15

275 51 13
                                    

Cuaca pagi ini sedikit mendung, mungkin hujan akan turun sebentar lagi
Hanbin mengemudi dengan sangat pelan dan hati-hati pandangannya pun tak lepas dari kaca spion untuk berjaga-jaga

Saat padangannya fokus pada spion sebelah kanan, ia melihat Hayi, mantan tunangannya itu tengah berdiri dipinggir jalan.

Karena Hanbin sudah melewati Hayi, jadi ia harus memutar arah untuk mengampiri mantannya itu karena ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan Hayi.

Belum sempat setirnya berputar suara decitan karet ban terdengar dari jarak yang cukup dekat.

Mata hanbin terbelalak melihat sebuah sedan putih melayang kearah mobilnya yang tengah memotong jalan untuk berputar.

Dan saat itulah bunyi tabrakan terdengar sangat jelas dan tragis bagi siapapun yang melihatnya.

"ANDAWAE~" teriak Jennie.

Lalu detik itu juga matanya terbuka, nafasnya tidak beraturan begitu juga dengan peluh keringatnya yang bercucuran padahal pendingin ruangan sedang menyala.

Dengan keadaannya yang seperti itu Jennie langsung menyibakkan selimut dari tubuhnya, ia berlari sekencang mungkin walau itu hanya membutuhkan beberapa langkah saja jika ia berjalan menuju kamar Hanbin.
Namun sekarang ia tidak punya waktu untuk berjalan, jadi ia berlari sekencang mungkin untuk mengetuk pintu kamar Hanbin.

Jennie mengetuk pintu hanbin tanpa sabar membuat Hanbin sedikit menghentakkan daun pintu ketika membukanya.

"WAE?" Bentak hanbin.

Mata Jennie semakin membulat melihat pakaian yang Hanbin kenakan saat ini sama persis dengan mimpinya tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Jennie semakin membulat melihat pakaian yang Hanbin kenakan saat ini sama persis dengan mimpinya tadi

Masih dengan nafas yang terengah engah Jennie membuka suaranya.
"Kajima!" kata Jennie langsung sambil mencengkram lengan atas Hanbin.

Hanbin menepis kedua tangan Jennie yang mencengkramnya.

"Ada apa denganmu? Siapa kau melarangku untuk pergi? Minggir!" Balas Hanbin ketus sambil mendorong sisi tubuh Jennie agar gadis itu bergeser.

Hanbin melewati Jennie yang masih cukup terkejut.

Jennie memutar tubuhnya.
"Jangan!... Ku mohon jangan pergi"

Hanbin menoleh melihat gadis Joseon itu yang semakin aneh.
"Kau tidak lihat? aku sudah rapih, Ada yang harus aku urus hari ini dan itu sangat penting kau tau!"

"Aku melihatnya.." Jennie diam dengan tatapan kosongnya.

Hanbin menghampiri Jennie lalu mencengkram kedua bahu Jennie.
"YA! Apa yang kau lihat?"
Hanbin menyadari bahwa tubuh Jennie bergetar.

"Lihat aku yang benar! Apa yang kau lihat?" Bentak Hanbin sambil mengguncang sedikit bahu Jennie agar gadis itu menatapnya.

Namun saat Jennie mendongak, mata gadis itu berkaca-kaca.

"Aku melihat kau mengalami kecelakaan hari ini di jam 08.45 di tengah jalan saat kau ingin berputar arah karena mantanmu... Lalu..lalu sebuah mobil menghantam mobilmu dan membuat mobilmu hancur detik itu juga"

"Mwo?" Tangan hanbin melemas dan melepaskan tangannya dari bahu Jennie setelah mendengar itu.

"Aku mohon jangan pergi" kini Jennie menahan tangan Hanbin.

Lalu Hanbin tertawa, membuat Jennie bingung.
"Kau tertawa?" Tanya Jennie.

"Itu hanya mimpi" kata Hanbin sambil berlalu meninggalkan Jennie.

Jennie berjalan cepat mendahului Hanbin dan menghadang namja itu.

"Itu bukan sekedar mimpi, itu nyata!" Tegas Jennie.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku-"

"Aku tidak mengkhawatirkanmu, aku khawatir pada nasibku. Jika kau mati, aku juga mati... Hidupku ada ditanganmu"

Hanbin hanya diam menunggu Jennie melanjutkan kata katanya yang penuh emosi.

"Kau selama ini bertanya-tanya kan dari mana aku bisa tahu semua hal yang terjadi padamu... itubdari sebuah mimpi. 

" Kau pikir kejadian saat minuman beracun itu hanya kebetulan, huh? Aku sudah melihatnya lebih dulu karena aku tau kau akan sekarat setelah meminumnya, maka aku menggantikanmu saat itu"
Jennie menarik nafas sebentar karena suaranya sempat meninggi.

"Dan kali ini pun aku sedang berusaha keras untuk mencegah hal itu terjadi tapi orang bodoh sepertimu nampaknya tidak mengerti sama sekali tentang kesempatan hidup"

Jennie menghembuskan nafasnya panjang sambil mengatur nafasnya kembali setelah ia mengoceh panjang
"Maka dari itu tolong...dengarkan aku"
Kini suara jennie mengecil hampir tidak terdengar.

"Mau aku ambilkan minum? Sepertinya kau haus" ucap Hanbin sambil berjalan menuju lemari es.

"YAAA!"

Hanbin menggosok-gosok telinganya selagi ia menuang air dingin kedalam gelas.
"Aissshh. Berhentilah membentak! Telingaku sakit, kau tau. Aku tidak akan pergi! PUAS?" kata Hanbin sambil memberikan segalas air mineral pada Jennie.

Jennie mengambilnya kasar sampai airnya sedikit tumpah.
Ia langsung meneguk air itu sekaligus.

Hanbin hanya menggelengkan kepala sambil berdecak melihat Jennie.

Hanbin mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Kim Jiwon bahwa hari ini ia tidak bisa pergi ke kantor.

Hanbin menghembuskan nafasnya panjang sambil berjalan menuju sofa.
"Aku tidak mau tau, kau harus mengganti rugi hariku ini karena aku mudah bosan saat dirumah"
Hanbin menyambar remot televisi yang tergeletak diatas meja.

"Eeung? Kenapa bisa begitu?" Jennie menghampiri Hanbin.

Televisi menyala dan saluran televisi sedang menayangkan berita secara langsung tentang kecelakaan beruntun pagi ini.

Remot yang Hanbin pegang seketika jatuh lalu ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 08.45 lalu ia menatap Jennie setelah itu.

Lalu suara gemuruh terdengar seperti mengompori Hanbin tentang kata-kata Jennie yang menjadi kenyataan seakan memberi tanda bahwa inilah akibatnya jika saja ia tadi jadi pergi.

"Mau makan ramen?" Ajak Hanbin pada Jennie.

Jennie hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum lebar tanda ia setuju.

Jennie hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum lebar tanda ia setuju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                                  
°
°
°
To be continue

Your GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang