Chapter 6

5.6K 525 167
                                    

Happy reading
.
.
.
.

Setelah 3 hari acara MOS yang menjengkelkan, sekarang Kanya dkk sudah berpakaian sama seperti siswa SMA pada umumnya. Sekedar informasi, Kanya masuk kelas X IPA-1 bersama Aletta, Tania dan Firdha sedangkan Aurel masuk kelas X IPA-2 bersama dengan Rosalia.

“Nya!” panggil Aurel yang baru saja turun dari motor bersama Nichol.

Kanya memutar tubuhnya ke arah sumber suara yang memanggilnya tadi.

“Berangkat pake apa lo?” tanya Nichol sambil berjalan santai.

“Bis.”

Nichol hanya mungut-mungut mendengar jawaban Kanya, karena ia sudah tahu Kanya selalu naik bis dari kecil untuk alat transportasinya, pertanyaan yang dilontarkan tadi hanya sekedar basa-basi belaka.

“Gue masuk kelas duluan yah,” pamit Kanya setelah mereka sampai di depan kelas X IPA-1.

Aurel hanya mengacungkan jempolnya sebagai jawaban, lalu melanjutkan perjalanan bersama Nichol.

Kanya melihat kelas yang masih lumayan sepi karena mungkin masih pagi, pikirnya. Saat ia akan melatakan tas nya di meja paling depan tiba-tiba ada seseorang menegurnya.

“Nya! Jangan duduk di situ, sini!” ucap Tania sedikit berteriak sambil melambaikan tangannya.

“Kenapa?” tanya Kanya setelah berada dihadapan Tania.

“Lo harus duduk di situ sama si Letta,” ucap Tania sambil menujuk kursi pojok barisan ketiga.

“Lah? kan kursi depan juga masih kosong, Tan?” tanya Kanya heran melihat tingkah teman barunya itu.

“Kalau di depan itu gak bisa ngobrol. Terus gak bisa tidur, Nya. Udah ke lo nurut aja tinggal duduk aja susah amat. Hargain usaha gue kek yang rela dateng pagi demi nentuin tempat duduk kita,” jelas Tania panjang lebar.

“Udah ikutin aja, Nya. Berisik tuh bocah dari tadi ngebacot aja!” sinis Letta.

“Iya, Nya. Lo gak bakal bisa nolak, gue aja tadi ditarik-tarik suruh duduk sama si Tania udah gitu di tempat paling belakang lagi.” ucap Firdha sambil melirik Tania malas.

“Yaudah iya,” pasrah Kanya.

“Nah, kalau ginikan enak gue nyonteknya, secara Kanya sama Firdha kan pinter.” cengir Tania menampakan gigi putihnya.

“Sialan! Gue juga pinter yah!” ujar Letta tidak terima.

“Iya-iya … temen gue semuanya pinter,” pasrah Tania.

Perbincangan mereka terhenti karena guru pelajaran sudah memasuki kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran.

****

Bel istirahat pun berbunyi semua murid berhamburan ke luar kelas, entah ke kantin untuk mengisi perutnya, ke pinggir lapangan hanya untuk sekedar duduk-duduk biasa sambil sesekali tebar pesona, atau ke perpustakaan. Kemanapun itu, intinya mereka meluangkan waktu untuk istirahat dan menjernihkan pikirannya.

Termasuk Kanya dan lainnya kini mereka sedang berjalan menuju kantin dan banyak pasang mata yang memperhatikan, baik itu laki-laki maupun perempuan, entah karna kagum atau sirik. Pasalnya mereka memiliki wajah di atas rata-rata.

KANYA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang