Chapter 35

2K 209 18
                                    

Happy reading
.
.
.
.


Agatha menatap Listy dengan garang. “Hehh! Apa-apaan lo! Kanya itu calon mantu gue.”

Listy baru saja hendak membuka mulut untuk membalas omongan Agatha langsung disela oleh putra sulung keluarga raneja.

“Adikku masih kecil. Masih di bawah umur.”

Agatha mungut-mungut mengerti. “Yaudah, kalau gitu tunangan dulu aja sama Ando, nikahnya nanti. Gimana?”

“Gak!” tolak Keano mentah-mentah.

Kenapa sahabat bundanya itu sungguh prontal, pikir Keano.

Sementara Airin hanya diam saja. Sudah biasa menurutnya, bahkan sejak Kanya masih dalam kandungan, Agatha sudah mengklaim Kanya sebagai calon menantunya.

Kedua bahu Agatha meluruh. “Kamu ini dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah, selalu aja nolak niatan baik Mami.”

“Baik untuk Mami, tapi tidak untukku.”

“Kenapa sih Keano?! Kamu gak mau keduluan nikah sama Adik kamu? Makannya sana cari cewek, jangan kerja mulu!” kesal Agatha. “Lagian usia kamu udah udah cukup untuk berkeluarga kok.”

Kanya dan Airin tersenyum tipis melihat wajah masam Keano. Sudah sangat jelas, Keano paling tidak suka jika sudah membahas tentang yang namanya pernikahan.

“Gak.”

Agatha mendengus kesal. “Ni Anak turunan siapa elahh? Dingin amat! Pantesan jomblo terus.”

“Tha!” tegur Raffa.

Tidak kah istrinya itu sadar, kalau sifat anaknya pun sebelas dua belas dengan Keano.

Ando menghiraukan perdebatan kedua orang tuanya itu dan maju ke depan, hingga posisinya sekarang berada di samping Airin. “Cepet sembuh.”

Kondisi ruangan yang tadinya bising langsung sepi, setelah dua kata itu terlontar dari mulut Ando.

“Hahh?” seketika otak Kanya ngeblank. “Oh iya … makasih, Kak.” Kanya berusaha tersenyum untuk menutupi kegugupannya.

Ando hanya mengangguk. “Bun, Yah, Om, Tante, dan yang lain saya pamit. Permisi,” ucap Ando yang langsung meninggalkan ruang rawat Kanya.

Agatha mengerjapkan matanya berkali-kali. “Itu beneran Anak gue?”

Semua orang di ruang rawat Kanya menatap Agatha heran. Ada apa lagi dengannya? Jelas-jelas Ando itu anaknya, Anak tunggal malahan. Masa ia lupa.

Agatha menghirup napas panjang kemudian menghembuskannya. “Kok bisa yah Ando jadi perhatian gitu? Mana ngomongnya lembut lagi? Biasanya kan boro-boro! Datar terussss, gak ada intonasinya!” cerocos Agatha.

Alva yang sedari tadi hanya menyimak, kali ini menyetujui perkataan Agatha. Karena selama bersahabat dengan Ando, ini kali pertama Ando berbicara lembut. Ya walaupun singkat, tapi tersirat perhatian yang begitu dalam.

Kemudian Agatha menjentikkan jarinya. “Ini sih fiks! Anak gue emang demen sama Kanya,” tutur Agatha sambil berseri-seri saking senangnya.

“Gimana, sayang? Ando dingin-dingin juga manis kan? Kayak ice cream,” goda Agatha kepada Kanya sambil tersenyum begitu lebar.

Kanya hanya tersenyum tipis. Ia merasa canggung sekarang, sangat canggung. Apalagi saat Kanya melihat ekspresi yang berbeda-beda dari setiap orang yang ada di sekitarnya.

Aurel melirik ke arah kakaknya dengan wajah mengejek, kemudian menepuk pundaknya dan mulai berjingkit agar lebih mudah membisikan sesuatu kepada teling sang Kakak.

KANYA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang