13 | WHY

12 3 0
                                    

Arsel baru saja keluar dari kamar mandi ketika sebuah ide tiba-tiba melintas di kepalanya. Ia tersenyum miring lalu mendudukkan dirinya di ranjang dan menyambar ponselnya yang tergeletak begitu saja.

Ia harus berusaha untuk masuk kembali ke dalam kehidupan cewek itu secepatnya. Jadi, ia harus segera memulainya.

Ia membuka aplikasi instagram dan mengetikkan nama panjang cewek itu. Meski ada beberapa akun palsu, akun asli cewek itu ada di list paling atas.

auvanada_

Cowok itu mengernyit ketika mendapati akun kakaknya ternyata mengikuti akun Vana. Begitupun sebaliknya.

Arsel tersenyum ketika akun tersebut tidak di privat. Yang artinya ia bisa melihat postingan yang ada di akun tersebut.

Dari duapuluh satu foto yang diposting, hanya ada dua foto selfie. Selain itu, hanya foto cewek itu dari jauh atau dari belakang.

"Kok cantik?" lalu Arsel berjalan menuju cermin di kamarnya dan memperhatikan wajahnya sendiri. "Pantesan ... ternyata gue juga ganteng."

Akhirnya Arsel memutuskan untuk mem-follow akun Vana tadi dan kembali meletakkan ponselnya di kasur.

Ia merebahkan setengah tubuhnya di kasur dan merentangkan kedua tangannya. Menatap langit-langit kamarnya dan beberapa kali menghela napas berat.

Merasa tidak percaya karena orang yang selama ini ia cari ternyata tidak mengingat dirinya. Bahkan dari yang ia dengar, cewek itu mengganti nama panggilannya.

"Kenapa, Va?" gumamnya lirih.

"Apa yang sebenernya terjadi?" tanyanya yang tentu saja tidak mendapat jawaban.

Sebuah ketukan ringan di pintu kamarnya membuat Arsel sadar kalau ada air mata jatuh dari matanya. Ia mengusap kasar sekitar matanya lalu berjalan untuk membuka pintu.

"Mama? Kenapa?"

"Temenin Mama belanja, yuk? Kayaknya kamu ngenes banget di kamar mulu."

"Belanja? Ini udah sore, Ma."

"Yaudah, jalan-jalan aja. Papa kamu hari ini lembur, terus Raven pasti nggak mau," ujar Rara sambil melirik ke kamar di sebelah Arsel.

Raven adalah kakak angkat Arsel yang berbeda tiga tahun darinya. Ya, Arsel-lah anak angkat di keluarga ini. Meski begitu, kedua orangtuanya tidak pernah membedakan kedua anaknya.

"Yaudah, ayok. Mama mau kemana sore-sore begini?" tanya Arsel yang langsung menutup pintu kamarnya dan menggandeng lengan Mamanya keluar.

"Loh, kok jalan kaki?" tanya Rara ketika Arsel hendak menutup gerbang.

"Lah, katanya jalan-jalan. Emang Mama mau kemana, sih?"

"Ih, ya kamu bawa motor lah. Karena hari ini Mama nggak masak buat makan malam, jadi mau beli aja."

"Yah, Mama nggak masak," Arsel lalu mengambil kunci motornya dan membawa motornya keluar masih dengan wajah yang pura-pura cemberut.

Rara lalu tersenyum dan segera naik ke boncengan Arsel. "Hayuk, mang, jalan." Rara menepuk pelan bahu Arsel seolah cowok itu adalah tukang ojeknya.

"Mama ngeselin."

Vana bahkan belum menghabiskan makan malamnya ketika ada sebuah panggilan video dari Kenan.

Ia melirik jam yang masih menunjukkan pukul setengah delapan lalu mendengus kecil. Meski begitu, ia menerima panggilan dari Kenan. Masa bodoh meski ia masih ingin melanjutkan makannya.

HEART CRASHER; VanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang