O4

2.2K 280 17
                                    




"J-Jay"

Benda tajam itu menancap tepat di samping bagian leher remaja itu. Dia terus berusaha memberontak, tapi tenaganya sama sekali tidak kuat. Rasanya sungguh sakit, lebih sakit dari sayatan yang sering remaja itu lakukan.

"Hen-Hentikan! i-ini.. Agh, Sa-Sakit.."

Dan tentunya nyawanya tidak akan lama lagi. Tubuhnya tergulai lemas, dia seperti pasrah jika dirinya itu mati tergeletak di depan sang oknum.

Disaat itulah, kehidupan remaja itu cukup sampai disini.













Sang oknum mengelap tetesan darah yang megalir dari mulunya, dia tersenyum. "Daripada lo sayat tangan lo sendiri, terus itu darah dibiarinin netes.. mending buat gue aja semua. Gak ada semangat hidup kan lo?" Setelahnya dia tertawa.

.

"Oi, Jay. Abis darimana lu?" Tanya Jake disaat Jay memasuki kamarnya santai.

"Menurut lo?" Jay tersenyum miring lalu menoleh ke arah Jake.

"Bro, jangan bilang lu ngelakuin itu lagi?" Jake sangat yakin, karena dia bisa mencium aroma yang tidak biasanya dia cium.

"Pasti. Gue juga tau, lo juga ngelakuin hal yang sama kaya gue kan?" Jawab Jay lalu tertawa.

"Lu gak takut gitu sama bang Heeseung? Dan, lu gak peduli sama sekali sama dia?"

Jay tertawa, "Bodoh. Dia aja gak pernah peduli sama gue, ngapain juga gue peduli sama dia. Buat apa juga gue takut sama dia?" Jawabnya lalu memasuki kamar.

.

"Seung, Kenapa lu jadi berubah semenjak kejadian itu?" Tanya sang kakak tertua pada Heeseung yang tengah tiduran di sofa.

"Bukan urusan lu"

Ryujin menghela nafas panjang, "Terserah lu dah, Seung. Asal lu tau, kalo lu terus - terusan begini. Mereka semakin benci sama lu." Kata Ryujin lalu pergi meninggalkan dirinya.

Ryujin sudah tau jawaban Heeseung akan seperti ini, dia juga sudah muak dengan sikap Heeseung sekarang.

.


Sunoo kini tengah berjalan ke atap sekolah, bisa disebut dia jarang kesana. Tapi entah kenapa dia hari ini ingin kesana.

"Ternyata disini sejuk juga ya, ahah"

Sunoo menghela nafasnya panjang, hanya dengan seperti ini juga sudah membuatnya sangat bahagia. Dia butuh ketenangan.

Wushh

Seseorang meniup telinga Sunoo, Sunoo yang merasakan geli di telinganya langsung tersentak dan menoleh ke sosok orang itu.

"Jake!"

Jake malah tertawa bukannya merasa bersalah. "Lu ngapain disini, hm?" Tanya Jake lalu mendekatkan telinganya ke wajah Sunoo.

Sunoo sedikit memundurkan wajahnya, "Apa urusannya sama kamu?"

Muka Jake berubah menjadi datar lalu berdecak, "Yahh, kali aja gitu mau bunuh diri" Katanya santai.

Sunoo sontak menatapnya kaget, "Ya gak mungkin lah. Seburuk - buruknya setiap hari yang aku jalanin, aku gak pernah berpikir mau ngelakuin hal itu. Lagipula, itu gak nyelesaiin masalah sama sekali"

Bite || JakeNooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang