8

21 2 0
                                    




"Heh, Na. Dicariin Pak Johnny." panggil Jeno dari depan kelas.

"Ih mampus," Gue dan Koeun saling berpandangan.

"Lo bikin masalah apa lagi jing?"

"Mana gue tahu?" perasaan gue juga nggak habis ngapa-ngapain anjir.

Haechan bertepuk tangan. "Wah, predikat gue sebagai murid kesayangan Pak Johnny udah tergantikan jadi lo, Na."

Gue mengacungkan jari tengah ke depan wajah Haechan. Kan tahu sendiri Pak Johnny itu guru olahraga yang merangkap jadi guru BK untuk murid nakal kelas berat yang harus ditangani langsung oleh Wakasek Kesiswaan ini. Menjadi murid kesayangan beliau berarti kan murid itu pembuat masalah yang sering dipanggil-panggil ke BK untuk di nasehati.

Haechan dulu langganan dipanggil Pak Johnny karena kenakalan dan keusilannya yang membuat jengah para guru. Sekarang bocah itu sudah tobat berkat gue dan Koeun yang membantu menyelamatkan akhlaknya. Tapi kok sekarang jadi gue yang menggantikan posisinya?

"Ihhh, kenapa tuch? Atut akuu." Jaemin bersuara. "Jangan-jangan lo beneran hamil, Na."

"APAAN SIH JING?" ngegas gue tidak terima. Ya kali gue hamil, suka sama orang aja orangnya malah jadian sama orang lain.

"Kan gue udah bilang, gue tuh curiga kemarin Senin lo katanya terlambat gegara ke rumah sakit dulu. Pasti lo cek kandungan kan?"

"MULUT LO YE! SEMBARANGAN LO KALO NGOMONG, GUE BACOK NIH." gue sudah bersiap memukulkan penggaris besi ke kepala Jaemin kalau bocah itu masih melanjutkan omongan melanturnya yang bisa menimbulkan gosip yang tidak-tidak.

Chenle dan Renjun di pojokan menyaksikan pertikaian kami sambil menutupi mata dan telinga Jisung. Menyelamatkan adik kecil kami dari hal yang tidak seharusnya dia lihat dan dengar.

"IYA IYA CANDA. CANDAAAAA." teriak Jaemin untuk menyelamatkan kepalanya yang nyaris gue buat bocor kalau tidak minta ampun sekarang juga.

"Gue sumpahin abis ini lo yang dipanggil sama Kepsek." tunjuk Koeun ke Jaemin.

Renjun juga ikut berceletuk. "Dipanggil ke rumah Bapa sekalian aja dia mah."

"Anjing. Mati dong." umpat Jaemin tidak terima. "Jangan dulu lah, belum nikah gue."

Nggak jelas semua. Mereka sama sekali tidak meringankan beban pikiran gue gara-gara perkara 'dipanggil Pak Johnny' ini.

"Santai, Na. Di panggil Pak Johnny nggak selalu karena lo berbuat salah kok." ujar Mark. Akhirnya ada juga yang waras.

"Iya, siapa tahu lo disuruh ikut lomba kayang sama sikap lilin." tambah Chenle. Ternyata dia masih ingat kalau gue pemegang rekor terlama untuk kayang dan sikap lilin dari seluruh murid di kelas ini.

"Emang ada lomba kaya gitu?"

"Gatau,"

"Naa, cepetan! Ntar gue yang dimarahin." seru Jeno lagi.

Haduhhh, sumpah-sumpah. Padahal dulu gue kalo dipanggil guru atau siapapun nggak pernah tegang loh, karena ya mikirnya paling gue dimintai bantuan soalnya gue anak OSIS. Tapi sekarang pikirannya jadi negatif mulu.

"Permisi," gue masuk ke ruang pendisiplinan setelah mengetuknya dari luar beberapa kali.

"Masuk,"

Ternyata di dalam tidak hanya ada Pak Johnny, ada Lucas juga yang berdiri kaku seperti sedang di hukum. Lalu ada laki-laki yang kemarin katanya Pak Yuta guru baru disini.

"Bapak manggil saya?"

"Iya, kamu." ujar Pak Johnny "Tahu kesalahan kamu apa?"

Baru juga masuk, udah dimulai aja interogasinya. Gue menggeleng dengan enteng. "Nggak, Pak. Memangnya apa?"

KELAS SEBELAS +Doyoung LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang