Chapter 15

4K 335 18
                                    

Happy reading
.
.
.
.

“Ngapain lo di sini?” tanya Kanya kepada Nichol.

“Biasa nganter Aurel belanja,” jawab Nichol.

“Lah terus Aurel nya mana?”

“Masih nungguin Ros beli minuman,” ujar Nichol santai.

Sedangkan Aurel sedang berjalan sambil menyumpah serapahi kakaknya siapa lagi kalau bukan Nichol, bagaimana tidak sekarang ia sedang membawa minuman untuk Nichol dan belanjaannya. Karena tidak mungkin jika Ros yang membawakannya, karena barang belanjaan Ros tidak kalah banyak dengan milik Aurel.

Saat tadi Nichol menghampiri Kanya, Nichol menaruh semua barang belanjaan Aurel begitu saja. Jadi, mau tidak mau Aurel harus membawa semua barang belanjaannya sendiri,  karena tidak mungkin ia meninggalkannya begitu saja. Aurel sudah hampir setengah hari memilih barang belanjaannya masa ia tinggal begitu saja.

“Ayo Dek!” ajak Alva kepada Kanya.

“Bentar Kak tungguin Aurel dulu,” pinta Kanya.

“Kol susulin Aurel kasian barang bawaannya banyak banget,” ucap Kanya.

“Males,” jawab Nichol acuh.

Aurel terus melangkahkan kakinya diikuti oleh Ros dari belakang dengan perasaan dongkol. “Nih minuman punya lo.” ucap Aurel sambil memberikan minuman yang ada ditangannya kepada Nichol.

Bukannya menerima minumannya Nichol malah mengusak puncuk kepala Aurel, membuat lengan Aurel sedikit oleng dan menumpahkan minumannya ke baju Kanya.

“Nya sorry gue gak sengaja. Ini salah Kak Nichol ngapain coba malah ngacak-acak rambut gue, jadi tumpahkan minumannya ke baju lo.” jelas Aurel tidak enak.

“Tadinya gue mau muji lo tapi gak jadi. Salah lo lah kenapa megang minumannya gak bener jadi tumpahkan.” bela Nichol.

“Berisik!” tegas Keano yang membuat Nichol dan Aurel langsung kicep.

“Abang antar ke kemar mandi!” ucap Keano.

“Gak usah, aku sendiri aja sebentar doang kok. Mending kalian pergi pesen makanan dulu aja nanti aku nyusul.” ujar Kanya.

“Gak!” tolak Keano mentah-mentah.

Kanya menghembuskan nafas pasrah lalu mengangguk, percuma saja ia tidak bisa menolak permintaan dari abangnya itu.

Mereka berempat pun memasuki area makan dan memesan makanan sambil menunggu Keano dan Kanya kembali dari kamar mandi.

Alva memicingkan matanya kala melihat penampilan Kanya yang berbeda, “Kamu ganti baju Dek?” tanya Alva setelah Keano dan Kanya duduk manis di hadapannya.

Kanya hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia memang mengganti bajunya dengan kaos hitam dibalut dengan jaket jeans dan celana low rise jeans. Awalnya Kanya menolak karena ini terlalu berlebihan menurutnya, tapi sifat Keano yang tidak bisa dibantah membuat Kanya hanya bisa pasrah. Keano bilang ia tidak ingin sampai Kanya masuk angin karena memakai baju basah, oh ayolah bajunya hanya basah sedikit saja tapi kenapa respon Keano sangat berlebihan. Pikir Kanya.

Mereka pun akhirnya menyantap makanan tersebut dengan tenang.

****

Waktu sudah menunjukan pukul 23:00 tapi Kanya masih asik duduk di taman rumahnya yang luas dan indah dengan dihiasi penerangan di setiap sudutnya membuat Kanya tidak merasa ketakutan. Kanya menatap langit yang dihiasi ribuan atau mungkin jutaan bintang. Menghitung jumlah bintang memang sudah menjadi kebiasaan Kanya. Bila ia sedang bosan atau bingung ingin melakukan apa di malam hari, maka ia akan menghitung jumlah bintang.

Saat tengah asik menghitung jumlah bintang tiba-tiba ponsel Kanya berbunyi tanda ada notifikasi masuk.

WhatsApp :

Engkol

Udah tidur belum?

Belum, ada apa?

Gak, cuma nanya doang.

Oh.

Kanya mendengus kesal kala melihat pesan terakhirnya hanya dibaca oleh Nichol. Gara-gara Nichol mengirimnya pesan, Kanya jadi lupa tadi ia sudah menghitung berapa banyak bintang.

Kanya mencoba merileksasikan pikirannya kembali dengan memejamkan matanya sambil merasakan semilir angin malam yang sejuk menerpa wajahnya, membuat hati dan pikirannya menjadi tenang. Kanya melirik ponselnya yang kembali berdering, dari layar itu Kanya bisa melihat kalau Nichol menghubunginya melalui video call.

Dengan malas kanya menggeser layar ponselnya dan mengangkat ponselnya tepat di depan wajahnya.

“Ngapain lo malem-malem gini di luar? Lo gak diusir kan Nya?”

Kanya memutar bola matanya malas, “Nggak lah.”

“Terus kenapa lo belum tidur?”

“Gue gak bisa tidur,”

“Tinggal merem doang masa lo gak bisa Nya?!”

Kanya menatap malas Nichol dari layar ponselnya. “Lo makan apa sih?” tanya Kanya mengalihkan pembicaraan, pasalnya dari tadi Nichol tidak berhenti mengunyah.

“Kuaci, lo mau?” ucap Nichol sambil membalikan kameranya menjadi kamera belakang.

Kanya bisa melihat jelas lewat layar ponselnya kalau kulit kuaci berserakan di mana-mana. “Lo jorok banget sih Kol! Buang kulit kuacinya ke tempat sampah! Kamar lo ada tempat sampah kan? Itu kamar atau kapal pecah hahh?” cerocos Kanya.

Nichol hanya terkekeh mendengarnya, tidak mamanya, adiknya, bahkan sekarang sahabatnya pun ikut mengomelinya. Apakah semua perempuan itu cerewet, pikir Nichol.

“Ishh kok lo malah ketawa sih? Nggak ada yang lucu!”

“Lo yang lucu, marah-marah mulu kerjaannya gue kutuk jadi mbak kunti tau rasa lo.”

Kanya yang mendengar ucapan Nichol langsung merinding. Bagaimana bisa Nichol membahas hal seperti itu, saat Kanya sedang berada  di luar tengah malam begini. Kanya langsung melihat sekitar dengan was-was.

Sudut bibir Nichol terangkat saat melihat Kanya ketakutan dari layar ponselnya. Nichol memang berniat menjahili Kanya, karena Kanya sangat takut dengan yang namanya hantu.

“Nya! itu di belakang lo apaan putih-putih?” tanya Nichol dengan wajah dibuat seterkejut mungkin.

Wajah Kanya langsung pucat pasi setelah mendengar ucapan Nichol. Pikiran buruk langsung menyerang otak Kanya, apakah yang di belakangnya itu kuntilanak? Atau pocong? Atau sejenis hantu menakutkan lainnya? Dengan sekuat keberanian Kanya menoleh ke belakang, tapi ia tidak mendapati apa-apa.

Kanya malah mendengar suara gelak tawa dari layar ponselnya yang tak lain adalah suara Nichol. “Rese lo! Tau ahh males gue ngeladenin lo. Mending gue sleeping, bye!” ucap Kanya langsung mengakhiri sambungan video callnya.

Nichol menatap layar ponselnya sambil terkekeh geli dan menggelang-gelengkan kepalanya.

“Bisa-bisa nya gue tertarik sama sahabat gue sendiri,” gumam Nichol sambil menatap layar ponselnya yang telah mati.






































TBC
Vote & Comment








KANYA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang