11 | SWEVEN

20 5 0
                                    

Vana membuka matanya saat merasakan air mulai membasahi kakinya. Lalu seketika ia berubah panik.

Cewek itu sedang berdiri di dalam sebuah tabung transparan yang ukurannya lebih tinggi daripadanya.

Semakin lama air di bawahnya semakin meninggi. Vana tidak suka tenggelam. Ia menendang-nendang air itu dan menghasilkan beberapa percik mengenainya.

Darimana datangnya air itu?

Kedua mata Vana mulai memanas saat air sudah mulai menyentuh lututnya. Air yang terasa sangat dingin itu akan segera menenggelamkan Vana.

Tangannya yang melemas itu terangkat untuk mengetuk tabung itu dari dalam. Berusaha agar ada yang membawanya keluar darisana.

Air matanya mulai luruh saat ia menunduk dan menemukan seluruh kakinya sudah terendam. Tidak adakah yang bisa menolongnya?

Seseorang mendekat padanya dan menyatukan tangannya dengan tangan Vana yang menempel di dinding tabung meski keduanya tidak benar-benar saling menyentuh.

Orang itu tersenyum. Senyum yang cukup untuk menenangkan Vana. Lalu orang itu berbicara.

Vana mengernyit. Kenapa ia tidak bisa mendengar suara orang itu? Padahal air dibawahnya sangat tenang meski tetap semakin naik.

Orang itu melambaikan tangannya pada Vana. Lalu berjalan mundur menjauhinya.

Vana menggeleng cepat. Apa dia tidak ingin menyelamatkannya? Lalu kenapa dia menghampiri Vana tadi?

Jantung Vana bekerja semakin cepat. Cewek itu memejamkan matanya erat dan berusaha mengambil napas panjang.

.

Vana membuka matanya. Ia terbaring di kasurnya sendiri.

"Mimpi?"

Rasanya sangat menakutkan meski hanya sebuah mimpi. Ia lalu bangun dan menyisir kasar rambutnya dengan jari.

Vana menoleh untuk melihat jam di nakasnya. Masih cukup pagi untuk bersiap-siap berangkat sekolah.

Jantungnya masih berdetak kencang dan keringat membasahi wajahnya. Kedua matanya juga masih bergetar menandakan ia ketakutan.

"Cuma mimpi. Tapi serem."

Cewek itu lalu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi. Ia harus segera mandi untuk mengusir rasa takut yang berasal dari mimpinya tadi.

+62 862 7276 xxxx
Vana, istirahat nanti gue mau nembak lo.

Vana berniat pergi ke kantin bersama Liora dan Cikal ketika seseorang tiba-tiba menghadang jalannya.

"Hai, Vana. Ada yang pengen gue omongin," ujar cowok itu.

Vana melirik nametag di seragam cowok itu. Namanya Baruna. Pasti dia yang mengirim chat padanya tadi. Vana tidak mengenalnya sama sekali.

Vana pamit pads Liora dan Cikal, lalu kembali menatap cowok itu.

"Ikut gue," Vana lalu berjalan setelah menepuk punda Liora dan Cikal. Bisa dipastikan kalau Baruna mengikutinya.

Vana berhenti ketika sudah sampai di balik bangunan laboratorium kimia. Tempat itu cukup sepi dengan sebuah pohon besar yang membuatnya sedikit teduh.

HEART CRASHER; VanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang