Felix adalah anak yang begitu ceria, sebuah simbol lain dari matahari yang hangat nan cerah. Masa kecilnya dihabiskan dengan lebih banyak bermain. Meski tumbuh besar di panti asuhan, namun itu sama sekali tidak membuatnya jadi anak nakal yang kekurangan kasih sayang. Remaja manis itu punya seorang ibu panti yang begitu menyayanginya serta teman-teman yang menyenangkan.Namun di usianya yang menginjak lima belas tahun, Felix memutuskan untuk keluar dari panti dengan alasan bahwa dia sudah terlalu besar untuk tinggal disitu. Berbekal otaknya yang cerdas, Felix mengadu nasib ke kota untuk mencari sekolah yang mampu memberikan beasiswa penuh untuknya.
Untung kali ini takdir berpihak padanya, dia berhasil mendapatkan sekolah bagus dan juga aprtement sederhana yang biaya sewanya bisa dibayar sebulan setelah ditinggali (karena Felix memberi alasan bahwa dia belum mendapatkan pekerjaan. Ibu pemilik apartemen juga sangat ramah, jadi Felix tidak terlalu segan untuk memohon).
Masa SMA-nya total menyenangkan. Punya banyak teman baik, prestasi apik, hanya kurang kekasih saja. Namun sepertinya si manis Felix tidak terlalu tertarik akan hal-hal romansa semacam itu. Bagi Felix yang terpenting adalah lulus dengan predikat memuaskan agar dia bisa lanjut ke universitas yang bagus. Sehingga nanti akan mudah dalam mencari pekerjaan yang bagus pula dan bisa membantu memberikan sumbangan dana untuk panti tempatnya tinggal dulu.
Tetapi semua impian itu harus dikubur dalam semenjak kejadian enam bulan yang lalu. Sebuah kecelakaan membuatnya terpaksa dilarikan ke rumah sakit pada pukul dua pagi saat Felix baru saja pulang dari shift lemburnya. Dia di diagnosa menderita kelumpuhan pada kaki kiri yang mana sempat mengalami kerusakan internal parah. Kini Felix harus bergantung menggunakan kruk untuk membantunya melakukan aktifitas setiap hari.
Untuk sekarang, nyatanya takdir tidak sebaik itu. Roda kehidupan memang berputar. Dari yang tadi begitu menyenangkan melayang diatas angin, kini harus terjungkir ke bawah secara mengejutkan. Felix jatuh ke titik paling depresifnya.
Dia mengundurkan diri dari pekerjaan paruh waktu yang dia geluti sejak lama, membatalkan rencana masuk universitas dan tak lagi sering keluar apartement, yakni hanya berdiam di ruangan sempit bertajuk apartement sederhana sepanjang hari dengan lampu dimatikan khas orang yang tidak punya semangat hidup.
Design editor menjadi satu-satunya pekerjaan paling efisien yang bisa Felix dapatkan (karena itu tidak harus memaksanya keluar ruangan dan menggunakan kruk yang entah kenapa baru-baru ini begitu dia benci). Namun meski Felix membenci satu kakinya yang lumpuh, sama sekali tak ada pemikiran konyol untuk mengakhiri hidup.
Masih teringat jelas pesan ibu panti yang biasa dia panggil bunda itu bahwa dia harus tetap hidup dan berbahagia sebelum kematian yang sesungguhnya datang menjemput.
Meski pada dasarnya sekarang Felix tidak benar-benar bahagia.Suara ketukan pintu yang berulang mengalihkan pandangan pria manis itu pada buku sketsanya. Dia mendengus, kemudian menatap nanar wajahnya pada layar ponsel yang terlihat kacau dengan kantung hitam menggantung dibawah mata serta bibir pucat dan pecah-pecah. Siapa yang berani mengetuk pintu apartement miliknya? Seingatnya dia sama sekali tidak memiliki kenalan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
dominant | bangchan x all
Fanfictionㅡ ❝ ultimate dom; christopher bangchan, with his baby. ❞