"BUBAR BUBAR! PULANGLAH WAHAI AHLI KUBUR"
Teriaknya sambil menatap yang lain datar
teman sekelas kami yang malas menanggapinya mulai bubar,
aku membeku di tempat, kurasakan pipiku yang mulai memanas
mungkin pipiku terlihat seperti tomat sekarang, orang yang ada dihadapanku hanya memandang datar.
Menit berlalu dan kami hanya terus bertatapan, disaat kurasakan salah tingkah dan canggung yang memuncak
akhirnya dia memecah keheningan
"Sakit kakinya?"
"Iya"
"Apa rasanya?"
"Rasa strawberry"
"Lah rasa baru ya?"
"Ya rasanya sakit lah ih!"
Tanpa menghiraukan aku yang mulai kesal dia menyibak rok panjangku ke atas
reflek aku menepiskan tangannya
"Kamu mau ngapain!"
"Mau meriksa lutut kamu, jangan mikir macem macem"
Aku yang tadi bersiap untuk menyemprotnya menutupkan kembali mulutku rapat-rapat
Dia lalu memeriksanya
"Gapapa tuh paling sakitnya bentar"
Dia bangkit berdiri dan berjalan kebangkunya, Ingin sekali aku menanyakan perihal tulisan yang ada di buku catatannya
Tapi aku malu
Ga berani
Dia sudah mulai selesai membereskan buku-bukunya dan yang kulakukan daritadi duduk mematung sambil merenung,tidak sampai semenit dia sudah beres membereskannya dan memakai tas ranselnya
"Ga pulang?"
Aku menggeleng
Lalu dia berlalu
Secepat angin yang berhembus
Aku lalu terlentang di lantai
Haruskah aku menyerah?
***
Hari sabtu, libur
Aku tidak bisa melihatnya
Disisi lain juga bingung
Capek
Capek hati
Yang kulakukan pagi ini hanya membuka handphoneku
Menstalk apapun itu yang berhubungan dengannya,Karena aku tidak punya kegiatan lain yang dilakukan, jariku lalu mengklik kotak hijau bernama "Line"
Kulihat foto profil daftar temanku satu persatu sambil tiduran
Berliana P
Fotonya menunjukkan mukanya yang ada dua,
Mirror selfie.
Pradodi
Fotonya gambar dodol garut
Dina R
Fotonya berdua dengan pacarnya, saling berangkulan
Kapan aku dengan dia bisa seperti itu ya
Sepertinya tidak mungkin bisa
Haha
Eoki
Fotonya gambar kartu gapleh
Aku menggelengkan kepalaku melihat itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanda tanya
Teen Fictionhidupku berubah setelah ada dia,ini mainstream tapi entahlah hidupku jadi pelangi tak beraturan karenanya