part 3

23 4 1
                                    

"Lo yakin gak mau pulang  Ga?” April benar-benar khawatir dengan Sangga, gadis itu sedang terlihat tidak baik-baik saja, dibalik senyum yang terkesan terpaksa.

“Bisa diam duluh gak sih Bam!” April berdecak kesal dengan sedikit membentak, selain sibuk membujuk Sangga agar mau pulang April juga harus menenangkan Ibam yang terus saja menangis sesenggukan karena melihat  Sangga dibentak.

heran, siapa yang dibentak siapa yang nangis.

“Kalau mau nangis, nangis aja Ga, gak apa-apa kok, Ga,” ucap Ibam sambil menarik masuk ingusnya kembali ke habitat asal si ingus.

Sembari mengukir senyum di wajah cantiknya, Sangga, menepuk pelan pundak laki-laki bertubuh tambun itu, “Sangga gak apa-apa kok Bam,” ujarnya, Sangga benci keadaan dimana seseorang memandanginya iba, Sangga benci dikasihani.

“Udah gue bilang lo gak dianggap  Ga, masih ada keras kepala,” ucapan Asep barusan langsung dihadia cubitan oleh April.

"diam aja udah!" gertak April kesal.

Sangga menarik tangan Ibam untuk pergi, “ayo Bam! Ajarin Sangga pukulan servis!”

Terkadang manusia tak paham akan tutur yang mampu melukai.

Sanga ingin melarikan diri dari Asep, hati Sangga sakit, benar-benar sakit, cuma gadis dengan rambut ikal itu tak mau menangis sekarang. Tunggu nanti di rumah, “sabar duluh yah Sanggani Arum, nanti dirumah kita puas-puas nangisnya.”

~S~

Dengan kilatan emosinya si mata elang menatap kesal sosok mungil yang sedang sibuk berlari kesana kemari mengejar bole voli.

“Reaksi lo tadi berlebihan tau gak Rel!?" Tiba-tiba saja Melody berdiri di samping Garel, ikut menatap Sangga yang sudah banjir keringat dilapangan voli. Sekarang mereka sedang berdiri di koridor lantai tiga.

Garel juga sempat berfikir begitu, tapi ia sangat emosi dengan Sangga yang tiba-tiba saja menyapanya dengan sebutan ‘pacar di depan teman-temannya'

“Kasian tau anak orang lo bentak-bentak.”

“Iya tau nih, kasian gue lihatnya, kaya mau nangis gitu.”

“Gak ada harga diri banget lo jadi laki, bentak-bentak perempuan.”

Semua teman-teman Garel ikut menimpali, yang semakin membuat Garel sakit hati adalah semuanya berpihak pada Sangga.

“Kamu beneran pacaran sama dia?” tanya seorang perempuan dengan ciri khas rambut pirangnya. Namanya Nolla, si bule yang selalu menempeli Garel.

“Ya gak lah, tipe gue bukan gitu,” Jawab Garel asal sambil memasukan tangannya dalam kantong hoodie maroon yang ia kenakan, tangannya ia kepal kuat menahan semua amarah.

“Terus tipe lo yang seperti apa?”

Garel tak pernah berfikir tentang tipe idealnya, tapi tidak seperti Sangga juga. Sangga terlalu cupu untuknya, “yang penting gak mirip dia.”

“Biar buat gue aja kalau lo gak mau, biar gue bantu ngobatin luka yang lo ciptakan,”  ucap Naka sembari berdiri dari duduknya sambil melempar es teh manis yang masih sisa setengah kedalam tong sampah.

“Mau kemana lo?”

Aris yang bertanya tak mendapat jawaban dari Naka, “dasar mansia-manusia kekurangan asupan akhlak," decaknya sebal.

Dunia Tipu-TipuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang