⚜ 02 ⚜

16.7K 1.1K 51
                                    

bentar, bentar, bentar.. sebelum masuk ke cerita, kok... kok bisaa 100reads seharii?? (╥﹏╥) mimpi apaaa? mentemen bercandaaa! ( TДT) makasiy banyak udah selalu baca cerita biiyy
(╥╯﹏╰╥)ง♡

~selamat membaca mentemen~

⚘ ⚘ ⚘

Pernikahan antara Wiji Sri Lesmana dengan duda beranak dua yang ia kenal sebagai koleganya, Doddy Susanto, berlangsung tiga bulan yang lalu. Masih baru memang, tapi kehidupan mereka setelah mereka harus terpisah karena kendala anak mereka yang sekolah dan tidak bisa langsung pindah. Doddy mengurus kepindahan sekolah Arian, hanya sampai ujian semester satu lalu pindah ke sekolah baru.

Wiji membeli rumah baru yang lebih besar, yang sekiranya cukup untuk mereka berlima, rumah yang lama tetap ada, tidak dijual, karena memang tidak ada barang yang Wiji bawa dari rumah lama, rumah dan segala isinya serba baru. Setelah semua siap dan perihal pindah sekolah sudah selesai, saat liburan semester, Doddy dan anak-anaknya pindah ke rumah baru, tinggal bersama ibu dan saudara baru mereka.

Rumah baru mereka yang berada di kawasan komplek perumahan elit, memang jadinya membuat jarak antara rumah dan sekolah agak lebih jauh, tapi tidak dengan sekolah Alena, masih di dekat sana karena Alena juga hanya sekolah playgroup, di komplek tempat mereka tinggal ada Taman Kanak-kanak dan Playgroup. Yang jadi lebih jauh hanya Arian dan Firda. Memang Firda sama sekali tidak pindah sekolah, Arian yang justru pindah ke sekolah Firda. Itu pun karena perintah Wiji. Wiji mau anak-anaknya disekolahkan di tempat yang bagus.

Bahkan, Wiji sengaja membelikan mobil khusus untuk Firda dan Arian berangkat ke sekolah. Selama ini biasanya Firda dijemput temannya, tidak pernah ke sekolah dengan kendaraan sendiri. Karena pindah dan jadi lebih jauh lagi kalau teman Firda harus menjemput dulu, akhirnya Wiji memutuskan untuk membeli mobil untuk mereka. Bukannya Firda dan Arian hanya iya-iya saja karena senang akhirnya dibelikan mobil sendiri, justru sebenarnya mereka sedang menurut karena sama sekali tidak bisa membantah. Toh, saran Doddy untuk mengikuti kemauan Firda dan Arian yang mau naik transportasi umum pun disangkal Wiji.

Pemegang kekuasaan tertinggi di rumah adalah Wiji. Itu kenyataan paling mutlak.

Jadi setiap harinya Firda dan Arian selalu pergi dan pulang bersama. Seperti hari ini, mereka berangkat bersama lagi. Firda sudah siap di balik kemudi, siap mengeluarkan mobil dari garasi tapi yang membuka pintu gerbang malah bengong memegangi pintu, belum didorong sama sekali. Sampai-sampai Firda harus mengklakson dua kali hingga Arian tersadar dari lamunannya.

“Ngapain sih? Malah bengong.” Firda sewot. Habis memang ia sudah siap tapi saudaranya ini malah bengong mematung di tempat. “Cepet buka.”

“Iya.” Arian juga merasa bersalah, ia baru mendorong gerbang dan menunggu Firda mengeluarkan mobilnya dulu baru ia menutup lagi dan lekas ke mobil. “Tadi ya-”

“Sabuknya jangan lupa.” Tapi baru saja Airan duduk belum sempat menutup pintu dan menyelesaikan kalimatnya, Firda lebih dulu menyela, mengingatkan untuk memakai sabuk pengaman.

Arian menurut. Ia cepat menutup pintu dan memakai sabuk pengamannya. Harusnya Arian sudah hapal dengan itu, karena rasanya setiap Arian baru duduk Firda akan langsung mengatakan kalimat yang sama. Safety is a must! Pikir Arian itu adalah motto hidup Firda. “Tadi ada pelangi, makanya gue diem dulu.”

“Ya elah pelangi doang sampe bengong setengah jam.”

“Emang selama itu?”

“Ya nggak, tapi tetep lama. Bukannya buka pintu malah bengong.”

“Ya.. sorry.” Suaranya berubah pelan, salah tingkah sendiri karena memang kalau dipikir-pikir aneh juga Arian sampai bengong hanya karena ia melihat pelangi.

The Kiss We Shouldn't Do (BL 20+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang