Chapter 3

584 76 13
                                        

Sepanjang malam, Wei Ying terus tersenyum-senyum sendiri, kadang cekikikan, sesekali berwajah mesum, bahkan ber-hoh hoh hoh-ria seperti simpanse, hingga akhirnya kegiatan halunya berhenti kala tamparan keras mengenai pipinya.

"Bajingan! Kenapa kau menamparku?!"

"Tempat penampungan orang gila di Chedley masih cukup untukmu. Mau kuantar?"

Wei Ying melotot tajam menatap Jiang Cheng yang sedang mengibas-ngibaskan tangannya. Tampaknya tangannya sendiri merasa nyeri usai menampar Wei Ying.

"Hari ini apa yang dilempar Rose padamu?"

"Bukan apa-apa, aku pikir itu sendok. Entah, aku lupa."

"Hm, sepertinya lemparan Rose tepat sasaran. Headshot!"

Wei Ying memukul bahu Jiang Cheng yang langsung dibalas tendangan darinya, untung ia berhasil berguling menjauh. Memeluk beberapa gulungan kertas di dekat meja dan kembali berguling mendekati Jiang Cheng.

"Hei, lihat ini. Cantik, kan?"

Satu persatu gulungan kertas dibuka, memperlihatkan tiga gambar pose berbeda dengan model yang sama. Jiang Cheng mengelus dagunya, ia melirik Wei Ying dan kembali mengamati gambar. "Cantik? Bentuk badannya seperti laki-laki."

"Aku tidak bilang dia perempuan." Wei Ying menyeletuk santai dan menyeringai.

Jiang Cheng melemparkan tatapan aneh padanya, ia lalu kembali memperhatikan gambar, "Pakaian ini ...?"

"Ya, kau benar! Bukankah pakaian ini dari Cina?"

"Hm, mungkin. Ini pola awan?"

"Eungg, ya. Apakah hancur?"

"Tidak, ini jelas sekali."

"Kau tahu sesuatu tentangnya?"

"Oh, tidak."

Wei Ying mengerutkan dahinya, menatap Jiang Cheng dengan pandangan tak percaya. "Oh, begitu."

Jiang Cheng mengedikkan bahunya, ia lalu memunggungi Wei Ying dan bergegas tidur. "Sudah malam, cepat tidur."

Ruangan menjadi hening, Wei Ying masih menatap punggung Jiang Cheng. Ia kemudian mengambil salah satu hasil gambarnya dan memperhatikannya dengan seksama. "Yah, memang sebenarnya gambar awan ini agak jelek." Wei Ying bergumam sambil cengengesan sendiri.

Keesokan harinya, Wei Ying masuk rumah dengan wajah memerah. Melihat Wei Ying yang diam saja membuat Jiang Cheng menghentikan kegiatan mengamplasnya dan bertanya, "Kau sakit?"

Wei Ying menjatuhkan semua alat lukisnya dengan kasar, sekali lihat pun tahu kalau itu pasti alat lukis baru yang sudah disediakan oleh Earl Duxell. 

"Apa Earl membuatmu melukis yang aneh-aneh?"

"Mata dan tanganku sudah tidak suci lagi."

"Hah? Maksudnya?"

Pertanyaan bingung Jiang Cheng dijawab oleh tangisan keras yang dipaksakan. Wei Ying memeluk kawan pemarahnya dengan erat sambil pura-pura sesenggukkan. Ia lalu mengelap ingus dan air mata yang membasahi wajahnya menggunakan kain bajunya, membuat Jiang Cheng mengernyit jijik dan mendorong Wei Ying untuk menjauh.

"Kau seperti habis diperkosa saja."

"Kau benar Jiang Cheng. Aku habis diperkosa! Aku sudah tak suci lagi! Huwaaaaaa ...."

Jiang Cheng tentu saja tidak tertipu dengan drama opera sabun dari sahabatnya, tapi ketika menyadari beberapa orang memperhatikan mereka membuat Jiang Cheng bergegas membungkam mulut Wei Ying dan membawanya masuk rumah, "Jangan berisik, Wei Ying. Kau habis diperkosa pun tidak akan membuatmu hamil."

Ephemeral ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang