Day 10

4 2 0
                                    

"Apa ka?"

"Besok lu bisa keluar ga??"

"Woi!"

"Eh apa?"

"Bisa. Jam brapa?"

"Jam 7 malem. Sendirian ya"

"Trs naura mau di kemanain? Dia sendiri disini"

"Masa bodo"

"Ya udh ga jadi. Makasih"

"Ya tinggal ngajak apa susahnya sih?"

"Kemana sih?"

"Makan"

"Dih makan doang. Ga ikut deh"

"Anak anak yang ngajak. Lu ikut dong plis"

"Ya udah liat aja nanti"

"Ok--"

Belum selesai ia berbicara telefon sudah ku matikan lalu aku lanjut menonton.

Sudah sangat larut kita keaasikan menonton dan memutuskan untuk tidur. Naura sudah lelap di sebelahku. Tapi aku tak bisa tidur dan masih memainkan handphone ku.

Ting

Notif pesan berbunyi lalu aku membukanya ternyata itu ka pramada

-----

Besok gua jemput ya

Pake apa?

Pesawat

Ok

Gila ni anak

Apa?

Ga

-----

Seperti itu kira kira isi percakapan kita berdua. Aku membaringkan tubuhku dan tertidur.

Pagi hari yang menyegarkan. Aku bangun karna mendengar suara air mengalir dari kamar mandi. Ternyata naura sedang membersihkan badannya, sangat rajin untuk bangun pagi. Tapi aku tidak.

Aku berangkat bersama naura karena kita serumah, untuk sementara. Dan kali ini aku berangkat lebih awal dari biasanya karna ada naura. Naura sangat rajin ternyata. Aku saja masih mengantuk untuk berangkat sekolah sepagi ini.

Aku menidurkan kepala ku di atas meja. Tapi aku tidak tidur, karna tak bisa todur sambil duduk. Naura yang memainkan handphone nya tiba tiba menanyakan satu hal yang menurutku itu sangat sensitif.

"Gue ga ngeliat ayah lo sama sekali tadi pagi, dari kemaren bahkan. Cuma mama abang sama adek lu doang"

Aku mengangkat kepala ku dan melihat arah depan sambil melamun. Naura menatap ku bingung.

"Ko diem? Ada problem ya?" Ucapnya seperti paham dengan raut wajahku.

Semua orang mengapa gampang mengerti arti raut wajah ku tentang ini. Sangat mengganggu. Tapi aku tak bisa menjawabnya. Tapi aku sangat ingin.

"Kalo punya masalah tuh di ceritain jangan di pendem mulu. Kata mak gua bisa jadi penyakit tau. Lu mau sakit?" Gumam Naura kembali memainkan handphone nya

"Ya kalo lu ga mau cerita ya ga maksa sih. Masalah pribadi lu juga, gua ga berhak banget buat tau. Kita juga kenal blm lama. Maklum sih" lanjut naura

Aku hanya diam sambil berfikir aku bercerita atau tidak. Aku sangat bingung, dan aku berfikir sampai bel masuk.

"Ga usah di pikirin. Ga juga ga papa" aku terkejut dengan omongan naura. Sangat peka.

"Lu ko peka banget si" tanya ku yang terlihat sangat kepo

"Raut muka lu gampang di tebak" jawab naura santai

"Masa si?" Tanya ku yang masih tak percaya

"Ga percaya?" Aku tak menjawab dengan satu katapun hanya melamun

Selama pelajaran berlangsung hanya lebih banyak melamun dari pada fokus pelajaran.

"Jangan ngelamun nanti ketempelan"

Naura berbisik padaku lalu kembali memperhatikan papan tulis. Aku yang tak peduli dengan namanya ketempelan pun melanjutkan acara melamun ku. Sampai guru menegur ku dan menyuruhku membasuh muka. Aku menerima nya dan aku malah senang karna bisa kabur dari pelajaran mengenaskan, lagi pula sebentar lagi istirahat.

Aku di atas toilet kamar mandi yang tertutup. Dan memainkan handphoneku. Lama lama suasana menjadi merinding akhirnya aku pergi ke perpustakaan.

Bel sudah berbunyi dan aku melihat naura menghampiriku. Dan dia sudah mengoceh. Aku hanya mendengarkan nya karna aku malas berdebat. Setelah memarahi ku karna aku bolos pelajaran pun dia berkata.

"Gila lu! Bolos ga ngajak! Gua udh pusing dari tadi"

Aku tertawa kecil mendengarnya. Ku kira dia akan membuatku menyesal karna aku bolos. Ternyata tak sesuai dugaan.

"Lu ga laper?" Tanya naura sambil mengambil buku di rak tepat di depanku

"Ngga sih. Kalo lu mau ke kantin ayo ayo aja"

"Ya udah ayok" ucapnya mengembalikan buku di rak nya lalu menarik tanganku.

Kita berdua pergi ke kantin. Tapi aku hanya duduk melihat sekitar. Dan seseorang menghampiri ku dengan senyuman lebarnya. Siapa lagi kalau bukan si kadal. Hah aku rindu mengejeknya lagi. Apa aku harus memanggil nya kadal mulai saat ini?

"Nanti ya jadi? Vano yang ngajak mau traktir katanya. Cuma bertiga doang kan ga enak" ucap pembuka ka pramada padaku sambil duduk di hadapanku bersama ka devan di sampingnya

"Jadi mau ngabisin duit ka vano?" Tanya ku

"Ya ngga gitu maksudnya vano yang ngajak lu berdua. Di suruh" aku hanya ber oh ria lalu naura datang dengan 3 bungkus makanan ringan dan satu botol minuman di tangannya.

"Eh ka pramada, oh iya nanti band nya masuk ngga?" Tanya naura tanpa basa basi

"Ngga deh. Tapi kalo kalian mau latian sendiri ya gapapa sih ga masalah. Gua lagi mager nge band" jelas kan pramada

"Ga usah deh gue pengen tidur cepet" sahut ku karna aku juga tak mau berlatih musik hari ini. Badanku sangat capek aku ingin tidur.

"Kurang tidur nih pasti gue tau. Abis nonton apalu ampe kurang tidur ha?" Ucap ka pramada dengan nada marah

"Lah siapa ya? Ko marah marah?" Jawabku dengan pertanyaan

"Namanya juga perhatian qil. Masa ga boleh. Bolehin kalii" sahut ka devan di susul dengan tawa, naura pun begitu

"Diem deh ya pala Aqila lagi pusing nih ka. Di tambahin kek gini rasanya mau mati tau ga" ucapku pada ka pramada sambil memegangi kepalaku

"Halah drama" gumam ka pramada

"Drama pala lo!" Ucapku sambil menendang kaki ka pramada. Kebetulan juga dia ada di hadapanku. Jadi mudah untuk menyerangnya.

"Nyimak aja gue" -naura

"Mon maap bapak ibu sekalian. Masalah keluarga di kelarin di rumah jangan di kantin. Bukan basecamp buat gelut" sahut ka devan menjahili ku lagi

"Diiiiiiiih ogaaaaaaaah gua ma diaaaaaaaaa" jawab ka pramada memukul mukul meja pelan

"Hallah bentar lagi juga suka, percaya sama gue" -ka devan

Kenapa harus 2 manusia menyebalkan di hadapanku sekarang. Aku ingin tentram. Aku ingin santai. Aarghh bisa pergi tidak?!.




























Vote nya hyung')

Cerita Aqila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang