Chapter 37

1.7K 184 12
                                    

Happy reading
.
.
.
.

Alva sudah siap dengan pakaian santainya, memakai hoodie hitam dan celana cargo pendek berwarna hitam pula.

Tolong dijelaskan, kenapa pria sangat suka dengan pakaian serba hitam?

Tidak butuh waktu lama untuk Alva bersiap-siap, toh ia hanya pergi ke pasar malam saja, bukan ke acara resmi yang mengharuskan memakai kemeja dan dasi.

Alva memasuki kamar adiknya yang sejak tadi belum keluar dari kamarnya, entah sedang melakukan apa.

Alva membuka kamar Kanya yang pintunya tidak dikunci. “Dek,” panggil Alva.

Kanya yang sedang sibuk memperhatikan penampilannya di depan cermin menoleh ke sumber suara dan tersenyum manis. “Iya, kenapa?”

“Ini beneran mau pergi ke pasar malam?”

“Iyalah. Kak Al gak liat aku udah siap gini,” tutur Kanya sambil memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah, dengan menggunakan baju kodok dengan dalaman berwarna hitam, dan rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai indah, serta wajah yang diberi makeup tipis-tipis.

“Emang Ayah sama Bang Ano bakalan ngasih izin?” tanya Alva lagi khawatir, mengingat adiknya ini baru saja pulang dari rumah sakit tadi pagi.

“Haruslah.” tegas Kanya. Enak saja ia tidak jadi pergi setelah perjuangannya sejak tadi sore mencoba berbagai macam pakaian.

Alva menghela napas pelan. “Yaudah. Yuk makan malam dulu,” ajak Alva.

Kanya mengangguk dan keluar bersama Alva menuju meja makan yang di sana sudah ada Kevin, Airin, dan Keano.

“Malam semuanya,” sapa Kanya sambil duduk di tempatnya.

“Malam, sayang,” kata Airin dan Kevin.

Alva sudah merasakan aura yang tidak enak sejak datang ke meja makan, mulai dari cara Keano menatapnya datar. Ya walaupun Keano memang orangnya datar, tapi tatapannya kali ini datar yang berbeda, seolah menyelidik. Dan terakhir, Keano tidak menjawab sapaan Kanya.

“Mau ke mana kalian?” tanya Keano to the point.

Nah, benarkan dugaan Alva. Abangnya itu sangat-sangat peka terhadap sekitar.

“Iya, tumben pada rapih gini,” heran Airin.

“Aku sama temen-temen yang lain mau ke pasar malam yang ada di taman kota,” jelas Kanya.

“Siapa yang ngizinin?” Keano lagi-lagi bertanya.

Kanya melihat ke arah Ayah dan bundanya. “Bolehkan, Yah, Bun?”

“Lain kali aja yah, sayang,” ucap Airin memberi pengertian.

“Iya. Kamu kan baru aja keluar dari rumah sakit,” tambah Kevin.

“Tapi kata Ayah waktu di rumah sakit, kalau aku udah sembuh aku boleh ke mana aja yang aku mau.”

Kevin terdiam sambil memikirkan kata-kata putrinya barusan. Memangnya Kevin pernah berbicara seperti itu.

Gini deh, kalau Putri Ayah mau bobo, ntar kita keliling ke mana pun yang kamu mau, gimana?”

Mata kanya langsung berbinar. “Beneran, Yah?”

Kevin mengangguk. “Iya.”

“Janji?”

“Ayah janji. Sekarang kamu tidur dulu.”

KANYA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang