Chris mengemasi modul dan laptopnya sambil sesekali menatap pantulan jingga yang nyaris menggelap dari balik jendela perpustakaan. Ada hela napas pelan karena bisa-bisanya dia lupa waktu untuk pulang. Untung perpustakaan universitas tutup pada jam delapan malam.Tas hitam miliknya di tenteng pada bahu kiri. Dia buru-buru keluar dari ruangan dua lantai tersebut dengan sedikit terburu, takut hujan yang sudah mereda kembali jatuh lagi.
Parkiran juga lenggang, tanda bahwa banyak mahasiswa sudah pulang terlebih dahulu karena ini sedang musim ujian. Tentu mereka lebih nyaman menghabiskan waktu di kamar kos sembari bergelut dengan tumpukan materi bertemankan minuman hangat serta sepiring kukis.
Tapi Chris tidak begitu. Tidak ada yang menyambutnya ketika dia pulang ke apartement. terlalu kosong dan membosankan. Jadi setiap ada kesempatan, Chris selalu berusaha berada di tengah-tengah keramaian karena menurutnya kesepian adalah salah satu hal yang tidak menyenangkan.
Alunan lagu dari penyanyi kondang Adam Lambert berjudul Another Lonely Night menemani perjalanan suramnya. Lampu kota mulai di hidupkan, pancarkan warna warni cerah di sepanjang jalan yang Chris susuri. Dia tidak punya tujuan untuk saat ini, hanya berharap keliling kota bisa mengisi kesepian di hati.
Tapi pandangan lantas terpaku pada salah satu danau yang tidak asing dalam ingatan. Tempat paling bernilai di mana dia bertemu dengan sosok itu untuk yang pertama kalinya, kemudian pula secara tak terduga jadi tempatnya mengungkapkan perasaan pada si sosok manis kenalannya.
Rasanya seperti bernostalgia. Lantas Chris banting setirnya ke kiri, buat kuda besi itu melaju lamban memasuki area danau yang lenggang. Ramainya hanya karena bunyi kodok dan jangkrik yang bersahut-sahutan.
Mesin mobil dimatikan. Chris turun dan disambut dengan lampu taman berwarna kuning hangat dengan hewan terbang mengelilinginya. Bodoh, seharusnya dia pulang dan beristirahat daripada duduk termangu di atas kap mobil seperti orang homeless.
Lama Chris berdiam di sana, mungkin sudah nyaris dua puluh menit. Karena udara dingin yang semakin menusuk, pria bersurai pirang itu hendak kembali masuk ke mobil. Tapi bahkan belum sempat berdiri tegak, visinya kembali terpaku pada sosok lain yang terlihat mendekat. Sosok itu tidak sadar akan kehadiran Chris karena memang mereka terpisah oleh jarak yang cukup jauh.
Diam-diam Chris amati pergerakan sosok itu. Seorang lelaki muda, tapi bukan remaja, terlihat berjalan pelan menuju bangku panjang yang menghadap ke danau. Sosok itu duduk di sana, mengeluarkan satu kotak yang ternyata berisi sebuah donat coklat dengan satu buah lilin menancap di atasnya.
Dia menyalakan lilin dan menyanyikan lagu happy birthday seorang diri. Dia juga tersenyum sendirian dan mengucap doa dalam diam sendirian. Sampai akhirnya sosok itu hanya membiarkan donat coklatnya teronggok di atas paha tidak berniat di cecap sama sekali. Yang dilakulan hanya fokus menatap danau tanpa riak di depannya.
Chris tergerak menghampiri. Langkahnya pelan dan tenang tanpa suara, tapi tampaknya sosok itu adalah orang yang peka. Ada raut kaget selama beberapa saat kala pandangan mereka bertemu. Chris jadi yang paling pertama melunak, dan sosok pria itu menyusul menguasai emosinya. Tapi meskipun begitu, masih terlihat raut ragu menghias wajah saat Chris dengan berani ambil posisi bersebelahan.
"Aku pikir kamu nggak akan pernah datang kesini lagi." Ujar Chris memulai.
"K-kak.."
"Hm?"
"Kenapa bisa disini?"
"Awalnya cuma iseng. Ternyata ada orang lain, dan ajaibnya itu kamu. Setelah kejadian waktu itu, kukira tempat ini bakalan banyak simpan luka buatmu Min."
KAMU SEDANG MEMBACA
dominant | bangchan x all
Fanfictionㅡ ❝ ultimate dom; christopher bangchan, with his baby. ❞