankan PSBB."

Hinata menyerngit. "PSBB?"

"Apaan, tuh?" tanya Bokuto tidak mau kalah dengan 'anak angkat'nya.

"Aduh kalian berdua, masa PSBB aja gak tahu, sih?"

Sakusa memasang wajah sebal. "Memang kamu tahu?"

Atsumu pasang wajah bangga. "PSBB itu kan, singkatan dari 'Perlindungan Shoyo Berskala Besar'. Benar, kan? Iya, kan?"

"Cari di gugel sana jawabannya," cetus Sakusa. "Pokoknya, kalau terpaksa keluar rumah, jaga jarak sama orang lain. Pakai masker, pakai celana panjang dan baju lengan panjang kalau bisa. Gak usah kumpul-kumpul dulu."

"Intinya, harus jadi seperti kamu, gitu kan?" konklusi Atsumu.

"Imbauannya kan, memang begitu, aku tuh sudah terlatih dari dulu, kaliannya aja yang bar-bar," dengus Sakusa. "Terus, Bokuto, jangan keseringan beli makan di luar, minta Akaashi masak aja sana."

Bokuto manyun. "Heee, tapi kasihan entar Akaashi capek masakin buat aku teruuuss."

"Yaudah, gapapa beli makanan di luar, tapi makannya di rumah aja, jangan di luar. Kalau bisa pakai layanan pesan-antar saja."

"Oooh, iya, iya! Kayak onigirinya 'Samu itu bisa dibeli secara daring, lho!" promosi Atsumu.

"Iya, begitu. Terus jangan lupa sering cuci tangan pakai sabun dan air mengalir. Bawa hand sanitizer dan disinfektan. Atau pakai sarung tangan."

"Iya, iya, pokoknya bawa aja barang-barang yang biasa kamu bawa dan pakai, kan? Itu aku hapal, kok," ujar Atsumu.

"Terus, makan dan minum yang sehat, vitamin, olahraga—"

"Olahraga! Makanya ayo kita ketemuan!" sahut Bokuto langsung semangat.

Aduh, kalau bukan sayang dengan gawainya, Sakusa sudah ingin melempar ponselnya tersebut. "Gak mesti voli, woi! Lompat-lompat di tempat juga silakan! Push-up juga boleh. Lari keliling kamar juga bisa!"

Atsumu angkat tangan. "Lari dari kenyataan, termasuk?"

Golok mana, golok? "Terserah ah, sebel."

"Bercanda koook~"

"Tunggu," celetuk Bokuto, tampaknya baru kepikiran sesuatu, "memangnya kamu berjemur, Omi-Omi? Kan kamu demennya diem dalam sudut ruangan pakai masker dan baju lengan panjang?"

"Hinata."

"Ya?"

"Kamu kesini, deh."

"Hah?"

"Kamu, kan, matahari, jadi aku mau berjemurnya deket kamu aja," cetus Sakusa.

"Ap—"

"OMI-KUN GOMBAL?"

"SIAPA KAMU DAN APA YANG KAMU LAKUKAN PADA OMI-OMI KAMI?" teriak Atsumu sambil tampak menebar garam.

"Kalian lebay, aku cuman bercanda," dengus Sakusa.

"Oh, hahaha, aku kaget, lho," ujar Hinata.

"Tapi—" sambung Sakusa, "—kalau Hinata beneran mau mampir, boleh, kok."






[End]

Haikyuu [ Oneshot ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang