PART 5

15 5 0
                                    

“Makasih.”

Laki-laki itu hanya mengangguk pelan, sambil mengulum senyum tipis. Sangga dengan semua kata-katanya mendadak diam membisu lidahnya keluh, tak tau harus berucap apa.

“Udah mendingan?”

“Aku udah baikan, kamu kalau mau pergi gak apa-apa kok.”

biasanya kalau di sekolah Garel tak mau berbicara lama-lama dengan Sangga, menatapnya saja Garel enggan, apalagi kalau didekat teman-temannya.

Bukannya pergi Garel yang tadi berjongkok sekarang lebih memilih duduk sambil meluruskan kakinya, “lo ngusir gue?”

“Bukan gitu maksudnya Garel.”

“Nanti teman-teman kamu lihat,” cicit Sangga hampir tak terdengar, Sangga takut jika Garel akan tersinggung.

Garel menghela nafas berat, “sekali ini aja Ga, kasih gue waktu buat lama-lama sama  lo.”

“biasanya kamu yang gak mau lama-lama sama aku Rel,” batin Sangga, Sangga tak berani untuk menyuarakan.

Kenapa Garel dengan mudahnya membuat Sangga jatuh cinta dan patah hati diwaktu yang bersamaan, ini sungguh tak adil.

“Teman-teman kamu?”

“Mereka semua di aula.”

Sangga tak berani lagi bertanya kenapa dan mengapa, perihal hubungan mereka yang terkesan Garel sembunyikan, Sangga sudah tak sakit hati lagi, pasti ada alasan dibalik semuanya.

Wajah teduh Sangga membuat Garel betah menatapnya berlama-lama, apalagi ketika gadis itu tersenyum, manis sekali, gigi gingsulnya menjadi candu laki-laki bertubuh jangkung itu.

Garal ingin mata belo itu hanya dipenuhi bayangnya, hanya dirinya. Apa itu egois? Garel rasa tidak.

“Sangga?”

Sangga mengangkat kepalanya yag semula menunduk, “Iya …”

“Kamu … cantik,” ujar Sangga sembari merapikan anak rambut Sangga yang berantakan.

“Lebih cantik jadi apa adanya,” sambung Garel.

“Aku suka kamu apa adanya, tetap  jadi Sanggani Arum yang aku kenal sejak tiga tahun yang lalu yah.”

Tunggu, kenapa bahasa Garel mendadak jadi aku-kamu, salahkah jika Sangga menuruh rasa lebih pada laki-laki seperti  ini.

“Cantik itu lebih dari sekedar apa yang terlihat Ga, makna kata cantik itu luas banget artinya gak terpaku pada rambut lurus, kulit putih, kulit mulus tanpa jerawat, setiap orang cantik dengan porsinya masing-masing …

Jangan terpaku yah, sama standar yang orang lain ciptakan.”

Sangga memberengut kesal, “bilang aja gue jelek.”

Garel menyentil kepala gadis itu, “dibilangin gak pernah percaya.”

“Udah  … lo ke Aula sekarang, gue mau lanjut patroli” Sangga langsung mengangguk sambil menepuk-nepuk rok abu-abunya yang sedikit berdebu karena duduk di lantai.

~S~

“Zina aja bangga lo,” sarkas Joseph dengan ketus ketika Sangga dengan menggebu-gebu menceritakan tentang apa yang dilakukan oleh Garel, “ngaku-ngaku hamba Allah, tapi kelakuan kok gitu,” sambung Joseph menyindir.

Joseph sedikit kesal dengan Sangga yang terus saja mematahkan semangatnya ketika berusaha mendekati April, menurut Joseph, Sangga tak pernah paham tentang bagaimana Joseph mati-matian berusaha melupakan identitasnya dan identitas April.

Dunia Tipu-TipuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang