Tok tok
Terdengar ketukan dari pintu kelas yang mengalihkan pandanganku dari novel yang kubaca ke arah sana, pintunya membuka perlahan seakan disengaja untuk mengulur waktu, sesosok manusia yang mempunyai paras manis tersenyum menampilkan lesung pipinya, dia tersenyum penuh arti. tersenyum cengengesan karena datang terlambat ditambah menahan tertawa. aku jadi ikut tersenyum sendiri melihat tingkahnya. lalu dia berjalan dengan langkah yaang mirip seperti rangka tengkorak yang digerakkan oleh benang ke seberang ruangan, dia mengulurkam tangannya untuk salam pada guru yang berwajah masam itu.
"Bukannya menampakkan muka menyesal malah cengengesan seperti itu,kamu ini senang bisa terlambat dan diperbolehkan masuk pada jam pelajaran saya? Dasar tidak tau sopan santun"
Dia lalu membalas ocehan guru itu dengan mengacungkan dua jari tangannya
"Peace bu peace, ibu mau ngoceh apalagi sama saya? Silakan, saya akan dengarkan dengan penuh penghayatan"
"Berani beraninya kamu berkata begitu, pergi sana ke bangkumu!"
Dia lalu mengacungkan jempolnya tinggi tinggi
Dasar gilang, anak itu malah menanggapi guru galak itu dengan santai, entah apa yang merasukiku tapi senyumku tidak pudar dari tadi dia muncul sampai dia sudah duduk di dua bangku hadapanku
Aneh memang, seakan akan otot pipiku membeku dan butuh waktu lama untuk memudarkan senyuman ini. bagai menunggu es batu besar sampai mencair.
Guru muka masam itu atau lebih tepatnya bu erma pun berdiri bangkit dari kursinya dan mulai menerangkan pelajaran yang sempat tertunda walaupun merasa jengkel karena salah satu muridnya
Tak lama waktu bergulir semua anak sudah menguap merasa mengantuk mendengarkan penjelasannya tentang perbedaan praaksara dan prasejarah. Dan juga makhluk manis yang aneh itu dia mulai melihat sekitarnya, pasti dia mencari bangku kosong. Kebiasaannya yang sudah aku hapal
Kebetulan bangkuku kosong karena teman sebangkuku, fita. sedang meringkuk di kamarnya,
Dia pun berpindah dari bangkunya ke bangku kosong yang ada disampingku
Tenggorokanku rasanya tercekat, perutku seperti ada yang menggelitiki dari dalam, rasa yang tak pernah berubah sejak pertama kali aku bertemu dengannya.
Waktu itu aku bertemu dengannya pagi pagi kira kira stengah jam sbelum bel tanda masuk di taman sekolah dekat lapangan, dia tiba-tiba mendatangiku sewaktu aku memperhatikan ikan ikan yang ada di kolam, tentu saja aku kaget, tiba tiba didatangi orang setampan dia tapi waktu itu aku tidak menyangka bahwa orang itu akan berpengaruh penting di hidupku seperti sekarang.
"Wey! jangan ajak ngomong ikan, dia ngomongnya blebeb blebeb"
"Hah? Hahahhaa blebeb? Omonganmu macam anak kecil aja"
"Hehehh"
Hening. Aku tidak tahu harus jawab apa
"Aku bisa ramal pasti kita nanti akan bertemu lagi!"
"Manaa mungkin, kamu anak skolah sebelah kan?"
Aku beranggapan begitu karena di seragamnya tidak ada nama lambang osis dan tidak ada lambang sekolah yang sama sepertiku
"Ah! Lihat nanti saja!"
Lalu dia pergi dengan senyum yang sekarang menjadi senyuman khasnya.
Aku yang dari tadi menatap mukanya tercenung, terpesona oleh senyumnya.
Aku waktu itu memutuskan untuk kembali ke kelas dan duduk dibangku, lalu setelah bel berbunyi
Semua anak sudah di bangkunya masing masing dan guru sudah siap mengajar terdengar ketukan pintu yang tak biasa. bukannya tok tok tok tapi tokttokto tok dum tak dum tak tok
orang yang mengetuk pintunya menjadikan pintu itu seperti drum, bu erma yang waktu itu sedang tersenyum menatap murid muridnya dan akan mengucapkan sesuatu jadi terusik dengan itu dan raut mukanya seketika berubah jadi masam dia lalu berteriak
"MASUK MASUK!"
Suara ketukan pintu itu pun berhenti dan berganti menjadi suara pintu terbukaOrang itu tersenyum
Senyum yang rasanya pernah aku lihat sebelumnyaOh yaampun
Itu orang yang tadi menghampiriku di kolam ikan
Ramalannya benar.
Bu erma bangkit dari kursinya, mukanya berubah lagi menjadi datar mungkin karena anak itu anak baru jadi dia tidak menampakkan muka super galaknya
"Baiklah anak anak, seperti yang kalian lihat kita mendapat teman baru di semester pertama kelas 10 ini silakan Perkenalkan dirimu nak"
Anak itu menatap mata teman barunya satu satu,lalu matanya bertemu denganku dia tersenyum
"Hai Milenia, ramalanku benar kan"
Aku langsung menunduk, begonya orang itu bukannya menyebutkan namanya malah mengatakan itu, mukaku langsung memerah
"HAAAA HAAHHAHAH ciee milen itu pacarnya ya? "
"Orang aneh hahahahah"
Anak anak di kelas menyorakiku aku hanya bisa menunduk karena malu dan dia malah senang senang saja didepan,dasar orang aneh"Perkenalkan dirimu nak bukan berkata yang lain"
" nama saya Gilang banyak teman saya yang memanggil saya gila"
Serentak anak anak dikelas tertawa dan menyorakinyaAneh memang orang itu bagai penghacur warna pelangi yang sudah tersusun rapi mengobrak ngabrik perutku hingga perutku terasa seperti ada yang menari mungkin menggelitiku dari dalam
Dan itu terjadi hingga kiniAku jadi memikirkan pertemuan pertama itu sambil tersenyum,lupa ingat bahwa yang disebelahku sedang duduk ternyata orang yang sedang aku pikirkan
Rasanya seperti ada yang menatapku dari tadi, aku menolah dan mendapati kita saling bertatapan aku kaget sedangkan dia hanya tersenyum cengengesan
"Apa?"
"Melihat orang lain seperti idot itu menyenangkan ya"
"Aku bukan idiot kau yang seperti idiot"
"Aku melihatmu senyum senyum sendiri bukankah itu kegiatan orang gila?"
"Ah sudah aku ga bisa debat"
"Aku ramal pulang sekolah aku akan bertemu denganmu lagi"
Lalu dia pun berdiri dan keluar dari kelas tanpa mengucapkan apapun pada bu erma
"Dasar wong edan!"
Aku tertawa mendengar teriakan bu erma
Tak sabar rasanya menunggu pulang sekolah apa yang akan terjadi ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanda tanya
Teen Fictionhidupku berubah setelah ada dia,ini mainstream tapi entahlah hidupku jadi pelangi tak beraturan karenanya