Day 13

3 0 0
                                    

"nanti latihan ngga?" Tanya naura padaku sambil membereskan buku buku nya

"Ga tau deh, ka pramada ga ngasih tau gue" jawab ku juga memasukkan buku ku ke dalam tas.

"Jadi kita nyariin dia nih?" Lanjutku dengan pertanyaan

"Kaya jaman kita jaman purba aja qil"

"Maksudnya?"

"Pinternya temen ku ini. Lu chat kan bisa aqila tercantik sepanjang masaa" ucap naura sambil mencubit pipiku. Mendengar ucapanya aku hanya terkekeh lalu menyalakan handphone yang ada di genggaman ku.

"Halloooo"

Tapi tiba tiba muncul seseorang di depan pintu sambil nyengir kuda dengan melambaikan tangannya ke arah ku dan naura. Ka pramada ternyata, syukurlah tidak membuang waktu untuk menunggu balasan.

"Yok latian" ajak ka pramada

"Tumben banget lu ka nyamperin. Biasanya ninggalin" sahut naura

"Lagi pengen aja sih, sekalian lewat"

"Tapi tujuan lu ke sini nyamperin siapa?"

"Nyamperin aqila"

Mataku mendelik mendengar ucapan ka pramada. Sedangkan naura tertawa lalu mendorong ku. Menyebalkan. Kenapa aku harus mengenal dua manusia gila ini ya tuhan.

Latian berjalan lancar seperti biasanya. Tapi hari ini ada ka vano juga. Setelah selesai aku berjalan pulang, lagi lagi harus menunggu ojek yang ku pesan secara online. Aku menunggu di depan gerbang sekolah bersama naura yang menunggu kakanya.

10 menit menunggu. Kaka naura datang untuk menjemputnya. Tapi aku blm juga. Klakson berbunyi tepat di depanku. Dari motol si kadal menyebalkan.

"Yuk bareng"

"Gak ah ka nungguin ojek aja kasian kalo di cancel udah di jalan orangnya"

"Ya udah gue tungguin"

"Ngga usah kaka pulang aja"

Ka pramada tak menjawab ucapanku. Tapi dia tak bergerak sama sekali. Dia tetap menunggu ojek itu datang. Dan akhirnya datang juga. Saat aku hendak menaiki motor pak ojek itu dia menahan ku lalu memberi uang pada ojek tersebut.

"Dia bareng saya pak. Ini buat ganti nya"

Aku hanya diam dengan ekspresi datar melihat tingkah ka pramada. Dasar aneh. Ojek itu menerima uangnya lalu pergi, untung saja bapak itu baik. Tapi harga diriku seperti di injak injak.

Aku menaiki motor ka pramada tapi dia blm melajukan motornya. Aku menepuk punggungnya menyuruh nya dia berjalan. Tapi dia tetap tak menjalankan motornya. Aku menatapnya dengan wajah kesal dari kaca spion.

"Lama amat sih bikin emosi" ucapku lalu turun dari motor nya dan berjalan pergi menjauh darinya. Terdengar motor ka pramada menghampiri ku.

"Tadi berat makanya ga bisa jalan" ucap ka pramada sambil mengikuti ku dari belakang. Aku meliriknya sinis karena ucapannya barusan.

"Ayo naik"

"Berat"

"Elaaah canda doang. Cepetan"

"Ga"

Ka pramada menghela nafas lalu turun dari motornya. Tangan kanan ku di tarik tapi aku menolaknya berkali kali.

"Naik! Atau gua gendong!"

"Males"

Dia bergerak akan menggendongku tapi dengan cepat aku menahannya lalu mendekat ke motornya. Pasrah saja dari pada diriku malu di depan umum.

Cerita Aqila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang