Sangga sampai pada ruko dua lantai yang menjadi tempat huniannya dengan sang bunda, ruko itu tampak redup, tak ada sedikitpun pencahayaannya.
“Bunda pasti bulum pulang,” gumamnya dengan sedikit helayan nafas dan membuka satu daun pintu folding gate untuk akses masuk.
Sebelum Sangga masuk, matanya tertuju pada rumah sederhana yang terletak 5 rumah dari tempat tinggalnya, tampak siluet keluarga mereka sedang makan bersama di meja makan, tampak hangat dan mungkin menyenangkan.
Ah sudahlah, lagi pula dulunya Sangga pernah seperti itu dan pernah berada pada posisi itu.
Sedikitpun gadis dengan paras cantik itu tak merasa iri, hanya saja hatinya sedikit berdenyut nyeri. Sangga tau ini bukan karena iri tapi hanya karena ia merindukan masa-masa itu. Yah, ... ini tentang rindu bukan iri.
Prinsip gadis itu adalah, apa yang menjadi miliknya tak akan pernah lepas dari genggamannya sementara jika sesuatu yang bukan menjadi miliknya bukan ditakdirkan untuk dia, bagaimanapun cara Sangga untuk mempertahankan dan sekuat apapun genggamannya maka ia akan pergi dengan caranya sendiri.
Semua itu mampu membuat Sangga ikhlas kehilangan apapun, entah itu soal kehilangan uang, barang-barangnya atau bahkan kehilangan ayahnyapun Sangga sudah ikhlas.
Tapi … ia tak tau, sampai kapan kata-kata itu mampu menurunkan egonya sebagai manusia dan mampu membuatnya selalu ikhlas dan bersyukur.
“Indomie …aku datang!" Teriak gadis itu sambil berlari masuk ke dalam ruko.
Apapun yang terjadi, entah dia sendiri atau sedang bersama Bunda, entah sedang sedih atau bahagia rumah harus selalu hebo, harus ceria, pokoknya harus tetap ada suara dirumah ini.
~S~
Mendengar ponselnya berdering Sangga langsung semangat, menyambar phonselnya yang sedang di charge. Mendapati siapa yang mengirim pesan membuat wajah Sangga berubah cemberut.
Cobaan Dunia
Jessleen : Tugas kalian harus sudah selesai besok! Pokoknya harus siap!
Jessleen : ini udah gue minta sama guru mapel, tugas yang belum selesai.Dari 34 orang pengisi kelas 11 MIPA 3 tidak ada satupun orang yang membalas pesan Jessleen, kurang ajar memang.
Jesslen, gadis cantik dengan mata sipit si ambisius yang sangat tegas dan cekatan, di masa-masa setelah ujian semester seperti ini. Jessleen menjelma menjadi sosok malaikat bagi teman-teman sekelasnya.
Dengan senang hati dia akan mengumpulkan semua rekap nilai dari guru, membantu teman-temannya yang butuh remedial, membantu mencari tau tugas-tugas temannya yang belum selesai.
semua itu dilakukan oleh Jessleen untuk menaikan rata-rata kelas, karena kelas dengan nilai rata-rata paling tinggi akan mendapatkan penghargaan berupa uang satu juta yang dapat digunakan untuk kepentingan kelas.
Sangga menatap kecut phonselnya, kenapa tidak ada pesan dari Garel yang menjabat sebagai pacarnya selama tiga tahun terakhir ini.
Sangga ingin Garel minta maaf, hanya sekedar minta maaf, tidak lebih.
“Tapi … lagian salah gue juga sih? Kenapa gak ngomong dari awal kalau mau pulang bareng, dia kan jadinya keburu pulang bareng temannya,” dengan cepat pikiran gadis itu langsung menepis harapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Tipu-Tipu
Teen FictionDunia terlalu baik untuk gadis naif seperti Sanggani Arum. hingga titik dimana dia sadar kata cinta dan sayang hanya sebuah kata tanpa makna yang pada akhirnya membuat pulang menjadi asing.