PART 4

14 5 0
                                    

Hei, sayangku
Hari ini aku syantik
Syantik bagai bidadari
Bidadari di hatimu …

Alunan suara merdu pemilik nama lengkap Ibrahim Malik Maresi atau yang lebih akrab dipanggil dengan nama Ibam itu menggema dalam Aula, tak lupa pula dengan goyangannya.

Jessleen berdiri dari duduknya untuk memimpin sorak sorai teman-temannya, menjadi sporter paling hebo dengan pompom dikedua tangannya.

"Hoaa ... hoee ...," Jessleen memandu sorak-sorai teman-temannya dengan semangat.

Jingga memukul keras pundak  Joseph yang membuatnya terhuyun kedepan, “ayo Jo, jangan malu-malu!”

Joseph berdecak sebal, bisa hilang harga dirinya sebagai ketua osis SMA Pelita.

“Ayo dong Sep!”

April menggenggam tangan Joseph dan mengangkatnya tinggi, “ayo dong Sep gerak! yang semangat!” mendengar April memintanya begitu membuat Joseph tak bisa mengelak, apalagi tangan April yang masih menggenggamnya membuat jantung Joseph berdetak tak karuan.

Sekilas Joseph melihat ke arah, Putra dan Farel yang berjoget hebo ala-ala penonton dangdut dengan dua jempol terangkat di atas kepala. Membayangkan dirinya seperti itu membuat Joseph bergidik ngeri.

Begitu juga dengan Sangga yang terus meneriakan nama Ibam sembari memegang kertas dengan tulisan 11 MIPA 3.

~S~

Sangga keluar dari Aula gedung A hendak menuju kantin, tapi karena terlalu asing dengan gedung A membuat Sangga bingung dimana letak kantin. dia harus menelusuri setiap koridor dan tangga, tapi … itu bukan masalah untuk Sangga yang hobi berjalan.

bibir mungilnya bersenandung riang menuruni anak  tangga, tiba-tiba saja bola mata belonya mengerjab ketika tanpa sengaja matanya beradu pandang dengan Garel yang sedang berdiri di gundukan tangga, bersama gadis bule itu, tentu saja.

Cepat-cepat Sangga mengalihkan pandangan, dengan segera Sangga berbalik untuk naik ke atas, jantungnya berdegub cepat.

Begitu juga dengan Garel, ia segera pura-pura sibuk dengan phonselnya.

Ditatapnya lekat-lekat seorang gadis yang tingginya hanya 150 cm, dengan rambut ikal yang berantakan, mata belo yang tampak mengerikan dan jangan lupakan gigi gingsul yang terlihat seperti taring, Sangga benci. Sangga benci dirinya sendiri.

“Yah jelas lah lo kalah jauh Ga, saingan sama boleh sih,” gerutu gadis itu sambil menatap kaca, menatap pantulan dirinya sendiri.

Sangga menghela nafas berat, memperbaiki kunciran rambutnya. 

karena kesal rambutnya tak mau rapi juga, jadi Sangga memutuskan untuk mencapol asal saja, “bodoh amat gue jelek dari lahir, mau diapain juga gak bakal jadi cantik,”  geramnya lalu keluar dari toilet.

Soal kantin, lupakan saja, Sangga sudah tak haus lagi. Sangga kembali masuk ke dalam aula, menemui teman-temannya.

“Lo habis mandi Ga?” Sangga tak menghiraukan pertanyaan dari Jella, padahal Jella adalah orang yang paling disegani di kelas 11 MIPA 3.

“Lo kenapa? Kok cemberut gitu sih,” padahal tadi sebelum keluar dari aula, Sangga baik-baik saja, tentu saja April bingung melihatnya.

Dunia Tipu-TipuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang