Dari tadi Sangga hanya guling-guling tidak jelas diatas kasur, jika kasurnya sudah terasa agak panas Sangga akan pindah ke sisi lainnya, begitu seterusnya.
Sudah hampir jam 12 malam, tapi matanya belum juga bisa diajak untuk tidur, tentu saja matanya tidak mau tidur, seharian tadi Sangga hanya tiduran terus di kasur, capek di kasur, pindah ke sofa, capek di sofa pindah ke lantai. Liburannya sungguh penuh kejenuhan .
“Mickey jangan tidur duluan dong, temenin gue. Kok lo bisa tidur seharian penuh sih? Sementara gue kalau udah tidur siang, malamnya gak bisa tidur.”
Tentu saja tidak ada jawaban, “Mic, tadi Garel onlinenya lama di Wa, chat sama siapa yah?”
Sangga benci keadaan diam-diam begini, “ngomong dong Mic!” Sangga terkekeh geli apa jadinya jika boneka kumalnya ini bisa bicara, pasti Sangga akan langsung lari ketakutan.
“Malam-malam gini masih ada orang yang jualan makanan buka gak yah?” Terbiasa sering sendiri di rumah membuat Sangga mempunya hobi berbicara sendiri.
Sangga melangkah mengintip sedikit dari jendela kamarnya, mencobat melihat ke ujung gang, siapa tau Mbak Yun masih buka, Mie ayamnya gak ada lawan, enak banget.
Sangga keluar dari tangga samping ruko menggunakan switer putih dengan panjang setengah pahanya dan celana pendek yang hanya terlihat sedikit dibalik switer kebesarannya, Sangga pergi untuk mengerjakan tugas mulia, yaitu mencari makanan, menyiapkan amunisi untuk memantau online WhatsApp Garel.
~S~
“kamu habis dari mana? Ngapain kesini?”Sangga tak bisa mencegah pertanyaan itu ketika Garel tiba-tiba saja duduk di sebelahnya.
Garel hanya diam, wajahnya terlihat sangat lelah, binar matanya meredup.
“Garel mau?” Garel hanya menggeleng dengan sedikit sudut bibir terangkat.
“Mau aku suapin?” Sangga bersiap untuk menyuapi Garel, namun lagi-lagi hanya dibalas gelengan oleh Garel.
“Garel gak suka yah makanan pinggir jalan gini?”
“Gue udah kenyang Ga, baru pulang main sama teman-teman gue,” Sangga mengangguk paham dan kembali sibuk dengan mie ayamnya.
Hatinya menghangat ketika melihat gadis itu makan dengan lahapnya tanpa mempedulikan keberadaan Garel, tidak ada kesan jaga imaganya. Yang Garel suka, Sangga selalu tampil apa adanya.
Benar kata Naka, Sangga terlihat ucul dan menggemaskan dengan pipi yang membengkak karena dipenuhi makanan seperti saat ini.
“Mau tambah lagi?”
“Gak ah, uang Sangga udah gak cukup, harus hemat, besok pagi mau makan apa kalau sekarang uangnya dihabisin semua,” jelas Sangga sambil mengelap bibirnya dan tisu.
“Bunda lo gak masak?”
“Bunda lagi sibuk-sibuk banget di rumah sakit, udah hampir satu minggu bunda gak pulang,”Garel mengernyit bingung, sesibuk itukah profesi seorang perawat.
“Gue traktir yah, mau?”
Sangga langsung menggeleng cepat, “gak mau, gak usah,” sudah Garel duga, Sangga tak pernah mau ditraktir atau dibelikan kado ataupun hadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Tipu-Tipu
Novela JuvenilDunia terlalu baik untuk gadis naif seperti Sanggani Arum. hingga titik dimana dia sadar kata cinta dan sayang hanya sebuah kata tanpa makna yang pada akhirnya membuat pulang menjadi asing.