Hari demi hari, Wei Ying menjalaninya seperti biasa. Cuci mata, melukis, berkuli, bahkan menjadi pawang Jiang Cheng ketika dia sedang berkelahi selalu dijalani dengan khusyuk. Saat ini, tidak ada kesenangan hakiki yang akan membuat hari-harinya semakin berwarna kecuali menggoda Lan Wangji.
Wei Ying masih ingat ekspresi kesal yang ditunjukkan Lan Wangji saat kakaknya, Lan Xichen, memberikannya kunci giok, itu artinya Wei Ying dapat mengunjungi kediaman mereka kapan pun dia mau hanya dengan menunjukan kunci giok pada penjaga. Dia sendiri heran, begitu cepat Lan Xichen mempercayainya.
Kelakuan Wei Ying yang sering tersenyum, tersipu, bahkan tertawa sendiri tak luput dari pandangan teman-temannya. Mereka memandang satu sama lain, menggibahi kebiasaan Wei Ying yang sekarang. "Wah, ada yang sedang jatuh cinta." komentar salah satunya sambil menggelengkan kepalanya.
"Bro Jiang, apa kau tahu Bro Wei sedang jatuh cinta kepada siapa?" tanya Derek sambil menyenggol bahu Jiang Cheng.
Jiang Cheng hanya memutar bola matanya kesal dan membalas ucapan pemuda berambut merah tersebut, "Jangan pedulikan dia. Dia memang selalu jatuh cinta pada semua orang."
"Apakah itu artinya Wei Ying juga jatuh cinta padaku?" Pertanyaan polos itu langsung disambut gelak tawa dan ejekan menggoda dari teman-temannya yang lain.
Jiang Cheng menatap miris kayu-kayu yang berada di bawah tanggung jawab Wei Ying, setengahnya bahkan belum selesai dikerjakan. "Wei Ying, kayu-kayu itu menangis karena kau belum memotongnya."
"Hoohh ... kau bisa berbicara dengan kayu?"
Tak tahan lagi, Jiang Cheng akhirnya memukul kepala belakang Wei Ying dan mengaktifkan mode marah-marahnya seperti wanita yang sedang datang bulan.
"Aikk!" Wei Ying diam-diam mengumpat sambil mengambil kapaknya dengan malas.
Ketika Jiang Cheng hendak bangkit kembali ke tempatnya, Wei Ying bertanya, "Hei, hampir seminggu ini aku tak melihat Thomas. Bahkan saat melewati rumahnya pun seperti tidak ada siapa pun."
"Tumben memikirkan yang lain. Biasanya kepalamu itu hanya penuh oleh Lan Wangji."
"Hei, aku serius!"
"Entahlah, mungkin dia sedang berjalan-jalan."
"Dia punya uang banyak? Setidaknya beritahu yang di sini dulu. Apa dia tidak memberitahumu, A-Cheng?"
Jiang Cheng hanya menggeleng sebagai jawaban. "Terakhir kali Thomas berbicara padaku hanya mengatakan kalau dia ingin mencoba berjualan bunga. Apalagi kau tahu kan, rombongan sirkus terkenal itu sebentar lagi akan tiba di sini, dia hanya mencoba mencari keuntungan lebih."
"Sayang sekali, padahal kalau dia mengajakku pasti akan lebih laku." Wei Ying mengusap dagunya sambil membuat pose berpikir.
"Ck, tidak ada untungnya mengajakmu," ketus Jiang Cheng langsung meninggalkan Wei Ying.
"Jadwal bulanannya sudah datang, ya? Marah-marah terus."
...
"Puahh, segarnya. Alkohol jenis apa ini? Kenapa begitu enak?" Wei Ying mengelap sisa-sisa air berfermentasi yang menetes dari dagunya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral ✓
FanfictionMerantau ke negeri orang untuk hidup, Wei Ying tak menyangka bertemu belahan jiwanya di sana. 1. Wangxian 2. Ga bisa bikin summary ▪︎Mó Dào Zǔ Shī © Mò Xiāng Tóng Xiù ▪︎Ephemeral © Rinniette ▪︎Cover © Phoenix Writer