Vana berakhir duduk sebangku dengan Liora karena Cikal sepertinya terlambat di hari pertama awal semester ini. Padahal ia yakin, Liora sebenarnya lebih memilih untuk duduk di sebelah Cikal daripada dirinya kalau saja cewek itu sudah datang sebelum wali kelas mereka masuk ke dalam kelas.
Ia sudah mengenal wali kelasnya itu, jadi itu memutuskan untuk memasang airpods berwarna putih di telinga kanannya yang ia sambungkan dengan ponselnya yang berada di laci mejanya.
Setelah lagu ballad dengan volume sedang berhasil mengalun indah di telinganya, Vana menyisir pelan rambutnya dengan jari dan berusaha menutupi airpods-nya dengan rambut.
Vana yakin, Liora sudah mengetahui niatnya, jadi ia rasa cewek itu bisa diajak berkompromi kalau misalkan wali kelasnya memanggil Vana.
Ia tidak memperhatikan guru yang ada di depan kelasnya. Kedua matanya menatap jauh ke luar kelas, sedangkan isi kepalanya lebih jauh dari sana.
Dalam beberapa menit terasa seperti jiwa Vana tidak di dalam tempatnya. Ia terlalu nyaman dengan pikirannya sendiri sampai suara bising di sekitarnya perlahan menghilang.
Ia tidak peduli. Bahkan sekarang sudah satu lagu selesai dimainkan di telinganya. Setelah hening beberapa detik, akhirnya suara milik penyanyi bernama Takumi Kitamura kembali menyapa pendengarannya dengan lagu Neko. Ia memutuskan untuk meletakkan kepalanya diatas meja.
Vana tetap pada posisi seperti itu dan membiarkan suara-suara yang bernyanyi mulai berganti-ganti. Ia kembali terhanyut.
.
Kedua matanya mengerjap pelan karena suara berisik yang mengalahkan suara penyanyi yang masih terdengar di telinga kanannya. Siapa lagi si pembuat ulah kalau bukan Liora.
Vana menegakkan tubuhnya lalu menatap sinis kearah Liora, "apaan, sih!?"
Tanpa menunggu reaksi lain dari Liora, Vana mengambil ponselnya di laci lalu langsung pergi meninggalkan Liora untuk ke kamar mandi.
Kalau tidak salah, ia sempat mendengar Liora berteriak agar menyusulnya ke kantin dan mengatakan sesuatu tentang Cikal. Ia tidak lagi mempedulikannya.
Kedua kakinya melangkah masuk ke kamar mandi dan segera membasuh wajahnya. Ia mengamati wajah itu di cermin dan mengumpat kesal. Vana lupa untuk menjepit poninya, dan berakhir beberapa helai rambut depannya basah.
Persetan dengan rambutnya, Vana masuk ke salah satu bilik toilet dan menutupnya. Ia tidak berniat untuk ke toilet sebenarnya. Hanya saja ia sedikit malas untuk ke kantin seperti pesan Liora tadi.
Tidak ada semenit kemudian, ia keluar dari bilik itu dan berjalan menuju kantin tanpa menengok ke kanan dan kiri untuk sekedar mencari dimana keberadaan Cikal.
Dan ternyata mereka disana. Cikal dan Liora berada di kantin bagian pojok dekat dengan jendela.
Vana memutuskan untuk mampir ke salah satu kedai untuk membeli makanan dan minuman sebelum akhirnya berjalan mendekati mereka berdua yang terlihat sedang meributkan sesuatu.
"Ada apa, sih?" Vana meletakkan nampan berisi makanannya di meja yang sama.
"Yaudah, oke gue beliin yang sama persis kek gini. Mau sama abang-abangnya sekalian gak?" Liora berdiri berniat membelikan minuman untuk Cikal.
"Hum, bungkus aja abangnya kalo ganteng," ucap Cikal.
Liora berjalan menuju ke penjual. Vana sudah mulai mengaduk semangkuk bakso di hadapannya.
"Ih, masa aku beli minuman diserobot sama Liora. Mana aku capek antrinya. Trus aku 'kan tadi capek dihukum bersihin toilet sampe istirahat," cerocos Cikal.
"Oh," balas Vana sambil menyantap makanannya.
"Ih, cuman oh. Aku cerita panjang lebar mal--"
"Nih, minuman dah dateng," Liora memotong ocehan Cikal sambil meletakkan segelas es jeruk ke hadapan Cikal.
Sedangkan ia sendiri kembali duduk dengan semangkuk bakso dan esnya sendiri.
"Guys, gue mau crita nih," ucap Liora tiba-tiba sambil menatap kearah Vana dan Cikal.
Tanpa dikomando keduanya langsung menoleh kearah Liora, seolah membiarkan Liora menceritakannya sedangkan Vana dan Cikal akan menyimak.
"Jadi tadi pagi gue tabrakan sama Nathan. Gue ditabrak sampe oleng terus jatuh. Sebenernya sakit banget pantat gue, terus si Nathan cuma bilang 'sorry' dan langsung pergi gitu aja tanpa bantuin gue berdiri.
Padahal ya, kalau seandainya orang lain yang nabrak gue, bahkan sampe bikin gue jatuh, udah pasti tuh orang abis gue maki-maki. Tapi gue nggak tau kenapa kalo Nathan yang ngelakuin, lidah gue berasa lumpuh."
Keduanya terlihat menyimak curhatan Liora. Meski sesekali dengan sengaja Vana menyedot es tehnya dengan keras lewat sedotan.
"Huhu, ratu songong bisa jaim juga sama cowok," ledek Cikal sambil melahap bakso terakhirnya sehingga membuat pipinya menggembung.
"Apaan sih lo," Liora mendengus kesal.
"Tembak aja si Arthan itu. Kali aja diterima," saran Vana.
"Namanya Nathan ya, tolong!" protes Liora karena nama gebetannya tidak di sebut dengan benar.
"Bodoamat" jawab Vana tak acuh.
"Tapi masa' iya gue harus nembak Nathan duluan, gue kan cewek. Ya malu, lah!" ujar Liora yang masih memikirkan saran dari Vana.
"Ya emang kenapa kalau cewek, ada aturan gitu cewek nggak boleh nembak duluan," sahut Cikal.
"Tapi saran gue, lo nembak dia pastiin tempatnya sepi. Biar kalo di tolak nggak malu," timpal Vana.
"Wah, sebuah penghinaan. Mana mungkin seorang Liora di tolak. Nggak ada ya sejarahnya gue ditolak, malah gue yang nolak," jawab Liora sombong.
Mendengar jawaban Liora, Vana dan Cikal kompak berekspresi datar tanpa menjawab sepatah katapun. Mereka sudah cukup hafal dengan kelakuan Liora yang satu itu.
"Tapi kayaknya saran dari Vana bagus juga. Boleh deh gue pertimbangin," ujar Liora lagi
"Wah, serius kamu mau lakuin itu? Kalau besok gimana? Kayaknya besok hari bagus deh," timpal Cikal.
"Lah? Ya kali harus besok banget, gitu? Gue perlu siapin mental juga kali!" sergah Liora.
"Gue setuju sama Cikal," Vana mengangguk setuju.
"Udah, besok aja keburu dianya jadian sama yang lain. Kita berdua dukung kamu seratus persen," tambah Cikal.
Dan untuk percakapan selanjutnya, Vana memilih mengabaikan mereka berdua. Untuk urusan Liora tadi, Vana hanya berusaha agar masalah ini cepat selesai. Ia malas kalau Liora sudah membahas tentang Othanㅡmaksudnya Nathanㅡ itu sampai bel tanda masuk tidak terdengar.
Kalau Liora segera menembak Nathan dan berpacaran dengannya, pasti cewek itu akan lebih sering dengan Nathan. Dan tidak akan sering mengomel hanya karena Nathan.
Lalu bagaimana dengan Cikal? Cewek berpipi bulat dan terlihat empuk itu bukannya jarang ditembak oleh cowok. Hanya saja, sebuah fakta bahwa Cikal adalah seorang fujoshi membuat ia lebih sering menjodohkan cowok yang menembaknya dengan cowok lain.
Vana terkadang bergidik ngeri membayangkan bagaimana isi kepala seorang Cikal. Tetapi ia kemudian menjauhkan bayangannya sendiri. Bagaimanapun juga, kedua cewek itu adalah teman baiknya. Jangan berpikir kalau hal seperti itu akan membuat Vana menjadi menjauhi mereka.
.
.
.Hmm, Liora dan Cikal ya--
Kalian bisa baca cerita punya shofi26402 untuk pribadi Liora.
See ya there--
15 Desember 2020
Republished ; 3 Juli 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART CRASHER; Vana
Fiksi RemajaAuva Nada Aldinata; salah satu cewek yang sering disebut sebagai 'Heart Crasher' oleh sebagian besar siswa-siswi sekolahnya. . "Lo mau nembak gue?" tuding Vana. Kedua alis Kenan menyatu. "Lo berfikir begitu?" "Iya." Hampir saja Kenan tertawa kalau...