Day 14

9 0 0
                                    

"Tadi pagi gama kesini. Terus ngasihin itu" aku sedikit malas mendengar jawaban dari ibuku. Membosankan.

"Oh. Kenapa ga mama buang aja?"

"Kan itu amanah. Mama ga mau buang sebelum kamu tau"

"Tapi mama udh tau kan setiap aku nerima surat dari dia selalu aku buang?"

"Kamu ga kasihan sama dia? Sebulan sekali, Jauh jauh dia kesini cuma ngasihin itu"

"Siapa suruh?"

Ibuku hanya terdiam karna benar benar tidak ingin berdebat saat ini. Dia membereskan piring dan gelas bekas kami makan roti selai dan teh hangat. Jus strawberry khusus untukku.

"Kamu ga jadi ke rumah pramada?" Tanya ibuku kembali dari wastafel

"Jadi ma. Bentar lagi" jawabku yang fokus pada ponselku.

"Kenapa ga sekarang aja? Nanti kemaleman"

"Ya udh deh" ucap ku lalu mengambil tas selempang ku dan amplop dari gama yang masih ada di atas meja.

Aku berpamitan pada ibuku begitu juga dengan ka pramada. Setelah berpamitan ibuku memasuki rumah dan menutup pintu. Dan aku masih memegangi amplop itu, aku hendak membuangnya tapi ka pramada menahanku.

"Gama siapa lu?" Tanya nya

"Mantan, temen dari kecil tepat nya"

"Jangan di buang gue pengen lihat. Bolehkan?"

"Liat aja. Mungkin isinya ga penting"

"Ya udh mana?"

Aku memberikan amplop itu kepada ka pramada lalu dia melipat nya menjadi dua dan di masukkan ke sakunya. Kita menaiki motor lagi. Iya motor mau apa? Dia tidak membawa mobil.

"Lu bisa masak ngga?" Tanya ka pramada di tengah jalan

"Lumayan sih"

Tanpa jawaban tiba tiba ka pramada membelokkan motornya ke arah supermarket besar. Aku sedikit terkejut karna tujuannya.

Tapi aku hampir memukulnya karna dia tidak jadi memasuki supermarket tersebut. Ternyata ada yang lebih bodoh dari aku.

"Lah? Kenapa dah?" Ucapku

"Pake mobil aja. Kemungkinan beli banyak." Tidak jadi bodoh.

Aku hanya ber oh ria dan diam saja sambil menunggu sampai ke rumahnya. Saat dia membelokkan motor nya ke dalam rumah. Rasanya aku ingin mengatainya. Bahkan aku sudah mengatainya.

"Kaka ga salah rumah kan? Kaka halu banget rumah org di masukin"

"Halu matalo. Ini rumah gua"

Bagaimana tidak terkejut rumah yang sangat besar.. membuatku menganga tidak percaya bahwa itu rumahnya. Pantas saja dia tak berani berada di rumah sendirian. Rumah sebesar ini tidak ada seorang pun? Pembantu atau satpam?

Tapi ketahuilah! Dia memiliki 3 mobil dan 5 motor. Benar benar gila. Garasinya sangat luas. Apalagi rumahnya. Rasanya aku ingin pergi dari situ.

Saat aku membuka mulut ku lebar lebar, tiba tiba jari telunjuk ka pramada hampir masuk ke mulutku. Aku segera menutup mulutku karna menyadarinya.

"Asal masukin aja! Steril belum?" Ucapku

"Dari pada lalat yang masuk. Mending jari gua. Lagian biasa aja kali ga usah sampe mangap gitu"

"Ya gimana ga kaget orang gede banget"

"Ya udh ayo masuk. Gue mau ambil kunci mobil dulu"

"Ka.." panggil ku saat berjalan dengan nya memasuki rumah itu.

"Apaan?" Jawabnya ta dinpa menoleh

"Beneran ga ada siapa-siapa disini?" Tanyaku sambil melihati seluruh sudut rumah. Demi apapun ini besar sekali!.

"Ga ada. Cuma gua. Ga ush khawatir gua ga macem-macem"

"Ha?"

"Gepepe"

Ka pramada segera mengganti baju nya dan mengambil kunci mobil. Aku menunggu nya di dapur karna dia menyuruhku dia tunggu disana. Dengan berkata "ambil aja makanan di kulkas". Astaga

"Yok"

Aku berdiri dari kursi dapur lalu menghampirinya. Aku hanya berfikir dari tadi. Kenapa rumah sebesar ini tidak ada penghuni. Pembantu ataupun satpam. Jika kemalingan bagaimana?.

Aku masuk kedalam mobil ka pramada dari luar gerbang. Karna sekalian aku membuang sampah dapur ke tempat sampah depan. Benar-benar ka pramada ini. Sampah sudah banyak menumpuk blm di buang. Untung saja sampah kering. Jadi tidak sampai bau.

"Lu ada masalah apa sama gama?" Tanya ka pramada menghancurkan keheningan mobil.

"Ga ada" jawabku singkat tanpa menoleh ke arahnya

"Kenapa lu kaya benci banget sama dia?"

"Ga benci" singkat lagi..

"Ga suka?"

"Ga juga"

"Trs?"

"B aja"

"Dia jauh jauh dari jakarta loh. Buat ngasih surat tadi ke lu. Kenapa ga lu terima dengan baik?"

Aku membeku mendengar kata kata ka pramada. Dari mana dia tau asal gama. Dia cenayang?

"Ko tau gama dari jakarta?"

Tak ada jawaban. Ka pramada hanya diam mengalihkan pandangan. Lalu berkata menjawab pertanyaan ku

"T-tadii.. waktu lu lagi mandi mama ngasih tau dia dari jakarta"

Mencurigakan. Aku menatapnya dengan tatapan mengintrogasi.

"Natapnya biasa aja kali"

Aku merubah posisi duduk ku dari menyamping ke kanan menjadi menghadap depan.

Hening lagi setelah membicarakan hal tidak penting menurutku. Aku menunggu sampai sambil melihat lihat jalanan. Menyapa anak kecil yang bermain. Dan sesekali aku mengganggu ka pramada. Menyenangkan sekali perjalanan singkat ini.

Kita memasuki supermarket besar itu dan ka pramada mengambil troli besar. Terkejut? Sekali.

"Banyak banget ya sampe ngambil troli yang besar" tanya ku ke ka pramada yang mendorong troli di depanku.

"Belanja bulanan buat diri gue sendiri. Kalo lu mau juga gapapa ambil aja sesuka hati lu. Gue beliin" ucapnya tanpa beban sama sekali

"Mmmm beli rumah" jawabku terkekeh kecil

"Iya nanti kalo udh nikah" aku melotot mendengar jawaban ka pramada. Lalu memukul lengannya. Dia hanya tertawa kecil dan lanjut mendorong troli besar nya.

Kita memasuki bagian kosmetik bagian parfum. Sangat banyak jenis parfum di rak itu. Lalu aku tertarik dengan 1 botol parfum paling ujung. Tapi mahal;).

Untuk apa juga aku membeli parfum seharga 150.000. membuang buang uang saja. Lebih baik untuk makan, nikmat tiada tara. ya menurutku 150.000 itu mahal:)

"Enak sih baunya. Tapi mehong" ucapku membuka tutup botol parfum itu dan menciumnya.

"Iya gapapa ambil aja gua yang bayar. Biar kembar"

"Ha?"

"Itu parfum gua. Tapi yang lu ambil buat cewe. Yang ini yang gua pake" ucapnya mengambil 1 botol parfum berwarna hitam.

"WHAT?!" ucapku terkejut dan berteriak. Bisa bisanya. Tapi wajar dia kaya:))))))).

"Ini bukan rumahlu bego!" Desis ka pramada dengan melihat sekeliling nya. Yang benar saja hampir semua org di sekeliling kita melihat ke arah kita.

Aku melihat sekelilingku lalu menutup mulutku. Malu. Apalagi kata kata yang cocok untukku sekarang. Hanya malu yang simpel untuk di katakan, dalam hati mwehehe.



















Votenya hyung:)

Cerita Aqila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang