7

22 2 0
                                    





Gue kayaknya bakal telat lagi deh.

Kali ini bukan karena bangun kesiangan. Sumpah. Gue aja udah stay di halte lebih awal karena ini hari Senin, upacara cuy.

Tapi yang namanya musibah nggak ada yang tahu.

Hati gue mencelos melihat ibu-ibu yang baru turun dari taksi dan hendak menyebrang ke sini, tiba-tiba saja terserempet motor yang langsung melarikan diri.

Refleks gue berteriak karena si ibu jatuh ke aspal dengan luka di kaki, membuat beliau tidak bisa berdiri.

Mirisnya, tidak ada seorangpun yang cepat tanggap berusaha menolong si ibu. Mas-mas berhoodie hitam oversize yang duduk di sebelah gue malah memasang earphone nya. Mbak-mbak pegawai kantoran itu juga tampak tak peduli sambil terus mengecek jam tangannya, tidak sabar menunggu bus datang.

Brengsek, kok bisa ya ada orang kaya gitu?

Tanpa pikir panjang gue langsung keluar halte menghampiri ibu-ibu yang terlihat kesakitan itu. Beruntung masih ada orang baik seperti bapak penjual susu sapi dan mas-mas pesepeda yang membantu gue menolong si ibu.

Taksi yang melintas langsung dihentikan untuk membawa ibu ini ke rumah sakit terdekat secepatnya. Namun baik bapak dan mas-mas ini tidak bisa meninggalkan motor dan sepeda bawaannya, jadi gue yang mau tidak mau ikut naik ke taksi menemani si ibu.

Gue memegangi kaki ibu ini yang sudah gue bebat dengan syal supaya darahnya berhenti, tapi tetap saja darah yang banyak itu merembes ke tangan gue. Untungnya gue tidak jijik dengan darah. Tapi gue jadi ingin menangis saat melihat raut kesakitan si ibu, setelah ini lukanya pasti harus mendapat jahitan.

Bapak sopir taksi yang menyetir dengan gesit itu berhasil membawa kami ke tempat tujuan dengan cepat. Sampai di rumah sakit, si ibu langsung ditangani oleh petugas. Gue memegangi tas hitam si ibu, menunggu di luar sambil berkali-kali menghitung berapa menit lagi yang tersisa sampai gerbang sekolah gue ditutup.

Teringat Mama dan membayangkan kalau musibah ini menimpa orang yang paling gue sayang di dunia membuat gue tidak mungkin meninggalkan ibu ini begitu saja. Lagipula anak laki-lakinya yang sudah gue telfon saat di taksi tadi sudah dalam perjalanan kesini. Tinggal menunggu dia datang, lalu gue bisa pergi dan berangkat ke sekolah.

Tapi kapan datangnya anak si ibu ini? Huhuhu.




~~~

XI-IPS-3 (38)


Jaemin
YG PNY TOPI SATU LG PINJEMIN W DONG

Renjun
Ogah, punya gue kemarin belum di kembaliin, pasti lo ilangin kan? Sialan lo.

Jaemin
Ih maap njun, ntar w ganti. Skrg sp dah yg pny pinjemin w urjen bgt nich.

Jeno
Goblok sih

Jisung
Aku ada satu kak,

Jaemin
Pinjemin chung.

Jisung
*cuma
Maksudnya aku cuma ada satu kak.

Haechan
WOYLAHH NGAKAK PARAHHH

Jaemin
Fagh

Chenle
Sini Jaem samper gue ke koperasi sekolah, beli 10 topi sekalian buat cadangan kelas.

Lami
Wihhh

Jaemin
Otw le

Jeno
Ikut

KELAS SEBELAS +Doyoung LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang