Part 1

49 6 1
                                    

Sanggani Arum, gadis 16 tahun dengan rambut ikal yang selalu ia kuncir kuda itu tengah duduk di sebuah kursi panjang  di depan kelasnya, kakinya  ia ayunkan, dengan susu kotak  ditangan kanannya dan sesekali bersenandung riang.

"Ga?" Sapa Jessleen, gadis keturunan Tionghoa itu duduk di samping Sangga. Mereka bukan teman dekat sebenarnya, cuma teman sekelas biasa.

Sangga menatap Jessleen seolah bertanya apa?

"Itu pacar lo bukan sih?"Ujar Jessleen sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di tepi lapangan, sedang mengobrol asik dengan teman perempuannya.

Sangga menajamkan penglihatannya, mencoba untuk mematiskan, takut salah orang, "iya, kenapa?"

"Lo gak cemburu?"

Dahi Sangga berkerut mencoba untuk mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskannya. Sangga tak pernah mempersalahkan pacarnya dekat dengan siapapun, tapi terkadang perasaannya tak bisa  juga dikesampingkan, hatinya sakit juga kalau boleh jujur.

"Enggak, kenapa gue harus cemburu?

Jessleen menghela nafas jengkel, terkadang ia kesal sendiri dengan sifat naif Sangga, walaupun tidak ada hubungannya dengan dirinya, tapi Jessleen tetap kesal,  Sangga terlalu baik untuk berada di dunia tipu-tipu ini.

"Lo gak takut suatu saat nanti dia selingkuh?"

Sangga tak pernah berfikir pacarnya akan tegah untuk selingkuh, itu terlalu jahat, tak mungkin pacarnya tegah melakukan itu.

"Enggak, karena gue percaya dia gak bakalan tegah buat lakuin itu."

"Sesekali coba deh lo cek phonsel pacar lo itu, gue yakin pasti banyak selirnya," Sangga hanya tersenyum dan mengangguk, ia tak mau perdebatan ini menjadi panjang.

Jessleen mengurungkan niatnya, padahal ada banyak hal yang ingin Jessleen katakan.

"Gue antara benci sama kasian sama lo Ga," Kening Sangga berkerut, tak paham mengapa tiba-tiba saja Jessleen berkata seperti ini dengan nada yang membentak.

Jessleen memang dikenal sebagai ketua kelas yang ketus dan judes, kata-katanya yang to the point sering meninggalkan bekas luka di hati lawan bicaranya.

Tapi tidak dengan Sangga, baginya Jessleen tak sangaja melakukan itu, ini hanya perihal karakter Jessleen yang keras. Baginya tidak ada manusia yang tegah untuk melukai perasaan manusia lainnya.


~S~


Matahari mulai redup di ufuk barat, tamaram lampu jalanan mulai mengiring langkah sih periang yang tiba-tiba kehilangan senyumnya.

'Gak apa-apa Ga, dia gak sengaja, dia kan gak tau kalau lo nungguin dia,' berbagai kata-kata penyemangat terus Sangga suarakan dari dalam hatinya. Mencoba mengobati perih berbalut rasa kecewa, yang ia ciptakan sendiri dengan harap yang terlalu tinggi.

Dengan langkah riang Sangga berjalan keluar dari kelasnya, 2 jam bertarung dengan mata pelajaran kimia membuat otak Sangga mendidih, amunisinya harus segera di isi agar moodnya kembali membaik.

Cepat-cepat  gadis itu mengeluarkan ponselnya mengetikan pesan untuk sang pacar, sudah tiga hari mereka tidak bertemu, akhir-akhir ini Sangga sibuk mengurus semua remedialnya dan tugas-tugas yang berceceran.

Ketika akhir semester tiba, Sanggani Arum mendadak menjadi murid paling sibuk keluar masuk rungan majelis guru untuk mengurus semua tugas yang tercecer dan remedialnya.

Dengan kaki yang ia tekuk,  Sangga duduk di saung yang menghadap langsung ke lapangan, gadis itu tengah menunggu sang pacar.

Sangga tak berani menghampiri karena biasanya dia akan sangat marah ketika Sangga menyapanya disaat sedang bersama teman-temannya.

Dia sedang foto-foto bersama  teman-temannya, maklum saja karena teman-temannya adalah anak-anak instagram semua.

"Kapan yah gue punya foto berdua sama lo?" Gumam Saga sembari membayangkannya, pasti akan sangat menyenangkan sekali fikir gadis itu.

Mereka sudah pacaran dari kelas 9 SMP sampai sekarang kelas 11 SMA sekarang belum pernah mereka foto berdua.

"Bagus juga sih gak punya, kalau punya pasti kerjaan gue ngeliat foto itu  terus," gumamnya lagi.

"Huaaa bunda jadi pengen," hati gadis itu berteriak sembari tersenyum.

Lama sekali. Ini benar-benar membuat Sangga mengantuk ditambah lagi dengan perutnya yang terus melakukan demonstrasi, "sabar yah, nanti di rumah kita makan Indomi yang banyak," ujar gadis itu sambil mengelus-ngelus perutnya. Mencoba menenangkan para cacing


~S~

"Hai pacar?" Sapa Sangga dengan wajah cerianya dan nafas yang saling memburu, karena melihat sang pacar dan gengnya bubar, Sangga langsung berlari ka arah parkiran.

Wajahnya tampak kesal di balik  helm full face berwarna hitam , urat tangannya memutih menampakan kekesalan, dicengkramnya erat stang motor untuk meluapkan semua kekesalannya.

"Aku pulang bareng kamu yah?"

"Gak bisa Ga, gue  ada urusan, lagi pula gue udah janji sama Nolla."

Tak peduli dengan wajah Sangga yang berubah cemberut, orang itu langsung meng-gas motornya untuk pergi.

Pandangan mata Sangga terpaku pada perempuan yang dibonceng oleh Fajar, dengan asap-asap gaib yang sudah mengepul di sekitar kepala Sangga.

"Iiihh nyebelin!!!" kesal Sangga sambil menghentakan kakinya kesal  percuma saja perjuangan  Sangga untuk menunggu berjam-jam.

Hati gadis itu berdenyut nyeri ketika melihat sang pacar yang sudah ia tunggu berjam-jam malah pulang bersama cewek lain.

Dan berakhir dengan dia yang pulang berjalan kaki.

Ibu kota ramai sore ini, ibu tanpa rahim dengan anak yang bertebaran dimana-mana.

Hingga suara Tuhan memanggilpun mereka tak peduli, enggan, sembari berjalan pongah dengan beban masing-masing.

Begitu juga dengan Sangga, ketika azan berkumandang langkahnya tetap lurus untuk pulang, tanpa peduli pada suara azan yang menggema disepanjang jalanan kota.


Dunia Tipu-TipuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang