Day 7

8 3 0
                                    

Hawanya benar benar dingin, mendung entah memang dingin biasa atau akan turun hujan.

Tanganku masih berada di saku ka pramada. Jantung ku berdetak kencang. Tapi itu sudah biasa karna aku selalu begitu saat dekat dengan lelaki.

Aku sangat mengantuk karna hembusan angin menerpa wajahku . Aku pun menyandarkan kepalaku ke punggung ka pramada. Dia hanya diam. Tapi aku merasa dia membelokkan motor nya ke suatu tempat. Aku membuka mataku. Dan ternyata benar ia memberhentikan motornya di depan minimarket.

Dia menyuruhku turun lalu melepas helm nya. Dia masuk ke dalam minimarket itu tetapi aku tidak mengikutinya karna aku tak membutuhkan apa apa.

Dia membalikkan badan melihatku yang hanya diam saja berdiri di sebelah motor lalu menggandengku untuk masuk ke dalam minimarket itu.

Aku menurut saja karna aku tak ada tenaga untuk menolak. Ia membeli minuman dan snack. Lalu ia menatapku seperti bertanya apa yang akan ku beli.

Aku menggeleng kan kepalaku. Dia berdecak lalu pergi mengambil minuman. Lalu mengajakku ke kasir.

Setelah membayar semua kami duduk di depan minimarket. Dan benar benar hujan, aishh aku akan semakin lama dengan kadal satu ini. Aku ingin tidur.

Ka pramada memberikan minuman yang tadi dia beli. Aku menerimanya tapi hanya ku pegang, aku tidak meminumnya sedikit pun.

"Di minum bukan di mainin" ucap ka pramada sambil memakan makanan ringannya.

"Ga haus" jawabku sambil menatap jalan yang basah karena air hujan

"Terus?" Tanyanya yang masih tetap dengan aktifitas nya tadi

"Ya masa ujan ujan minum air dingin. Gila kali ni org!" Ucap melihat sinis ke arah ka pramada lalu kembali ke arah jalan.

"Bilang dong"

Setelah ia menjawab omonganku, dia memasuki minimarket itu lagi dan keluar membawa 2 gelas terbuat dari kertas.

Dia membawa 2 gelas kopi hangat yang dia beli. Di minimarket itu memang menyediakan minuman hangat, tetapi menyeduh sendiri.

"Nih, minum" ia memberikan satu kopi itu kepadaku. Aku pun menerimanya dengan sedikit senyuman lalu mengatakan terima kasih padanya.

"Tumben lu senyum ke gua. Biasanya tuh muka minta di tampol" ucap ka pramada setelah melihat ku tersenyum untuknya.

"Dih geer , org aku ga senyum ke kaka" jawabku menghindari topik. Tetapi dia masih melanjutkan topik ini. Ingin ku bungkam mulutnya dengan bungkus makanan di depanku:).

"Senyum ama siapa ha? Jelas jelas lu noleh ke atas. Senyum ama cicak lu. Cicak juga ga bakal naksir kalo lu yang senyumin" oceh ka pramada membuat ku mencengkram gelas kopi yang ku pegang.

"Ka.." panggilku dengan senyuman kesal

"Apa?" Jawabnya seperti tidak ada dosa

"Bisa diem ga? Ujan tuh biasanya hati tenang, adem. Ini malah dengerin kaka ngoceh ga jelas. Panas kuping aku kaa" ucapku kesal hampir membunuhnya. G.

"Hallah bilang aja ngeles lu" lanjutnya masih membahas topik yang sama:)

"Ka!" Bentak ku membuatnya terdiam lalu aku melanjutkan menikmati kopi hangatku.

Keadaan hening setelah aku membentak ka pramada. Aish aku merasa bersalah rasanya. Dia hanya dia tak berani melihat ku sedari tadi. Depan minimarket juga sepi tidak ada orang selain kita berdua. Hujan juga semakin deras.

"Kaka takut ama aku?" Tanyaku menatap ka pramada. Tapi aku sedikit terkejut setelah melihat rambutnya

"Ngapain takut ama lu. Mending takut ama cicak" jawabnya yang masih blm berani menatapku

Cerita Aqila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang