12 | FAMILIAR

27 4 0
                                    

"Nathan mau tanding basket! Temenin gue nonton dong, please," pinta Liora pada Vana dan Cikal ketika bel istirahat baru saja berbunyi.

Keduanya refleks memutar bola matanya. Merasa jengah dengan Liora yang belum juga berhenti mengejar Nathan.

"Nanti gue traktir, deh," tambah Liora yang melihat ketidakpedulian kedua temannya.

"Nggak deh, nggak. Kapok aku nemenin kamu ke Nathan. Yang ada aku terus yang malu," tolak Cikal.

"Jahat lo sama temen sendiri. Cuma nonton, Kal. Janji deh, nggak bakal ngelakuin sesuatu yang memalukan," ujar Liora sedikit memelas. Lalu ia beralih pada Vana disampingnya, "temenin ya, Van?"

Vana hanya melirik Liora sebentar lalu berbalik untuk menatap Cikal. "Ayo," ajaknya pada Cikal.

"Kemana?"

"Nemenin Lio."

Dua tatapan berbeda diterima Vana. Pertama, tatapan berbinar Liora yang permintaannya dikabulkan oleh Vana. Dan kedua, tatapan tidak terima Cikal karena, tumben Vana mau ke lapangan basket hanya demi menemani Liora.

"Kok kamu mau? Dih, aku ogah. Mending makan di kantin," ujar Cikal.

Vana memajukan wajahnya sedikit lalu menutupi separuh wajahnya dari Liora dan berbisik, "biar dia nggak bawel terus."

Cikal menghela napas panjang. Akan semakin menyebalkan kalau memilih mendengarkan bacotan indah Liora jika tidak dituruti permintaannya.

Dan dengan begitu ketiganya sudah berada di lapangan basket indoor milik sekolah mereka. Hampir seluruh bangku penonton dipenuhi siswi-siswi mulai kelas sepuluh sampai kelas duabelas.

Vana mengernyit heran. Ini udah kayak pertandingan antar sekolah.

Mereka memilih tribun bagian depan yang kebetupan masih kosong.

Di salah satu sudut lapangan terlihat Nathan sedang berbicara dengan seseorang yang juga mengenakan setagam olahraga. Beberapa kali Nathan menepuk pundaknya lalu keduanya berjalan ke tengah lapangan.

Suasana langsung riuh apalagi setelah mengetahui lawan Nathan kali ini juga memiliki visual yang tidak kalah tampan.

Nathan menyuruh semua untuk diam dan seketika lapangan menjadi sunyi. Dan saat itulah Nathan mulai membuka suara.

"Jadi, pertandingan ini dalam rangka menentukan ini anak bisa masuk ekskul basket atau nggak," ujarnya cukup keras sambil menepuk bahu cowok di sebelahnya.

"Karena Pak Reno udah ngasih gue kekuasaan penuh sebagai kapten basket, jadi gue yang jadi lawan dia," lanjutnya. "Oke, lo kenalin nama lo ke mereka."

Cowok itu akhirnya maju satu langkah dan mendongak menatap semua siswa yang ada disana dengan senyum miring. " Gue Arsel dari kelas 11 IPS-4. Gue emang anak baru, jadi sekalian salam kenal."

Deg!

Benar juga. Pantas saja Vana merasa familiar dengan wajah cowok itu.

Lalu pertandingan dimulai dengan salah satu anggota ekskul basket sebagai wasit melemparkan bola ke atas yang segera direbut oleh Nathan.

HEART CRASHER; VanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang