Bagian 6

187 6 0
                                    


"Damar, maafkan aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Aku punya calon suami sendiri yang sudah lebih disukai oleh anak-anakku ."

Akhirnya Alena bisa mengirimkan pesan WA untuk Damar setelah berkali-kali keraguan menelusuk batin. Dia mengubah dan menghapus kembali kalimat yang diketik begitu seterusnya sampai akhirnya mendapat sedikit keberanian mengirimkan pesan terakhir yang dirasa sudah lebih tepat.

Damar masih mencintaiku. Tapi aku tidak bisa menerima kebencian Ibunya terhadapku. Hubungan mereka terlihat sangat dekat, aku tak mau menjadi duri di dalamnya.

Batinnya. Sekejap saja buliran bening perlahan jatuh, Alena terisak.

Aku juga masih mencintai Damar, ya, Tuhan! Apakah takdir cinta tak pantas untukku? Tak cukup layakkah aku berbahagia dengan cinta pilihanku?

Teriaknya dalam hati. Perih yang dirasa membuat aliran air matanya semakin deras membasahi pipi.

Alena melirik layar ponsel, sudah dua centang biru pesan dibaca, tapi belum juga ada balasan dari Damar. Dia kembali melirik ponsel androidnya tiga puluh menit kemudian, tetap tidak ada jawaban. Bahkan hingga dua jam berikutnya pesan balasan pun belum dia terima. Alena gelisah merasa menyesal telah memutuskan hubungan melalui pesan WA. Seharusnya dia menunggu dua hari lagi saat Damar sudah kembali dari tugas kantornya.

Bagaimana perasaan Damar saat ini?

Untuk kedua kalinya dia harus mengecewakan dengan meninggalkan Damar. Padahal dia tahu, cinta Damar padanya sangat besar. Setelah ditinggalkan, dia masih mau menerima Alena apa adanya. Tidak memedulikan dirinya yang hanya lulusan SMA juga statusnya sebagai janda, dengan tiga anak yang akan menjadi tanggungannya kelak. Cintanya tulus luar biasa!

Alena menangis tersedu-sedu memeluk guling.

Siapa yang ingin menyandang status ini? Aku bahkan meninggalkan tiketku masuk fakultas hukum di UI dan melupakan cita-citaku sebagai pengacara demi menerima perjodohan orang tua.

Salahku di mana kalau pernikahan ini sampai berakhir? Apakah sehina itu statusku di mata orang?

Alena menutup wajah dengan bantal untuk meredam tangisnya. Dia tidak ingin anak-anak tahu penderitaannya saat ini. Sudah cukup mereka menanggung malu memiliki ayah yang pergi begitu saja tanpa kabar. Seorang ayah pengecut yang tidak mampu menghadapi dan bangun dari keterpurukan yang dibuatnya sendiri. Dia lepas tangan dan pergi meninggalkan semua beban yang Alena tidak mengerti bagaimana harus mengatasinya.

Isaknya perlahan terhenti saat mendengar gelak tawa seorang bayi yang sangat dia hafal.

Keenan ada di sini?

Alena mendekat ke arah pintu menguping pembicaraan di luar. Hanya suara Sri dan kedua anaknya, tak terdengar suara bariton milik Kendra. Hatinya lega. Setelah kejadian kemarin yang membuatnya malu dan salah tingkah, dia belum siap jika harus bertemu dengan laki-laki itu.

Sudah lama dia tidak merasakan desiran halus yang terasa indah di dada. Dua tahun terakhir pernikahannya pun sudah sangat hambar, Aryo sudah jarang menyentuhnya. Hubungan suami istri yang menurutnya terlalu dingin karena tidak seperti sifat aslinya yang selalu buas di ranjang. Alena kesepian, tapi dia mencoba menerima apa adanya dan tidak mau menuntut haknya saat Aryo menolak.

Pukul lima sore Alena terbangun saat pintu kamarnya diketuk Ayu. Dia bangun dari ranjang dengan tidak menyadari kedua matanya sembap pasca menangis tadi. Dia tertidur cukup lama sejak tadi siang setelah lelah menangis yang menguras emosinya.

Step DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang