⚠
• Incest
Cangkir kopi yang mendingin diangkatnya hati-hati, lalu dia buat bertabrakan dengan bibirnya. Namun sayang, pahit yang sejak setengah jam menemani tidak lagi tersisa didalam sana, menyisakan ampas hitam pekat yang mengendap di bagian dasar.
Chris menghela napas kembali. Sudah cangkir ketiga dan dia masih belum selesai dengan revisi skripsinya. Dosen jahat, rutuk Chris dalam hati. Tega-teganya membuat dia selalu kesulitan tiap kali bimbingan. Kalau saja bunuh diri tidak berdosa, maka Chris mungkin akan mempertimbangkan pilihan itu sejak lama karena demi Tuhan, dia sudah muak merevisi skripsi sialan itu.
Sekilas mata melirik jarum jam. Sudah pukul sembila malam, pantas saja mata Chris terasa perih. Dia berkutat dengan layar laptop lebih dari enam jam hari ini.
"Kopi secangkir lagi nggak masalah kan?" monolognya pelan. Kalau dia bertanya pada mendiang ibunya masalah ini, Chris pasti sudah akan diomeli habis-habisan.
Pria luar biasa tampan itu meregangkan sendi sekilas baru kemudian keluar dari teritori pribadinya. Turun tangga dengan hati-hati seolah memilah tiap langkah agar dia bisa meminimalisir peluang kejadian terpeleset. Maklum, Chris itu mantan juara olimpiade Fisika tingkat nasional semasa SMA.
Suara pintu yang terbuka mengurungkan niatnya menuju dapur. Diambang sana terlihat Bang Jeongin, sang adik yang masuk dengan tertatih. Kakinya pincang entah karena apa, seragamnya compang camping bagai habis bergelung didalam lumpur, sementara wajahnya terlukis gambaran ungu abstrak yang membuat Chris mual.
"Sialan." desisnya kesal. Dia sedang lelah dan pusing memikirkan skripsi yang tidak kunjung usai, kemudian Jeongin pulang dengan keadaan tidak baik-baik saja seperti itu. Chris jadi ingin meledak.
"Dari mana?" tanyanya dingin. Cangkir berisi ampas kopinya dia taruh asal di meja, yang terpenting dia harus menghampiri adiknya terlebih dahulu.
"Bukan urusan mas."
"Aku tanya benar-benar kamu darimana Bang Jeongin?!"
"Memangnya itu penting buat mas? nggak kan? Yasudah, Jeongin capek. Mau langsung tidur." Balasnya ketus, asal melewati tubuh besar sang kakak.
Namun langkah kecilnya mendadak terhenti karena sebuah lengan berisi menahannya dan membuat dia kembali ke tempat semula, "Adu jotos sama siapa?" Chan meraih pipi Jeongin, mencengkramnya sedikit kuat hingga menimbulkan pekik sakit dari yang lebih muda.
"Sakit, anjing!" Jeongin mendesis. Tangannya menepis kasar tangan sang kakak.
"Jeongin! Siapa yang ngajarin kamu ngomong kasar begitu?!"
"Aku tau sendiri. nggak ada yang ngajarin! Udah nanyanya? Kalau gitu Jeongin permisi."
"Nggak semudah itu. Urusan kita belum selesai." Lagi-lagi Chan mencengkram lengan Jeongin, "Jawab benar-benar sebelum mas kasih hukuman ke kamu."
Suara pria itu begitu dalam dan mengintimidasi, begitu pula tatapannya. Andaikan tatapan Chris diibaratkan pedang, mungkin saja Jeongin sudah terbaring tidak bernyawa saat ini.
Pertahanan pria manis itu melemah. Tatapan tajamnya menyendu, "Lepas, Jeongin capek."
"Nggak sebelum kamu jawab apa yang terjadi sama kamu."
Jeongin tidak bergeming. Lama sekali keduanya terdiam dalam posisi seperti itu. Hingga pada akhirnya Chris yang lebih dulu bergerak. Pria tersebut mengambil napas dan mengeluarkannya dengan frustasi. Tangan lain yang dia genggam kemudian ditarik kuat menuju kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
dominant | bangchan x all
Fanfictionㅡ ❝ ultimate dom; christopher bangchan, with his baby. ❞