"Christoper Bang!"Sosok pria paruh baya berjalan dengan tergesa, berteriak kesetanan seraya menaiki tangga dengan mengapit beberapa kertas di lipatan lengan dan satu rotan panjang di tangannya yang lain. Dibukanya pintu coklat berpelitur yang menjadi tujuannya. Napas pria itu memberat, makin geram mendapati sosok yang dia cari ternyata malah bergelung nyaman dibalik selimut. Padahal dirinya sudah berteriak puluhan kali sampai pita suaranya terasa sakit.
"Bangun anak sialan!" Tanpa ampun pria itu menarik anaknya yang bernama Christoper sampai jatuh ke lantai.
Bunyi bedebum pelan dan suara ringisan bersahutan setelahnya.
"Brengsek!" Pria yang lebih muda mengumpat, mata sayu khas bangun tidurnya menatap datar kearah sang ayah, tidak takut sama sekali.
"Astaga! Mulutmu nggak pernah diajarin sopan santun ya?!"
"Memangnya kapan anda pernah ngajarin sopan santun ke saya? Kerjaan anda kan cuman tanda tangan berkas di kantor dan selalu lupa pulang." Balas Chris remeh.
"Anak tak tau diuntung!" Tuan Bang memukul lengan Chris dengan rotan yang dibawanya.
Tidak ada perlawanan berarti, Chris hanya diam dan menerima. Dia sudah terlalu biasa. Padahal wajahnya masih lebam efek berkelahi dengan adik tingkatnya di kampus. Belum lagi dia baru saja hendak tidur karena seharian tidak tidur efek mengurus organisasi kampus sampai pagi. Sungguh sial dia malah diganggu. Sepertinya pilihan tidur dirumah memang salah. Tau begini dia ke apartementnya saja.
"Perbaiki nilai-nilai kamu! Papa nggak sudi punya anak bodoh, malu-maluin nama keluarga."
Tuan Bang melempar kertas yang ternyata hasil rekap nilai ujian akhir semester milik Chris. Setelahnya pria itu keluar, membanting pintu kamar anaknya tanpa ampun. Chris sendiri hanya menatap kosong kearah kertas lecek di depannya, deretan nilai yang didominasi C dan beberapa mendapat B serta F terpampang nyata disana.
Tapi dia masa bodoh. Toh, siapa peduli?
Gelak tawa yang keluar dari karakter animasi di depannya sama sekali tidak membuat satu-satunya penonton yang ada di ruang tamu itu ikut tertawa. Chris menatap datar layar pipih itu dengan pandangan bosan.
"Sayang."
Chris menoleh, kemudian mengalihkan pandangan lagi saat menemukan ibunya datang dengan tampilan yang rapi.
"Mama dapat kabar dari Papamu kalau kamu pulang hari ini. Makanya Mama sempatkan datang berkunjung."
"Nggak usah dateng kalau hanya singgah sebentar. Kalian semua sama aja, sibuk sama pekerjaan kalian sendiri."
"Maafin Mama." Wanita cantik itu mendekat, tangannya mengusap surai pirang Chris yang terasa kasar, "Ini wajahmu kenapa hm?"
"Mama Peduli?" Chris menepis kasar tangan ibunya. Dia menatap remeh kearah wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
dominant | bangchan x all
Fiksi Penggemarㅡ ❝ ultimate dom; christopher bangchan, with his baby. ❞