26: ChanJin | Blume

7.1K 423 56
                                    

TW
rape
harsh words
18+

"Oi Chris!"

"Hm?" Fokus memantulkan bola pada permukaan lembab lapangan sisa terguyur rintik hujan harus berhenti akibat panggilan dari salah satu sahabat karibnya.

Chris menoleh dan mendapati San tengah tersenyum kecil, atau mungkin menyeringai seraya menatap koridor utama yang memang hanya berjarak beberapa meter dari lapangan basket outdoor.

"Lihat kesana."

Apapun itu sebenarnya Chris tidak mau perduli karena dia hanya ingin menghabiskan jam kosong dengan bermain basket. Tapi nampaknya San begitu mengerti akan dirinya.

Bisa Chris lihat satu-satunya sosok siswa yang tengah berjalan di koridor terlihat kesulitan membawa tumpukan buku yang bahkan sanggup menutupi dagu.

"Kau tidak ingin membantu dia?" San bertanya, namun nada mengejek terselip jelas disana.

"Ew," Yang berambut pirang tertawa. Ekspresi wajah seketika berubah seakan tengah dihadapkan dengan sesuatu yang menjijikan. Lalu manik setajam elang itu bergulir lagi, memindai tampilan si siswa nerd yang jadi bahan tatapannya dengan San sejak tadi.

Kemeja licin bekas setrikaan dimasukkan, celana dengan sabuk terpasang di atas pinggul, dasi rapi mencekik leher, kacamata kuno sialan yang sakit untuk dilihat, dan gaya rambut rapi itu jelas adalah musuh terbesar bagi Christopher si pecinta urakan.

Kalau disandingkan, Chris adalah versi kebalikan dari si pria nerd. Dan sialnya lagi, si nerd itu pintar, dan pintar berarti kesayangan para guru. Sementara guru adalah salah satu oknum yang kerap menghukum Chris karena tingkah bejatnya di sekolah. Well, sebenarnya ini adalah lingkaran setan tidak berujung.

"Sialan, aku benci dia."

"Kalau begitu bermain-main saja, sudah biasa kan?"

"Ah, dengan ini?" Chris meminta saran, satu bola besar berwarna coklat yang ada di tangan dia angkat setinggi wajah.

"Great."

"Okay, mari kita lihat apakah aku berhasil mendapatkan three point atau tidak?"

Satu seringai terukir. Chris mengambil ancang-ancang untuk melempar bolanya. Butuh waktu beberapa saat hingga bola basket itu meluncur dengan kecepatan kilat menuju ke arah incaran mereka. Dan benar, tidak lama suara berisik dari buku yang berjatuhan menjadi melodi pengiring bersamaan dengan rintik hujan yang mulai datang lagi.

"Akh!" Si nerd, atau yang biasa di panggil Hyunjin oleh kebanyakan siswa lantas jatuh bersimpuh di lantai. Buku yang dia bawa tidak lagi berada dalam pelukan, melainkan sudah berserak tak tentu arah karena terlepas tiba-tiba.

Tangannya memegang sisian telinga kiri dimana pusat sasaran bola coklat yang saat ini menggelinding menjauhi kaki itu berada.

Sakit sekali, suara dengung yang keras bersambut dengan bunyi-bunyian asing nan aneh yang terlalu mengganggu. Air matanya jelas tidak terbendung, dan apa yang bisa Hyunjin lakukan saat ini hanyalah meremas celana seragamnya guna melampiaskan rasa sakit.

Alat bantu dengar yang sudah begitu lama menjadi teman hidup dia ambil perlahan karena merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres disana. Bercak merah terlihat ketika Hyunjin meletakkan benda itu di telapak tangan.

Ketika Hyunjin mencoba meraih bagian bawah telinganya dengan telunjuk, sesuatu yang kental bisa dia rasakan, jelas Hyunjin tidak bodoh untuk mengetahui bahwa itu adalah darah.

Diembuskan napas dengan hati-hati. Hyunjin mencoba menetralisir gejolak emosi yang mulai menggelung di dada. Yang terpenting adalah bahwa dia harus segera mengantarkan buku-buku itu ke ruang guru, lalu izin pulang untuk memeriksakan telinganya ke dokter.

dominant | bangchan x allTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang